Kecerdasan
anak usia dini seharusnya dipupuk sejak awal. Anak bukanlah orang dewasa dalam
ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu
demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan
masyarakat pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat
perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya
sesuai kehendaknya, di sekolah tutor sering memberikan tekanan (preasure) tidak
sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika
tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim.
Mencermati perkembangan anak dan perlunya
pembelajaran pada anak usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu
diperhatikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, yakni:
- Materi pendidikan
- Metode pendidikan yang dipakai.
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai
dalam rangka Pendidikan Anak Usia Dini harus benar-benar memperhatikan tingkat
perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula
mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan
juga mengemban tugas perkembangan tertentu.
Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 menegaskan bahwa, Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menyikapi
perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang
didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan ruang
kelas menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang
kelas sebagai ajang kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara
psikologis nyaman. Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini, Montessori, mengatakan
bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah
individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka
sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana
dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk
mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa
yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang
paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun
spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik
berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak.
Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang
terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami perkembangan anak
usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line data yang holistik yang
dapat memberikan berbagai informasi tentang perkembangan behavior dan kesulitan
belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat
diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak
sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA).
Banyak
pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montessori yakin
bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada
orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda dan
bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat.
Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia enam
tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu juga
dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap
anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung
cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini
anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau kepekaan untuk mempelajari
atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak berkembang pada masa yang
berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka.
Menurut Montessori, paling tidak ada
beberapa tahap perkembangan sebagai berikut:
- Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman- pengalaman melalui sensorinya.
- Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
- Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
- Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidikan
Taman
Anak, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik
dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih
(mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing). Anak bertumbuh kembang
dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh
pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara
menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk
mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati
(kepekaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan.
Tokoh
pendidikan ini sangat menekankan bahwa untuk usia dini bahkan juga untuk mereka
yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu bagaikan
kegiatan-kegiatan yang disengaja namun sekaligus alamiah seperti bermain di
“taman”. Bagaikan keluarga yang sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara
alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak yang mengalami
suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai, baik di rumah maupun di
sekolah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang, pelatihan
kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat.
Anak
taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4 tahun
anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan,
bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami
kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam
keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi
perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman
kanak- kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa,
terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan
tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.
Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka
tugas perkembangan yang diemban anak-anak adalah:
- Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
- Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya
- Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan
- Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari
- Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun
- Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung
- Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri.
Dengan
adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu
“dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari.
Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi
dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana
lagi seperti paksaan untuk membaca,menulis, berhitung dengan segala pekerjaan
rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak.
Pada usia
lima tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah siap
untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang
cukup lama di sekolah. Setelah pada usia 2-3 tahun mengalami perkembangan yang
cepat. Pada usia enam tahun, pada umumnya anak-anak telah mengalami
perkembangan dan kecakapan bermacam-macam keterampilan fisik. Mereka sudah
dapat melakukan gerakan-gerakan seperti meloncat, melompat, menangkap,
melempar, dan menghindar. Pada umumnya mereka juga sudah dapat naik sepeda mini
atau sepeda roda tiga. Kadang-kadang untuk anak-anak tertentu keterampilan-
keterampilan ini telah dikuasainya pada usia 4-5 tahun.
Montessori memberikan gambaran peran
tutor dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan, sebagai
berikut:
- 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yang diarahkan tutor
- Melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain
- Menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas
- Dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh tutor
- Aturan pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran.
Montessori,
mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis, membaca,
dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar
mengeja, menulis dan membaca. Ada suatu penelitian di Amerika yang menyimpulkan
bahwa kenyataannya anak-anak dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada sekitar 2 % anak yang sudah belajar dan
mampu membaca pada usia 3 tahun, 6 % pada usia empat tahun, dan sekitar 20 %
pada usia 5 tahun. Bahkan terbukti bahwa pengalaman belajar di taman
kanak-kanak dengan kemampuan membaca memadai akan sangat menunjang kemampuan belajar
pada tahun-tahun berikutnya.
Pendapat
Montessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan pendidik, meyakini
bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun- tahun yang paling kreaktif
dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu, sejauh memungkinkan, sesuai
dengan kemampuan, tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat
juga mengajarkan menulis, membaca dan berhitung pada usia dini. Yang penting
adalah strategi pengalaman belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang
menarik, mempesona, penuh dengan permainan dan keceriaan, enteng tanpa
membebani dan merampas dunia kanak-kanak mereka.
Salah
satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan anak
adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis,
sekaligus menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui
interaksi yang bebas. Hal ini ditandai antara lain dengan adanya relasi dan
komunikasi yang hangat dan akrab.
Pada masa
usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk
menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan
dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan
menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat
suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Tutor dan orang tua
hendaknya memberikan jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih
suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya.
Perlu
diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena
itu tutor dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan
tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada
masa ini juga akan berkembang kecerdasannya dengan cepat kalau diberi
penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang, dengan tetap memberikan
pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan. Dengan kasih sayang
yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting
adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar.
Untuk
memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu
dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat- alat peraga dan
alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun tingkat
perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur tersebut
anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk bermain, guna
lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan psikis anak terutama
untuk kecerdasan.
Banyak
penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan berhasil pada umumnya
berasal dari keluarga yang demokratis, suka melakukan uji coba, suka
menyelidiki sesuatu, suka berpergian (menjelajah alam dan tempat), dan aktif,
tak pernah diam dan berpangku tangan. Ingat keterampilan tangan adalah jendela
menuju pengetahuan. Dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
anak untuk melakukan uji coba (trial and error), mangadakan penyelidikan
bersama-sama, menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan
sesuatu , anak-anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil belajar
dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah dipelajari.
Dalam mengimplementasikan konsep
Montessori terhadap program pendidikan bagi anak usia dini perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
- Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini didesain berdasarkan tingkat perkembangan anak.
- Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka Pendidikan Anak Usia Dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu.
- Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat sebagai materi yang berguna untuk pengembangan diri anak, Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu: (a) Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik, (b) The sensorial area membuat anak mampu untuk mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain, (c) Mathematics area memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk menginternalisasi konsep angka, simbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta dasar, (d) Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang gambar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbol huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis, (e) Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum terintegrasi.
- Lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini menggabungkan fungsi psiko- sosial, fisik dan akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan, disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas. Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka.
Tags
Perkembangan Anak