Karakteristik
pacaran dapat dilihat dari tingkahlaku orang yang sedang pacaran. Pacaran
merupakan fenomena yang relatif baru, sistem ini baru muncul setelah perang
dunia pertama terjadi. Hubungan pria dan wanita sebelum munculnya pacaran
dilakukan secara formal, dimana pria datang
mengunjungi pihak wanita dan keluarganya (dalam DeGenova & Rice,
2005).
Menurut
DeGenova & Rice (2005), proses pacaran mulai muncul sejak pernikahan mulai
menjadi keputusan secara individual dibandingkan keluarga dan sejak adanya rasa
cinta dan saling ketertarikan satu sama lain antara pria dan wanita mulai
menjadi dasar utama seseorang untuk menikah.
Pacaran
saat ini telah banyak berubah dibandingkan dengan pacaran pada masa lalu. Hal
ini disebabkan telah berkurangnya tekanan dan orientasi untuk menikah pada
pasangan yang berpacaran saat ini dibandingkan sebagaimana budaya pacaran pada
masa lalu (dalam DeGenova & Rice, 2005). Tahun 1700 dan 1800, pertemuan
pria dan wanita yang dilakukan secara kebetulan tanpa mendapat pengawasan akan
mendapat hukuman. Wanita tidak akan pergi sendiri untuk menjumpai pria begitu
saja dan tanpa memilih-milih. Pria yang memiliki keinginan untuk menjalin
hubungan dengan seorang wanita maka ia harus menjumpai keluarga wanita
tersebut, secara formal memperkenalkan diri dan meminta izin untuk berhubungan
dengan wanita tersebut sebelum mereka dapat melangkah ke hubungan yang lebih
jauh lagi. Orangtua memiliki pengaruh yang sangat kuat, lebih dari yang dapat
dilihat oleh seorang anak dalam mempertimbangkan keputusan untuk sebuah
pernikahan.
Tidak ada
jaminan apakan hubungan pacaran yang dibina akan berakhir dalam pernikahan,
karena dalam berpacaran tidak ada komitmen untuk melanjutkan hubungan tersebut
ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Newman & Newman (2006), faktor utama
yang menentukan apakah suatu hubungan pacaran dapat berakhir dalam ikatan
pernikahan ialah tergantung pada ada atau tidaknya keinginan yang mendasar dari
diri individu tersebut untuk menikah.
Murstein
(dalam Watson, 2004) mengatakan bahwa pada saat seorang individu menjalin hubungan
pacaran, mereka akan menunjukkan beberapa tingkah laku seperti memikirkan sang
kekasih, menginginkan untuk sebanyak mungkin menghabiskan waktu dengan kekasih
dan sering menjadi tidak realistis terhadap penilaian mengenai kekasih kita.
Menurut Bowman & Spanier (1978), pacaran terkadang memunculkan banyak
harapan dan pikiran-pikiran ideal tentang diri pasangannya di dalam pernikahan.
Hal ini disebabkan karena dalam pacaran baik pria maupun wanita berusaha untuk
selalu menampilkan perilaku yang terbaik di hadapan pasangannya. Inilah kelak
yang akan mempengaruhi standar penilaian seseorang terhadap pasangannya setelah
menikah.
Tags
Perkembangan Remaja
minta daftar pustakanya boleh buat penelitian
BalasHapus