Karakteristik
tumbuhan paku berbeda dengan tumbuhan lainnnya. Tumbuhan paku dalam dunia
tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisio Pteridophyta (pteris : bulu
burung, phyta: tumbuhan ) yang diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti
bulu burung. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan
bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan
bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al., 1992).
Menurut
Tjittrosoepomo (1994), tumbuhan paku merupakan divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tumbuhan dengan nyata dapat dibedakan dengan tiga
bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun namun belum menghasilkan biji.
Loveless (1989), menyatakan kebanyakan tumbuhan
paku memiliki perawakan yang khas, yaitu adanya daun muda yang bergulung
yang akan membuka jika dewasa, ciri yang hampir unik ini disebut vernasi bergelung sebagai akibat lambatnya
pertumbuhan permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada
perkembangan awalnya.
Menurut
Hasairin (2003), organ paku-pakuan terdiri atas dua bagian, yaitu:
Organ vegetatif
Organ vegetatif, yang terdiri dari akar,
batang dan daun (organum nutritivum).
Akar
Akar paku adalah serabut. Pada bagian
ujungnya tudung akar atau kaliptra. Di belakang tudung akar terdapat titik
tumbuh akar berbentuk bidang empat, yang aktifitasnya adalah:
- Ke luar menghasilkan kaliptra, dan
- Ke dalam membentuk sel-sel akar
Batang
Umumnya batang tumbuhan paku berupa akar
tongkat atau rhizoma, ada juga yang berupa batang sesungguhnya, misalnya batang
paku tiang. Bila dibuat sayatan melintang, maka akan tampak jaringan batang
urut dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
- Epidermis atau kulit luar. Umumnya keras karena mempunyai jaringan penguat yang terdiri atas sel-sel batu atau skelerenkim.
- Korteks atau kulit pertama. Bagian ini banyak mengandung ruang- ruang sel yang berbentuk lubang-lubang besar.
- Stele atau silinder pusat. Terdiri atas jaringan parenkim dan mengandung berkas pembuluh pengangkut, yaitu xilem dan floem dan bertipe kosentris.
Daun
Menurut Smith (1991) berdasarkan bentuk
dan sifat daunnya dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu:
- Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun , misalnya pada Asplenium.
- Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik sehingga sukar dibedakan bagian-bagannya, misalnya pada Lycopodium.
Menurut Tjitrosoepomo (1994), berdasarkan
fungsinya daun paku Megaphyllus dibagi
atas 2 kelompok yaitu tropofil dan sporofil.
- Tropofil, yaitu daun yang berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyelenggara asimilasi.
- Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.
Pada
hampir semua tumbuhan paku pada umumnya di permukaan sebelah bawah daun dewasa
terdapat semacam bercak berbentuk bulat atau memanjang, sewaktu muda daun paku tersebut masih
ditutupi berwarna karat, dan sewaktu muda biasanya tertutup oleh jaringan
penutup yang disebut indisium. Bercak berwarna karat itu terdiri atas berbagai
sporangium dan disebut sorus (Loveless, 1989).
Organ generatif
Organ
generatif, (organum reproduktivum). Paku berkembang biak dengan spora. Setiap
kotak spora dikelilingi oleh sederetan sel yang melingkar membentuk bangunan
seperti cincin dan disebut annulus. Annulus ini berfungsi untuk mengatur
pengeluaran spora.Aktivitas annulus dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara.
Di dalam sel-sel annulus penuh berisi air. Bila dalam keadaan basah sel-sel
annulus akan mengembang, namun bila dalam keadaan kering sel-sel annulus akan mengisut, maka
sel-sel annulus mengerut dan memendek menyebabkan dinding kotak spora menjadi
retak. Kotak spora pecah, spora dihembuskan keluar melalui celah yang terjadi
pada waktu sel annulus mengerut. Perkembangbiakan pada tumbuhan paku secara
“gametofit” bersifat seksual dengan menghasilkan sel-sel gamet (gamet ♂ dan
gamet ♀) “sporofit” bersifat aseksual dengan menghasilkan spora (Hasairin,
2003).
Daun pada
tumbuhan paku mengandung sporangia yang berkembang dalam bentuk kelompok yang
disebut sori. Sporangia yang pecah akan menghasilkan spora. Dengan spora inilah
tumbuhan paku berkembang biak (Cranbrook dan Edward,1994). Setelah pembuahan,
sel telur tumbuh menjadi tumbuhan paku-pakuan, pertumbuhannya akan berlangsung
sampai saat pematangan untuk membentuk spora lagi (Tjitrosoepomo et al., 1983).
Dalam udara kering, spora mampu mempertahankan viabilitasnya selama beberapa
bulan, tetapi jika dibasahi pada suhu yang cocok, spora akan berkecambah
(Loveless,1989).
Akar
tumbuhan paku awalnya berasal dari embrio kemudian lenyap dan digantikan
akar-akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang
berasal dari batangnya (Tjitrosoepomo et
al. 1983). Menurut Loveless(1989), daun biasanya terdiri dari dua bagian yaitu
tangkai daun dan helaian daun. Jika anak daun tersusun seperti sehelai daun,
daun (ental), disebut bersirip (pinnate), tiap anak daun disebut sirip (pinna),
dan poros tempat sirip berada disebut rakis (rachis).
Umumnya pertumbuhan
batang tidak nyata. Tetapi pada paku pohon, batangnya tumbuh menyerupai batang
pinang (Sastrapradja et al. 1980). Batang tumbuh dari tahun ke tahun dan
membentuk seperangkat daun baru pada setiap masa tumbuh ( Tjitrosoepomo et al.,
1983).
Ekologi Tumbuhan Paku
Tumbuhan
paku mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga tidak jarang dijumpai paku
dapat hidup di mana-mana, diantaranya di daerah yang lembab, di bawah pohon, di
pinggir sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan, bahakan ada yang
menempel di batang pohon. Jenis-jenis paku epifit yang berbeda kebutuhannya
juga akan berbeda terhadap cahaya. Ada yang menyenangi tempat terlindung dan
ada sebagian pada tempat tertutup (Wiesner, 1907 ; Went 1940 dalam Hasairin dan
Kaban , 1997).
Paku yang
menyenangi sinar matahari “sun-fern” selain ada yang membentuk belukar dan ada
juga yang memanjat. Sebagian kecil “sun fern” tumbuh di tempat yang benar-benar
terbuka. Namun demikian memerlukan juga lindunan dari sinar matahari. Paku yang
membentuk belukar membentuk sendiri naungannya dengan cara membuat rimbunan
yang terdiri dari daun-daunan. (Ricaropical, 1952).
Distribusi Tumbuhan Paku
Hutan
pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur dan
penampilan yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali disemua
gunung di daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggiannya saja. Di
gunung yang rendah, semua zona vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang
tinggi zona itu lebih luas (Mackinnon, 2000).
Pada
daerah tropis dan subtropis, tumbuhan paku-pakuan berada di tempat- tempat yang
lembab, di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun sungai di pegunungan.
Melihat cara tumbuhnya paku di alam cukup beragam (Sastrapradja &
Afriastini, 1985).
Manfaat Tumbuhan Paku
Tumbuhan
paku banyak ragamnya, banyak diantaranya yang mempunyai bentuk yang menarik,
sehingga bagus untuk dijadikan tanaman hias. Selain itu paku juga dapat dimanfaatkan
sebagai sayuran berupa pucuk-pucuk paku. Dari segi obat- obatan tradisional
pakupun tidak luput dari kehidupan manusia. Ada jenis-jenis paku yang daunnya
untuk ramuan obat dan ada pula yang rhizomanya. Ada jenis tumbuhan paku yang
batangnya dipakai untuk budi daya tanaman anggrek (Sastrapradja, 1979).
Sejak
dulu tumbuhan paku telah dimanfaatkan oleh manusia, terutama sebagai bahan
makanan atau sayuran. Dewasa ini pemanfaatannya berkembang sebagai material
baku untuk pembuatan kerajinan tangan, pupuk oranik dan tumbuhan obat (Asmoro,
1990).
Nilai
ekonomi tumbuhan paku terutama terletak pada keindahannya dan sebagai tanaman
holtikultura beberapa jenis Lycopodinae yang suka panas digunakan sebagai
tanaman hias dalam pot, dan paku kawat yang merayap yang digunakan dalam
pembuatan karangan bunga, sedangkan sporanya kecil-kecil yang mudah terbakar
karena kandungannya akan minyak, sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan
kilat panggung (Polunin, 1994).
Tags
Tanaman