Kecerdasan emosional
di tempat kerja merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang sangat penting. Aturan
bekerja saat ini telah berubah. Kita dinilai berdasarkan tolak ukur yang baru
yaitu tidak hanya dinilai berdasarkan tingkat kepandaian, atau berdasarkan
pelatihan dan pengalaman, tetapi juga berdasarkan kemampuan kita mengelola diri
sendiri dan berhubungan dengan orang lain yang disebut cerdas secara emosional.
Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan
kognitif (Goleman, 1999).
Martin (2003)
mengatakan dalam konteks pekerjaan, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk
menangani masalah. Orang lain yang dimaksud adalah bisa meliputi atasan, rekan
sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan, sering kali kita
tidak mampu menangani masalah-masalah emosional di tempat kerja secara
memuaskan. Bukan saja tidak mampu memahami perasaan sendiri, melainkan juga
perasaan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi
kesalahpahaman dan konflik antar pribadi.
Di dunia kerja, kelebihan orang-orang
ber-EQ tinggi dibandingkan dengan orang lain tercermin dari fakta berikut:
- Pada posisi yang berhubungan dengan banyak orang, mereka lebih sukses bekerja. Terutama karena mereka lebih berempati, komunikatif, lebih tinggi rasa humornya dan lebih peka akan kebutuhan orang lain.
- Mereka lebih bisa menyeimbangkan rasio dan emosi. Tidak terlalu sensitif dan emosional, namun juga tidak dingin dan terlalu rasional. Pendapat mereka dianggap selalu objektif dan penuh pertimbangan.
- Mereka menanggung stres yang lebih kecil karena biasa dengan leluasa mengungkapkan perasaan, bukan memendamnya.
- Berbekal kemampuan komunikasi dan hubungan interpersonal yang tinggi, mereka selalu mudah menyesuaikan diri dan mudah beradaptasi.
- Saat yang lainnya menyerah, mereka tidak putus asa dan frustasi, justru menjaga motivasi untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Emosi pada prinsipnya
menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh
karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata, maka
sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Emosi di kantor dapat
dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat yang ditimbulkan.
Tantangan menonjol
bagi pekerja saat ini terutama adalah bertambahnya jam kerja serta keharusan
untuk mengelola hal-hal berpotensi stres dan berfungsi efektif di tengah
kompleksitas bisnis. Pekerja juga dituntut untuk mampu menempatkan kehidupan
kerja dan keluarga selalu dalam posisi seimbang.
Tantangan pekerjaan
juga terletak pada kemampuan berempati, misalnya para perawat, ketika
menghadapi keluhan pasien, perawat membutuhkan ketabahan emosi dan juga
mempunyai kemampuan melihat hal tersebut dari perspektif pasien. Perawat dalam
berkata, bertindak, dan mengambil keputusan, membutuhkan kecerdasan emosional
yang tinggi, sehingga mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Seorang perawat dengan empatinya akan membantu pasien. Perawat harus bersikap
baik dan santun kepada seluruh pasien, baik itu bayi yang baru lahir sampai
lanjut usia. Sikap ini didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar dan
tepat dalam segala situasi, yaitu tempat dan waktu. Perawatan yang efektif
mencakup pemberian perhatian kepada kebutuhan emosi pasien. Sikap perawat
kepada pasien disesuaikan dengan usia pasien, hal ini menguatkan bahwa
kemampuan untuk dapat berempati sangat diperlukan sekali oleh perawat agar
perawatan lebih efektif (Bharata, 2008 ).
Emosi menjadi penting karena ekspresi
emosi yang dapat terbukti bisa melenyapkan stres pekerjaan. Semakin tepat kita
mengkomunikasikan perasaan, semakin nyaman perasaan kita. Keterampilan
manajemen emosi memungkinkan kita menjadi lebih akrab dan mampu bersahabat,
berkomunikasi dengan tulus dan terbuka kepada orang lain.
Tags
Industri dan Jasa