Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Suatu
keluarga disebut keluarga sadar gizi (Kadarzi) apabila telah berperilaku gizi
yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara teratur,
memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif),
makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsul
vitamin A dosis tinggi) (Depkes RI, 2007).
Dalam hal
ini, keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil dan paling inti dengan
beranggotakan bapak, ibu, dan anak-anak. Di sinilah tata cara nilai, norma,
kepedulian dan kasih sayang terbina sejak dini. Dalam keluarga, sumber daya
dimiliki dan dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan
fisik yang paling dasar yaitu makan dan minum. Ditingkat keluarga juga
dilakukan pengambilan keputusan tentang makanan, gizi dan kesehatan
dilaksanakan. Masalah yang terjadi ditingkat keluarga seperti gizi kurang, gizi
buruk, anemia dan sebagainya, sangat erat kaitannya dengan perilaku keluarga
yang bersangkutan selain akar masalah adalah kemiskinan. Pemahaman Kadarzi oleh
semua yang bertujuan mewujudkan keluarga sehat, cerdas dan mandiri sangat
diperlukan untuk menjadikan bangsa sehat dan negara kuat (Syahartini,
2006).
Diharapkan
bahwa dalam satu keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga
yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku
gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapa pun yang
terhimpun dalam keluarga itu (Depkes RI, 1998).
Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Pembinaan
keluarga sadar gizi adalah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan keluarga, agar terwujud keluarga yang sadar gizi. Upaya meningkatkan
kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo, diskusi dan pelatihan
(Depkes RI, 1998).
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar gizi
(KADARZI) adalah:
- Menimbang balita ke posyandu secara berkala.
- Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi kurang dan gizi lebih).
- Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
- Mampu mencegah dan mengatasi kejadian atau mencari rujukan, manakala terjadi kelainan gizi di dalam keluarga.
- Menghasilkan makanan melalui pekarangan.
Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar
Gizi
Sasaran
pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja puskesmas. Namun
perhatian utama pembinaan ditujukan kepada keluarga yang memiliki kelainan
gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I.
Dengan adanya pembinaan kadarzi maka
diharapkan agar:
- Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga yang menjadi kader kadarzi.
- Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
- Tidak ada lagi masalah gizi utama dikalangan keluarga (Depkes RI, 1998).
Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program
Kadarzi.
Pemetaan Kadarzi
Pemetaan
kadarzi dilakukan untuk menganalisis situasi kadarzi di suatu wilayah kerja
puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) kemudian
untuk berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu. Pemetaan dilakukan
setiap 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Februari dan Agustus.
Tujuan pemetaan kadarzi yaitu:
- Mendapatakan informasi situasi kadarzi dalam satu wilayah atau dasawisma berdasarkan indikator yang ditentukan.
- Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar yang belum dapat dilaksanakan oleh keluarga.
- Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi kadarzi dari waktu- kewaktu.
Sasaran Pemetaan Kadarzi:
Sasaran pemetaan kadarzi adalah semua
keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas.
Konseling Kadarzi
Konseling
kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma, tenaga penggerak
masyarakat (TPM) untuk membantu memecahkan masalah prilaku gizi yang belum
dapat dilakukan oleh keluarga.
Tujuan
konseling kadarzi adalah untuk memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga dalam
melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan yang
dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungannya.
Pelaksanaan
konseling kadarzi, untuk pertama kali konseling dilakukan oleh tenaga pelaksana
gizi (TPG) puskesmas bersama tenaga penggerak masyarakat dan kader dasawisma.
Untuk selanjutnya konseling kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma dan
TPM.
Sasaran konseling kadarzi: Konseling dilakukan pada
keluarga yang belum menerapkan indikator sadar gizi. Konseling ditujukan kepada
anggota keluarga yang sudah dewasa (Depkes RI, 2000).
Strategi untuk mencapai sasaran keluarga
sadar gizi (Kadarzi)
Strategi untuk mencapai sasaran kadarzi
adalah:
- Meningkatkan fungsi dan peranan posyandu sebagai wahana masyarakat dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan pertumbuhan balita.
- Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis melalui advokasi, sosialisasi, dan pendampingan keluarga.
- Menggalang kerja sama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pihak lainnya dalam mobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan.
- Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplemen gizi terutama zat gizi mikro dan MP-ASI bagi balita dalam keluarga di bawah garis miskin.
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
- Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan jaringannya (Depkes RI, 2007).
Indikator Keluarga Sadar Gizi
Indikator
keluarga sadar gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga.
Menurut Depkes (2007), ada 5 indikator kadarzi yang meliputi : penimbangan
berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai
umur 6 bulan (ASI Eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam
beryodium, memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A pada balita) sesuai anjuran.
Memantau pertumbuhan balita dengan
menimbang Berat Badan balitanya secara teratur
Menurut
Soekirman (2000) status gizi balita erat hubungannya dengan pertumbuhan anak,
oleh karena itu perlu suatu ukuran/ alat untuk mengetahui adanya kekurangan
gizi dini, monitoring penyembuhan kurang gizi dan efektivitas suatu program
pencegahan. Sejak tahun 1980-an pemantauan berat badan anak balita telah
dilakukan dihampir semua desa di Indonesia melalui posyandu. Dengan
meningkatkan mutu penimbangan dan pencatatannya, maka melalui posyandu
dimungkinkan untuk memantau status gizi setiap anak balita di wilayahnya
(Soekirman, 2000).
Pemantauan
pertumbuhan balita yang dilakukan dengan menimbang selain di posyandu bisa juga dilakukan di rumah atau
tempat lain setiap bulan dengan menggunakan alat penimbang badan. Dapat
dipantau dengan melihat catatan penimbangan balita pada KMS selama 6 bulan
terakhir yaitu bila bayi berusia > 6 bulan ditimbang 4 kali atau lebih berturut-turut dinilai baik
dan jika kurang dari 4 kali dianggap belum baik. Bila bayi 4-5 bulan ditimbang
3 kali atau lebih dinilai baik dan jika kurang dari 3 kali dinilai belum baik.
Bila bayi berusia 2-3 bulan ditimbang 2 kali atau lebih berturut-turut dinilai
baik dan jika kurang dinilai belum baik,
dan pada bayi yang masih berumur 0-1 bulan, baik jika pernah ditimbang dan belum baik jika tidak pernah ditimbang
(Depkes RI, 2007).
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi kesinambungan seorang ibu membawa balitanya ke
posyandu untuk ditimbang yaitu : tingkat pengetahuan responden terhadap
penimbangan, sikap responden terhadap penimbangan, manfaat yang dirasakan dalam penimbangan
balita, kepuasan pelayanan penimbangan balita, jadwal pelayanan, tempat
pelayanan, tingkat partisipasi tokoh masyarakat (Lius, 1994).
Memberikan ASI Eksklusif
ASI
Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI Eksklusif adalah
menyusui bayi secara murni. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa cairan lain
seperti susu, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Danuatmojo, 2004).
ASI
sangat baik diberikan kepada bayi segera setelah dia lahir karena ASI merupakan
gizi terbaik bagi bayi dengan komposisi zat-zat gizi didalamnya secara optimal
mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi. Kualitas zat gizi ASI juga terbaik
karena mudah diserap dicerna oleh usus bayi. Pemberian makanan padat/tambahan
yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan
angka kesakitan pada bayi. Tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian
makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya,
hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada
dampak positif untuk pertumbuhan dan perkembangan (Roesli, 2008).
ASI yang
juga merupakan makanan yang sempurna, seimbang, bersih sehat. Dapat diberikan
setiap saat dan mengandung zat kekebalan serta dapat menjalin hubungan kasih
sayang antara ibu dan bayi (Syahartini, 2006).
Namun masih banyak ibu yang tidak
memberikan bayinya ASI Eksklusif dengan faktor penyebab antara lain:
- Produksi ASI yang kurang atau tidak keluar sama sekali
- Umur; dimana ibu yang berusia muda kurang mengetahui manfaat pemberian ASI Eksklusif
- Penghasilan keluarga; keluarga dengan penghasilan besar menginginkan anak yang sehat sehingga mereka membeli dan memberikan susu atau makanan lain kepada bayinya tanpa mereka sadari bahwa ASI dapat mencukupi sampai berumur 6 bulan
- Status kesehatan ibu; pikiran kacau dan emosi saat menyusui mengakibatkan bayi cengeng
- Kurang persiapan ibu saat menghadapi masa laktasi sehingga ASI tidak keluar pada masa 1-3 hari setelah melahirkan, sehingga pemberian ASI tidak lancar dan ibu memilih memberi bayinya susu formula dengan sendirinya ASI Eksklusif terabaikan (Fatimah, 2007).
Makan beranekaragam makanan
Makanan
beragam artinya makanan yang bervariasi (tidak monoton). Variasi berarti
susunan hidangan itu berubah dari hari-kehari. Jenis makanan atau masakan yang
tersusun menjadi hidangan juga harus menunjukkan kombinasi, artinya dalam satu
kali hidangan, misalnya makan siang, susunan tersebut terdiri dari masakan yang
berlain-lainan. Untuk mencapai kondisi demikian maka bahan makanan yang
dipergunakan dan juga jenis masakannya atau cara memasaknya harus selalu
beraneka ragam (Sediaoetama, 2006).
Menurut
Depkes RI (2007), makan beraneka ragam makanan adalah keluarga mengonsumsi
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah setiap hari.
Susunan makanan menurut Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) Departemen Kesehatan RI yaitu:
- Beragam, apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari makanan pokok + lauk pauk, sayur, buah atau makanan pokok + lauk pauk +sayur
- Tidak Beragam, apabila dalam setiap kali makan hanya terdiri dari 2 atau 1 jenis pangan.
Menggunakan garam berjodium dalam
makanannya
Garam
beryodium baik adalah garam yang mempunyai kandungan yodium dengan kadar yang
cukup (>30 ppm kalium yodat ). Garam beryodium sangat perlu dikonsumsi oleh
keluarga karena zat yodium diperlukan tubuh setiap hari. Gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY) menimbulkan penurunan kecerdasan pada anak-anak,
gangguan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar gondok (Depkes RI, 2005).
Namun
demikian garam juga tidak dianjurkan dikonsumsi secara berlebihan karena garam
mengandung natrium, yang mana kelebihan natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan
darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke yaitu pecahnya pembulu darah
di otak. Stroke merupakan penyebab kematian pada orang dewasa di atas 40 tahun.
Sedangkan penyakit tekanan darah tinggi membawa resiko timbul penyakit jantung
pada orang dewasa. Karena itu konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6
gram atau satu sendok setiap harinya ( Depkes RI, 1996).
Untuk
mengetahui garam yang digunakan oleh keluarga mengandung yodium atau tidak
secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melihat ada tidaknya label
garam beryodium atau melakukan test yodina. Disebut baik jika berlabel dan bila
ditest dengan yodina berwaran ungu, tidak baik jika tidak berlabel dan bila
ditest dengan yodina warna tidak berubah (Depkes RI, 2007).
Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita
Telah
lama dikenal persenyawaan dengan aktifitas
vitamin A, misalnya vitamin A1 yang terdapat dalam jaringan mamalia dan
ikan laut, vitamin A2 pada ikan tawar. Vitamin A larut dalam lemak, stabil
terhadap suhu yang tinggi dan tidak dapat diekstraksi oleh air yang dipakai
untuk merebus makanan. Akan tetapi vitamin A dapat dihancurkan oleh pengaruh
oksidasi, cara memasak bahan makanan secara biasa tidak mempengaruhi keadaan
vitamin A. Kekurangan vitamin A menyebabkan Xerofthalmia, kekurangan tersebut
tersebar luas dan merupakan penyakit gangguan gizi pada manusia yang sangat
penting. Di Indonesia penyakit tersebut merupakan salah satu diantara 4 masalah
gizi utama, prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak dibawah 5 tahun
(Pudjiadi, 2000).
Sering
kali kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi dengan makan sehari-hari. Kebutuhan
ini dapat dipenuhi dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI (kapsul
biru) untuk balita umur 6-11 bulan dan vitamin A dosis tinggi 200.000 SI
(kapsul merah) untuk balita umur 12-59 bulan. Pemberian vitamin A dilakukan setiap
bulan Februari dan Agustus dan dapat diperoleh di posyandu maupun di puskesmas
(Depkes RI, 2007).
Tags
Gizi dan Nutrisi