Masalah seksual pada masa usia lanjut
sering terjadi. Sejalan dengan bertambahnya usia, masalah seksual merupakan
masalah yang tidak kalah pentingnya bagi pasangan usia lanjut. Masalah ini
meliputi ketakutan akan berkurangnya atau bahkan tidak berfungsinya organ sex
secara normal sampai ketakutan akan kemampuan secara psikis untuk bisa
berhubungan seks.
Disfungsi seksual dapat diartikan sebagai suatu keadaan di
mana yang meliputi berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi
prematur, dan sakit pada alat kelamin sewaktu masturbasi.
Alexander dan Allison mengatakan bahwa pada
dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktivitas seksual pada usia
lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari
aspek vaskular, hormonal dan neurologiknya.
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses
penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
Fase desire
Dipengaruhi oleh
penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural, kecemasan akan
kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita
mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi. Interval
untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron
menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
Fase arousal
- Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan kandung kemih.
- Lansia pria: ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.
Fase orgasmic
- Lansia wanita: tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
- Lansia pria: kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat
periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase orgasme
berikutnya lebih sukar terjadi.
Tabel perubahan
fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua menurut Kaplan
Fase tanggapan seksual
|
Pada wanita lansia
|
Pada pria lansia
|
Fase desire
|
Terutama
dipengaruhi oleh penyakit baik dirinya sendiri atau pasangan, masalah
hubungan antar keduanya, harapan kultural dan hal-hal tentang harga diri.
Desire pada lansia wanita mungkin menurun dengan makin lanjutny usia, tetapi
hal ini bisa bervariasi.
|
Interval
untuk meningkaatkan hasrat melakukan kontak seksual meningkat;hasrat sangat
dipengaruhi oleh penyakit; kecemasan akan kemampuan seks dan masalah hubungan
antara pasangan. Mulai usia 55 th testosteron menurun bertahap yang akan
mempengaruhi libido.
|
Fase arousal
|
Pembesaran
payudara berkurang, semburat panas dikulit menurun; elastisitas dinding
vagina menurun; iritasi uretra dan kandung kemih meningkat;otot-otot yang
menegang pada fase ini menurun.
|
M embutuhkan
waktu lebih lama untuk ereksi; ereksi kurang begitu kuat; testosteron
menurun; produksi sperma menurun
bertahap mulai usia 40 th; elevasi testis ke perinium lebih lambat dan
sedikit; penguasaan atas ejakulasi biasany membaik.
|
Fase
orgasmik(fase muskular)
|
Tanggapan
orgasmik mungkin kurang intens disertai sedikit kontraksi; kemampuan untuk
mendapatkan orgasme multipel berkurang dengan makin lanjutnya usia.
|
Kemampuan
mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan kontraksi otot dirasakan berkurang;
jumlah kontraksi menurun; volume ejakulat menurun.
|
Fase pasca
orgasmik
|
Mungkin
terdapat periode refrakter, dimana pembangkitan gairah secara segera lebih
sukar.
|
Periode
refrakter memanjang secara fisiologis, dimana ereksi dan orgasme berikutnya
lebih sukar terjadi.
|
Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh
perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
Penyebab iatrogenic
Tingkah laku buruk
beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat inadekuat
konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
Penyebab biologik dan
kasus medis
Hampir semua kondisi
kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan seks dan
system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik
Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam
gangguan seksual pada lansia adalah sebagai berikut:
- Gangguan hasrat
- Tahap pemanasan
- Orgasme
- Rasa nyeri
- Sakit fisik
- Obat dan alkohol
- Gangguan yang tidak khusus
Beberapa hal yang
dapat menyebabkan masalah kehidupan seksual antara lain:
Infark miokard
Mungkin mempunyai efek
yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk terlibat dalam
hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
Pasca stroke
Masalah seksual
mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami anxietas
akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan
cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas
situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum
stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang
aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami
kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak
terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka diperlukan
penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi
pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya
mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan.
Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi
dengan bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan
berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.
Kanker
Masalah seksual tidak
terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi maupun
pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual
(kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan
saraf.
Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan
arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini
mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang
memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.
Arthritis
Beberapa posisi
bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin
mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang
dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.
Rokok dan alcohol
Pengkonsumsian alkohol
dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila terjadi kerusakan
hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin
mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk
mengalami kenikmatan.
Penyakit paru
obstruktif kronik
Pada penyakit paru
obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan umum,
kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan
dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.
Obat-obatan
Beberapa obat-obatan
dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa obat anti
hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.
Tags
perkembangan lansia