Kontrasepsi hormonal adalah alat kontrasepsi
dengan menggunakan hormon atau zat kimia yang akan mengaktifkan zat-zat kimia
dalam tubuh wanita, sehingga dapat mencegah kehamilan. Kontrasepsi hormonal adalah
berbahan baku preparat estrogen dan progesterone.
Macam-macam kontrasepsi hormonal adalah
sebagai berikut:
Kontrasepsi dengan
menggunakan Pil
Ada beberapa macam kontrasepsi dengan
menggunakan pil, antara lain sebagai berikut:
Pil kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang
sampai saat ini dianggap paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi,
pil juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan
perubahan–perubahan pada lendir serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan
kental, yang mengakibatkan sperma tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga
terjadi perubahan-perubahan pada motilitas tuba fallopi dan uterus. Dewasa ini
terdapat banyak macam pil kombinasi, tergantung dari jenis dan dosis estrogen
serta jenis progesteron yang dipakai (Sarwono, 2008).
Pil kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil
dan ada yang berisi 28 pil dalam satu bungkus. Pil kombinasi yang berisi 21
atau 22 pil dalam satu bungkus, diminum mulai hari kelima haid satu pil setiap
hari sampai habis. Pil dalam bungkus kedua diminum 7 hari setelah pil dalam
bungkus pertama habis. Pil kombinasi yang berisi 28 pil diminum setiap malam
secara terus–menerus. Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi
(Sarwono, 2008).
Menurut
kishen (2005) wanita yang mempunyai masalah kesehatan sebagai berikut sebaiknya
tidak menggunakan pil kombinasi:
- Menderita hepatitis atau penyakit kuning.
- Menderita gejala stroke atau penyakit jantung.
- Mempunyai masalah pembekuan darah.
- Merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak.
- Menderita diabetes atau epilepsi.
Efek
samping pil kombinasi (Sarwono2008):
Hormon – hormon dalam pil harus cukup kuat
untuk dapat mengubah proses biologik, sehingga ovulasi tidak terjadi. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika kadang–kadang timbul efek sampingan. Efek
tersebut pada umumnya ditemukan pada pil kombinasi dengan kelebihan estrogen
atau pada pil dengan kelebihan progesteron.
Efek
– efek sampingan yang masih dapat dianggap ringan ialah sebagai berikut
(Sarwono, 2008):
- Efek karena kelebihan estrogen. Efek – efek yang sering terdapat ialah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada mamma, flour albus. Rasa mual kadang – kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung.
- Efek karena kelebihan progesterone. Progesteron dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan, akne, alopesia, kadang – kadang mamma mengecil, fluor albus, hipomenorea.
- Efek sampingan yang berat. Bahaya yang dikuatirkan dengan pil ialah trombo-emboli, termasuk tromboflebitis, emboli paru – paru, dan trombosis otak.
Mini Pil
Mini pil tidak mengandung estrogen dan hanya
mengandung progestin saja, sehingga mini pil ini lebih aman bagi wanita yang
tidak cocok menggunakan pil kombinasi. Mini pil ini bagi ibu yang sedang
menyusui karena tidak mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI,
dan digunakan mulai hari ini pertama sampai hari kelima masa haid (Sarwono,
2008).
Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual,
tidak mempengaruhi produksi ASI, nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri
haid, dan kesuburan cepat kembali. Sedangkan kekurangannya adalah mengalami
gangguan haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan ektopik
cukup tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
(Heffner & Schust, 2005).
Wanita
yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang termasuk ke
dalam(Kishen, 2005):
- Hamil atau diduga hamil.
- Mengalami perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya
- Menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara.
- Menderita mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan mioma uterus.
- Mempunyai riwayat sroke karena progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
- Mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis yang berumur di atas 20 tahun.
- Menderita kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.
Suntikan Progestin
Suntikan progestin seperti Depo-Provera dan
Noris-Terat mengandung hormon progestin saja. Suntikan ini sangat baik bagi
wanita yang menyusui dan suntikan di berikan setiap dua bulan atau tiga bulan
sekali. Suntikan ini mengentalkan lendir serviks dan menurunkan kemampuan
penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi sehingga
menghambat transportasi gamet oleh tuba. Penyuntikan harus dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan(Sarwono, 2008).
Suntikan ini sangat efektif dalam mencegah
kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangggu pembekuan darah. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perdarahan
yang tidak teratur atau bercak–bercak darah, berat badan meningkat, dan pada
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas),
kekeringan pada vagina, menurunkan libio dan sakit kepala (Sarwono, 2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan
ini adalah mereka yang hamil, mengalami perdarahan pervaginaan, menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes
mellitus disertai komplikasi (Sarwono, 2008).
Implant / Susuk
Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi
yang dipasang dibawah kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat
dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa
menyusui. Pemasangan dan pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan yang terlatih. Metode ini membuat lendir serviks menjadi
kental, mengganggu proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi
sperma sehingga menekan ovulasi (Sarwono, 2008).
Sesuai
dengan perkembangannya, implant terdiri atas tiga jenis yaitu (Sarwono, 2008):
- Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis norplant ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun.
- Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama kerjanya 3 tahun.
- Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Implant efektif dalam menunda kehamilan
jangka panjang (5 tahun), bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu
hubungan seksual, tidak mengganggu produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat
sesuai dengan kebutuhan. Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah
sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari masa haid. Efek samping
yang ditimbulkannya adalah nyeri kepala, peningkatan atau penurunan berat
badan, nyeri payudara, mual, pening, mengalami gangguan haid (terjadinya
spotting. Perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah) (Sarwono,
2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan implant
adalah wanita hamil atau disangka hamil, penderita panyakit hati, kanker
payudara, diabetes mellitus, kelainan kardiovaskular dan wanita yang mempunyai
riwayat kehamilan ektopik (Sarwono, 2008).
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim)
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) adalah
cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan reversibel bagi wanita
tertentu, terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan
(Wulansari, 2007) . Setelah dirahim, AKDR akan mencegah sperma pria bertemu
dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10 tahun (tergantung
kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur reproduksi (Sarwono,
2008).
Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada masa
haid, untuk mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servik
alis. Segera setelah pemasangan AKDR, rasa nyeri atau kejang di perut dapat
terjadi. Biasanya rasa nyeri ini dapat berangsur – angsur hilang dengan
sedirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetika.
Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan
AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil (Sarwono, 2008).
Sebagai alat kontrasepsi AKDR mempunyai
efektivitas yang tinggi dan merupakan metode jangka panjang, tidak mengganggu
hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat
digunakan setelah menopause, tidak ada interaksi dengan obat – obat dan
membantu mencegah kehamilan ektopik. Efek samping yang ditimbulkannya adalah
perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan lama, adanya perdarahan
berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia (Sarwono, 2008).
Cara Kerja AKDR:
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor
dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan
pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum
dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan
antiseptik (sol betadine atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks di
jepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde kedalam uterus untuk
menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR
dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan
tarikan ringan pada cunam serviks (Manuaba, 2009).
Tabung penyalur digerakkan didalam uterus,
sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri
yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil
mengeluarkan tabung penyalur perlahan–lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR
dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga
dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar
dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat (Sarwono, 2008).
Efek samping AKDR
(Meera,2005):
- Perdarahan. Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit–sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang berukuran kecil.
- Rasa nyeri dan kejang di perut. Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur–angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi analgetika.
- Ketidakteraturan menstruasi. Selama beberapa bulan pertama dapat terjadi bercak darah atau perdarahn antarmenstruasi, tetapi hal ini berkurang seiring dengan waktu. Bercak darah pra dan pascamenstruasi yang berlangsung 2 sampai 3 hari juga sering terjadi.
Menurut Leveno (2004) terdapat beberapa
keuntungan penggunaan AKDR seperti progesteron dan AKDR yang mengandung
levonogestrel mengurangi darah haid dan dapat digunakan untuk mengobati
menoragia. Selain itu, berkurangnya pengeluaran darah sering disertai oleh
berkurangnya disminore. Wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap
kontrasepsi oral kombinasi dan norplant sering dapat menggunakan kontrasepsi
ini. Setelah penghentian penggunaan, kesuburan tidak berkurang.
Kerugian
pemakaian AKDR (Sarwono, 2008):
- Pola perdarahan menstruasi
- Infeksi
- Ekspulsi
- Perforasi
Tags
Kehamilan