Terdiri dari bebeberapa macam-macam cloning. Kloning
menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau klon yang
berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi
aseksual. Sedangkan menurut istilah
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel
induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari
inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun
manusia.
Macam-macam kloning antara lain sebagai
berikut:
Kloning pada tumbuhan
Kloning
pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk mendapatkan tanaman
yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.
Kloning pada hewan
Kloning
pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan katak, tikus, kera
dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang berhasil
hanyalah percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan domba
adalah dengan mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau
ambingnya lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini
dihilangkan, kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur
domba, setelah inti selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba agar
memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya di hasilkan
bayi domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode genetic yang sama dengan
domba pertama yang menjadi sumber pengambilan sel ambing.
Kloning pada embrio
Kloning
embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk dari
pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu
dibagi dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang
berpotensi untuk membelah dan berkembang. Kemud¬ian sel-sel embrio itu
dipisahkan agar masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan
sel embrio pertama yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel
embrio itu dapat ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau
dalam rahim isteri kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur yang
telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel
embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak kembar
yang terjadi melalui proses Kloning embrio ini dengan kode genetik yang sama
dengan embrio pertama yang menjadi sumber Kloning.
Kloning pada manusia
Kloning
pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung dengan
adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan
mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian
digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel
telur ini –setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu ditransfer
ke dalam rahim seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri, berkembang,
berubah menjadi janin, dan akhirnya dila¬hirkan sebagai bayi. Bayi ini
merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi
sumber pengambilan sel tubuh.
Kedua,
Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perem-puan saja tanpa
memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel
dari tubuh seorang perem¬puan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan
dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini
–setelah bergabung dengan inti sel tubuh perem-puan– lalu ditransfer ke dalam
rahim perempuan agar memper¬banyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan
akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan
dengan kode genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan
sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada
hewan domba.
Adapun
pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang diturunkan
hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik
laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang
sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya –seperti tinggi dan lebar
badan serta warna kulit– dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan
yang bersi¬fat asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh
ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya. Sedang¬kan ciri-ciri yang diperoleh
melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari
seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli, maka
tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan
hasil usaha, bukan sifat asli.
Tags
Biologi