Konsep
Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu
tidak identik dengan persekolahan, Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) merupakan
sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup.
Ide
tentang Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) yang hampir tenggelam, yang
dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh Comenius 3
abad yang lalu (di abad 16).
Selanjutnya
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) didefenisikan sebagai tujuan atau ide
formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan.
Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas mengikuti seluruh rentangan
usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.(Cropley).
Adapun
dorongan orang belajar sepanjang hayat ini terjadi karena dirasakan sebagai
kebutuhan. Sepanjang hidup manusia memang tidak pernah berada di dalam suau
vakum, mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinanamis,
kreatif, dan inovatif terhadap diri dan kemajuan zaman. Maka untuk
merealisasikan itu semua, mereka merasa bahwa pendidikan itu merupakan suatu
kebutuhan bagi mereka.
Pendidikan
merupakan bagian integral dari hidup itu sendiri. Artinya pendidikan itu lekat
dengan diri manusia, karena dengan itu manusia dapat terus menerus meningkatkan
kemandiriannya sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat, meningkatkan
self fulfillment (rasa kepenuhmaknaan) dan terarah kepada aktualisasi diri.
Akan
tetapi proses belajar sepanjang hayat ini dalam perjalanannya menjadi pudar,
disebabkan oleh semakin kukuhnya kedudukan sistem pendidikan persekolahan
ditengah-tengah masyarakat. Sistem pendidikan persekolahan yang polanya telah
mentradisi membentuk masyarakat tersendiri dan memisahkan diri dari lingkungan
masyarakat luas dengan pagar perkarangan sekolah, mendinding kelas membatasi
waktu belajarnya sampai usia tertentu dan jangka waktu tertentu. Seolah-olah
membentuk masyarakat yang mempersiapkan diri untuk kehidupan di hari depan,
bukan kehidupan sekarang ini.
Selanjutnya
PSH didefenisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasia dan
penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasiannya dan penstrukturan ini
diperluas mengikuti seluruh rengangan usia yang paling muda sampai paling tua
(Cropley: 67). Dalam praktek keseharianya, PSH belum jelas. Sebagai gerakan
konseptuan yang bersifal massal baru mulai pada tahun 70-an, yaitu 20 tahun
kemudian sesuah Dewey. Salah satu rekomendasiya ialah agar pendidikan seumur
hidup (life long education) bagi wargaa masyarakat untuk menuju ke masyarakat
gemar belajar (learning socety) dapat diterima sebagai master konsep dalam
pembaruan pendidikan di masa mendatang. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga/keluarga dan masyarakat, karena
itu pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
Alasan Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
Berikut ini merupakan alasan-alasan
mengapa Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) diperlukan:
- Rasional
- Alasan keadilan
- Alasan ekonomi
- Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
- Alasan perkembangan iptek
- Alasan sifat pekerjaan
Sedangkan
di dalam tulisan Cropley, dituliskan bahwa ada beberapa alasan mengapa PSH itu
dipandang perlu, yaitu:
Alasan keadilan
Terselenggaranya
PSH secara meluas di kalangan masyarakat dengan menciptakan iklim lingkungan
yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. Karena masyarakat dengan
berbagai stratanya merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh pendidikan.
Alasan Ekonomi
Biaya
untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir
tak tertanggulangi. Di satu tangangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan
dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi
penghambat. Adapun alternatif untuk mengatasi masalah pembiayaan ini antara
lain dengan cara memperbesar daya serap sekolah misalnya dengan sstem double
shift, memperpendek masa pendidikan, meningkatkan pendayagunaan teknologi
pendidikan, mendesiminasikan inovasi-inovasi pendidikan dan sebagainya.
Terhadap
persoalan tersebut, maka para pendukung PSH menyatakan secara lebih
berhati-hati, yakni bahwa keuntungan yang diperoleh dari PSK terutama berupa
peningkatan kualitas hidup, kemaknaan diri (self fulfillment), melepaskan diri
dari belenggu kebodohan, kemiskinan dan eksploitasi, kalaupun bukan peningkatan
produk kerja.
Alasan Perkembangan IPTEK
Sehubungan
dengan semakin berkembangnya teknologi, maka anak dituntut untuk menguasai
IPTEK tersebut, agar mereka bisa mengikuti arus perkembangan zaman tersebut.
Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan
menunjukkan bahwa perkembagan IPTEK di satu sisi dalam skala besar menyita
pekerjaan tangan diganti dengan masin, tetapi tak dapat dipungkiri di sisi yang
lain juga memberika andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang banyak
tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya
pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
Kondisi
seperti digambarkan itu mengundang implikasi bahwa PSH merupakan alternatif
yang dapat mengantisipasi pemecahan masalah-maslah yang dihadapi oleh pekerja
di masa depan.
Tags
Psikologi Pendidikan