Terdapat
beberapa faktor penyebab terjadinya kecembuuan. Menurut Brehm (2002) menyatakan
ada dua aspek yang dapat menyebabkan seseorang merasakan kecemburuan. Kedua
aspek penyebab terjadinya kecemburuan tersebut adalah:
Faktor Personal
Baik pria maupun wanita pada dasarnya
tidak berbeda dalam kecenderungannya untuk merasakan kecemburuan, tetapi
terdapat perbedaan-perbedaan individual yang dapat menyebabkan seseorang lebih
mudah dan intens dalam merasakan kecemburuan, diantaranya sebagai berikut:
- Dependence. Berscheid (dalam Brehm,1992) menyatakan bahwa individu yang sangat tergantung terhadap pasangannya-menyakini bahwa hanya pasangannya saja yang dapat membuat dirinya bahagia dan tidak ada orang lain yang dapat menggantikannya- maka akan semakin besar pula lah rasa kecemburuan yang dialami individu tersebut. Sikap dependence ini juga menjelaskan alasan mengapa beberapa orang tetap mempertahankan hubungan yang mereka jalin meskipun menyakitkan bagi mereka dikarenakan individu tersebut berfikir bahwa mereka tidak memiliki alternatif lain di luar hubungan yang mereka jalin (Choice & Lamke dalam Miller, 2002). Sikap dependence juga erat kaitannya dengan sikap posesif yang hadir, dimana seseorang yang bergantung dengan pacarnya akan berusaha sekuat mungkin untuk menjaga dan mengawasi setiap gerak-gerik dari pasangannya (Caroll, 2005 dan Pinto & Hollandsworth dalam Brehm, 1992).
- Mate Value. Seseorang yang menganggap pasangannya sebagai individu yang akan disukai banyak orang- misalnya penampilan fisik yang menarik, kaya, sejahtera ataupun berbakat- dibandingkan dirinya, seseorang tersebut akan lebih mudah merasakan kecemasan, andaikata ada orang lain yang lebih baik dari dirinya yang dapat mendampingi pacarnya tersebut. Mate value juga dapat berarti ketika seseorang menganggap bahwa dalam diri pasangannya terdapat kriteria-kriteria yang ia sukai dan sangat cocok dengan dirinya, maka hal ini dapat membuat individu tersebut semakin takut kehilangan pasangannya. Hal ini juga dapat menjadi suatu ancaman ketika individu menyadari bahwa pacarnya tersebut dapat melakukan atau mendapatkan orang lain yang lebih baik dari mereka.
- Sexual Exclusivity. Individu yang menganut nilai sexual exclusivity, yang menginginkan dan mengharapkan pasangannya tetap setia hanya kepada dirinya saja, dan tidak memperbolehkan pasangannya untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain dan aktivitas intim lainnya, semakin besar kemungkinan dirinya untuk mengalami kecemburuan.
- Past Experience. Pengalaman berpacaran seseorang dapat mempengaruhi munculnya kecemburuan pada hubungan yang akan dan sedang dijalin. Individu yang dulunya memiliki pasangan yang tidak setia dan mengalami kekecewaan pada hubungan sebelumnya, dapat menurunkan kepercayaan individu tersebut kepada pasangannya yang sekarang. Hal ini akan menyebabkan individu tersebut lebih mudah untuk merasa cemburu dan curiga, karena semakin rendah kepercayaan individu terhadap pasangannya,maka akan semakin mudah individu tersebut untuk merasakan kecemburuan. (Knox, 1984)
Berdasarkan Sifat Stimulus Terjadinya
Kecemburuan
Buss (dalam Brehm 2002) menyatakan bahwa
stimulus yang dapat menimbulkan kecemburuan, pada dasarnya diakibatkan oleh
ketidaksetiaan (infidelity) yang dilakukan oleh pasangan. Buss membagi stimulus
tersebut dalam dua bentuk, yaitu:
- Kecemburuan Seksual. Kecemburuan seksual memaksudkan bahwa kecemburuan yang terjadi dikarenakan adanya ketidaksetiaan seksual yang dilakukan pasangan. Ketidaksetiaan seksual adalah ketidaksetiaan yang dilakukan pasangan bersama pihak ketiga yang di dalamnya melibatkan hubungan fisik, seperti pelukan, ciuman dan hubungan seksual.
- Kecemburuan Emosional. Kecemburuan emosional memaksudkan bahwa kecemburuan yang timbul dikarenakan adanya ketidaksetiaan emosional yang dilakukan pasangan. Ketidaksetiaan emosional adalah ketidaksetiaan yang dilakukan pasangan terhadap pihak ketiga tanpa melibatkan hubungan fisik, melainkan lebih menekankan kepada keakraban suatu hubungan, seperti rindu atau ingin selalu berbicara dengan pihak ketiga tersebut.