Pengertian
pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya dalam mempersiapkan anak
usia prasekolah untuk melanjutkan kepada tingkat pendidikan selanjutnya,
sehingga dirasakan sangat penting dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini tidak hanya terjadi di
negara-negara maju saja, namun di negara yang sedang berkembang. Berbagai macam
Pendidikan Anak Usia Dini ditemukan dalam kehidupan kita, baik yang
diselenggarakan oleh pihak pemerintah, maupun oleh pihak swasta, baik yang
langsung menjangkau peserta didik atau melalui pemberian pengetahuan kepada
para ibu atau sekaligus yang menjangkau anak dan ibu. Hal tersebut membuktikan
betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.
Menurut
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2000) Pendidikan Anak Usia Dini adalah
pendidikan yang berfungsi membantu pertumbuhan jasmani dan rohani peserta didik
yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarganya.
Selanjutnya
menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003, Tentang Pendidikan Anak Usia Dini adalah Suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan anak untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Hal-hal yang terkait dengan Pendidikan
Anak Usia Dini, dengan mengacu pada Pasal 28 UUSPN No. 20 Tahun 2003, yaitu:
- Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.
- Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan/atau informal.
- Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. TK diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi anak sesuai dengan tahap perkembangannya., sedangkan RA diselenggarakan untuk pengembangan potensi anak dengan lebih banyak menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
- Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat.
- Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan keluarga.
Pendidikan
Anak Usia Dini dalam pedoman sosialisasi PAUD (2002) adalah Pendidikan yang ditujukan
bagi Anak usia dini (0 – 6 tahun) yang diselenggarakan pada jalur pendidikan
nonformal dalam bentuk penitipan anak, kelompok bermain dan satuan pendidikan
yang sejenis guna mempersiapkan anak agar dapat tumbuh dan berkembanag secara
optimal serta kelak siap memasuki pendidikan dasar.
Dari
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia
Dini yakni untuk membantu perkembangan anak, yaitu perkembangan jasmani dan
rohani dan penyelenggaraan program Pendidikan Anak Usia Dini itu
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Program Pendidikan Anak
Usia Dini di sini yang diselenggarakan oleh Lembaga PAUD Wajar dibawah binaan
SKB Kota Gorontalo yang bertujuan untuk membantu terhadap tumbuh kembangnya
anak usia dini secara optimal dan selain pemberian pengetahuan kepada anak
sebagai peserta didik juga diberikan pengetahuan kepada orang tua berupa
penyuluhan, parenting, konseling dan terapi.
Pentingnya
pendidikan prasekolah tidak perlu disangsikan lagi, baik para ahli maupun
masyarakat umum lajimnya sudah mengakui akan betapa esensialnya pendidikan bagi
anak usia prasekolah. Salah satu indikasi yaitu dengan banyaknya bermunculan
lembaga-lembaga pendidikan prasekolah yang sebagian besar diselenggarakan oleh
masyarakat dewasa ini mengindikasikan betapa pedulinya masyarakat terhadap
pendidikan prasekolah tersebut.
Pedulinya
para ahli pendidikan dan masyarakat terhadap pendidikan prasekolah adalah
sesuatu yang berdasar. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama yang mendukung
kepedulian mereka terhadap pentingnya pendidikan prasekolah tersebut.
Pertama,
dilihat dari kedudukan usia prasekolah bagi perkembangan anak selanjutnya.
Sejak lama banyak ahli yang memandang usia prasekolah atau balita sebagai fase
yang sangat fundamental bagi perkembangan individu. Freud (Santrock dan Yussen,
1992) dalam (Solehudin, 1997), memandang usia balita sebagai masa terbentuknya
kepribadian dasar individu. Kepribadian orang dewasa, menurutnya ditentukan
oleh cara-cara pemecahan konflik antara sumber- sumber kesenangan awal dengan
tuntutan realita pada masa anak. Santrock dan Yussen juga menganggap bahwa usia
prasekolah sebagai masa yang penuh dengan kejadian-kejadian penting dan unik (a
highly eventful an uniqe period of life) yang meletakan dasar bagi kehidupan
seseorang di masa dewasa. Begitu pula Fernie (1998) meyakini bahwa
pengalaman-pengalaman belajar awal tidak akan pernah bisa diganti oleh
pengalaman-pengalaman berikutnya, kecuali dimodifikasi. Mendukung pandangan
para ahli tersebut, temuan Sperry, Hubbel dan Wiesel (Solehudin, 1997)
menjelaskan bahwa perkembangan potensi untuk masing-masing aspek memiliki
keterbatasan waktu yang sebagian besar diantaranya terjadi pada masa usia dini. Batas kesempatan
untuk perkembangan matematika adalah sampai empat tahun, untuk bahasa sampai
sepuluh tahun, dan untuk musik antar 3 – 10 tahun.
Lebih
lanjut, penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa konstruksi jaringan otak
ternyata hanya akan hidup bila diprogram melalui berbagai rangsangan. Tanpa
dirangsang atau digunakan, otak manusia tidak akan berkembang karena
pertumbuhan otak memiliki keterbatasan waktu, maka rangsangan otak di usia dini
menjadi sangat penting. Penundaan yang terjadi akan membuat otak itu tetap
tertutup sehingga tidak menerima program-program baru.
Selanjutnya,
Goleman menjelaskan bahwa periode tiga atau empat tahun pertama merupakan
periode subur bagi pertumbuhan otak manusia hingga dapat mencapai kurang lebih
dua pertiga dari ukuran otak orang dewasa. Selama periode ini, perkembangan
kompleksitas otak juga melaju lebih cepat bila dibanding dengan yang terjadi
sesudahnya.
Kedua,
dilihat dari hakekat belajar dan perkembangan. Belajar dan perkembangan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Pengalaman belajar dan
perkembangan awal merupakan dasar bagi proses belajar dan perkembangan
selanjutnya. Temuan Ornstein (Bateman, 1990) tentang fungsi belahan otak, salah
satunya, menunjukan bahwa anak yang pada masa prasekolah mendapat rangsangan
yang cukup dalam mengembangkan kedua belah otaknya akan memperoleh kesiapan
yang menyeluruh untuk belajar secara sukses saat memasuki Sekolah Dasar.
Mendukung temuan tersebut, penelitian Marcon (1993:56) juga menjelaskan bahwa
kegagalan anak dalam belajar pada kelas-kelas berikutnya. Berikut pula, kekeliruan
belajar awal bisa menjadi penghambat bagi proses belajar selanjutnya.
Ketiga,
tuntutan-tuntutan non-educatif lainnya yang berkembang dewasa ini juga
mendorong para orang tua untuk semakin peduli terhadap lembaga- lembaga
pendidikan prasekolah. Dewasa ini tidak jarang di antara orang tua, khusunya
dikota-kota besar yang keduanya menghabiskan sebagian besar waktu mereka di
kantor, tempat kerja atau untuk kepentingan bisnis. Sementara itu kakek, nenek
atau saudara-saudara lainnya tidak lagi berada disamping mereka. Atau kalau pun
ada, mereka semua juga sibuk dengan urusan masing-masing. Perubahan pola dan
sikap hidup serta struktur keluarga tersebut menurut masyarakat untuk segera
memasukan anak-anak mereka kelembaga pendidikan atau penitipan anak secara
dini.
Tiga
alasan di atas tampaknya cukup mendukung pandangan yang mempercayai bahwa
pentingnya pendidikan prasekolah itu bukan merupakan sesuatu yang patut
dipertanyakan lagi, yang menjadi tantangan sekarang adalah bagaimana para
pendidik (orang tua dan tutor) dapat merespons kebutuhan pendidikan anak yang
begitu urgen tersebut secara sungguh-sungguh. Di zaman yang penuh dengan
tantangan dan persaingan ini, mereka diharapkan tidak lagi menyelenggarakan
pendidikan anak prasekolah secara asal-asalan. Sebaliknya, sekarang mereka
justru dituntut untuk menyelenggarakan pendidikan secara professional sehingga
mampu melahirkan generasi yang tangguh dan siap mengarungi lautan kehidupan
yang semakin kompetitif ini.
Tags
Perkembangan Anak