Pengertian
kultur jaringan tanaman adalah sebuah teknik budidaya (perbanyakan) sel, jaringan,
dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan
aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Secara umum perbanyakan tanaman
berdasarkan perkembangan dan siklus hidupnya dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu perbanyakan secara seksual dan perbanyakan secara aseksual (Santoso dan
Nursandi, 2004).
Berdasarkan
bagian tanaman yang dikulturkan secara lebih spesifik terdapat tipe-tipe kultur
yaitu, kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur anter, kultur akar, kultur
pucuk tunas, kultur embrio, kultur ovul, dan kultur kuncup bunga. Kultur
jaringan bermula dari adanya pembuktian sifat totipotensi sel, yaitu bahwa
setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat
fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika
berada dalam kondisi yang sesuai.
Penemuan
zat pengatur tumbuh (ZPT) dan upaya pengembangan formulasi media sangat
berperan penting dalam menentukan keberhasilan teknik kultur jaringan (Yusnita,
2003). Zat pengatur tumbuh yang paling sering digunakan adalah asam
2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D) (Wetter & Constabel, 1991). Prinsip utama
dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman dengan menggunakan media buatan yang dilakukan di
tempat yang steril (Departemen Pertanian, 2007).
Dalam
perbanyakan teknik kultur jaringan, eksplan merupakan faktor yang penting dalam
penentuan keberhasilan. Menurut Gunawan (1995) disamping eksplan faktor
genotip, umur eksplan, letak pada cabang dan seks (pohon jantan atau betina)
juga perlu diperhatikan dalam pembuatan kultur jaringan. Eksplan adalah bagian
tanaman yang dijadikan bahan inokulum awal yang ditanam dalam media, yang akan
menunjukan pertumbuhan dan perkembangan tertentu.
Dalam
pemilihan bagian tanaman perlu juga dipertimbangkan tujuan dari kultur yang
akan dilakukan. Bagian tertentu akan memberikan variasi dalam jumlah kromosom
maupun variasi dalam beberapa gen. Santoso & Nursandi (2004) menambahkan
bahwa langkah pertama untuk menentukan bagian mana dari tanaman yang akan
digunakan sebagai eksplan adalah melihat potensi genetik yang ada pada tanaman
dilapangan. Untuk itu perlu dilakukan analisis jaringan secara in vivo untuk
mengetahui bagian tanaman yang mempunyai kandungan tertinggi senyawa yang
diinginkan. Tanaman yang mempunyai kandungan senyawa tertentu dalam jumlah
besar akan mampu menghasilkan senyawa yang sama dalam jumlah besar pula apabila
tanaman tersebut dikulturkan secara in vitro. Hal ini sesuai dengan teori
totipotensi yang dimiliki suatu sel.
Tags
Tanaman