Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan
salah satu keadaan malnutrisi, mal nutrisi adalah keadaan patologis akibat
kekurangan atau kelebihan secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi
(Supriasa, 2002). Kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan dimana
seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein ) yang berlangsung lama
atau menahun. Dengan ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus
dan dengan LILA-nya kurang `dari 23,5 cm (Depkes,1999).
Faktor – faktor yang
mempengaruhi Kekurangan energi kronik (KEK)
Dari penelitian Surasih (2005), faktor-faktor
yang mempengaruhi Kekurangan energi kronik (KEK) antara lain: jumlah asupan
energi, umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang
gizi dan pendapatan keluarga.
Adapun
penjelasannya:
Jumlah
asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak
dari pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat
yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan
pangan dalam negeri yaitu: upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting
untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat
berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan
malnutrisi.
Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang
ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi
organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.
Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35
tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
Beban
kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda,
seorang dengan gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada
mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka
apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga
semakin banyak. Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena
zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga
digunakan untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan
energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263
kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada
perubahan tingkat kegiatan.
Penyakit
/infeksi
Malnutrisi
dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan
mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu:
- Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
- Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus.
- Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
Pengetahuan
ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan
tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah
tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan
pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa
jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek
nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi
semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan
memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
Pendapatan
keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan
kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak
60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli
makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh
karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy
lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan
semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
Pathogenesis
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari
faktor lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan
zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan
akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala adalah berat badan kurang
dari 40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5cm (Supariasa, 2002).
Ukuran
Lingkar Lengan Atas
Pengertian
Kategori
KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA (Supariasa,
2002). Menurut Depkes RI (1994) didalam buku Supariasa (2002) pengukuran LILA
pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah
dan dapat dilaksanakan masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK.
Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah suatu cara untuk
mengetahui resiko KEK.
Tujuan
Tujuan
pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu hamil maupun calon
ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut
adalah:
- Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
- Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
- Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
- Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
- Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
Ambang Batas
Ambang
batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5cm, apabila
ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita
tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi
lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa, 2002).
Cara Mengukur LILA
Pengukuran
LILA dilakukan melalui urutan–urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan
pengukuran LILA (Supariasa, 2002) yaitu:
- Tetapkan posisi bahu dan siku.
- Letakkan pita antara bahu dan siku.
- Tentukan titik tengah lengan.
- Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.
- Pita jangan terlalu dekat.
- Pita jangan terlalu longgar
Cara pembacaan skala yang
benar
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran dilakukan
dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur
lengan kanan). Lengan harus posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang dan alat ukur dalam keadaan baik.
Pengaruh KEK
Kurang
energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun pada janin
yang dikandungnya (Waryono, 2010).
- Terhadap ibu: dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain: anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi.
- Terhadap persalinan: pengaruhnya pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan.
- Terhadap janin: menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Tags
Gizi dan Nutrisi