Terdapat beberapa karakteristik lansia. Menurut
Keliat (1999) dalam Mariyam dkk (2008), Lanjut usia memiliki benerapa karakteristik
diantaranya adalah; Pertama, Orang Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal
1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan ); Kedua, kebutuhan dan masalah yang bervariasi
dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuha biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive; Ketiga, lingkungan dan
tempat tinggal yang bervariasi.
Adapun ciri-ciri pada lansia sehingga akan
berdampak terhadap mekanisme koping dari respon yang dihadapi, seperti:
Usia dan jenis pekerjaan
Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin
siap pula dalam menerima cobaan. Hal ini didukung oleh teori aktivitas yang
menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil
pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua,( Cox, 1984
dalam Tamher & Noorkasiani,2009).
Usia adalah lamanya kehidupan yang dihitung
berdasarkan tahun kelahiran sampai dengan ulang tahun terakhir. Oleh sebab itu,
tidak dibutuhkan suatu kompensasi terhadap kehilangan, seperti pensiun dari
peran sosial karena menua.
Keterkaitannya dengan jenis pekerjaan juga
membawa dampak yang berarti (Darmojo dkk, 1999 dalam Tamher & Noorkasiani,
2009).
Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada
bentuk adaptasi yang digunakan (Darmojo dkk, 1999 dalam Tamher Dan Noorkasiani,
2009), menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata
keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik
dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda-tanda depresi pria (pria
43% dan wanita 42%), menunjukkan kelakuan/tabiat buruk(pria 7,3% dan wanita
3,7%), serta cepat marah irritable (pria 17,2% dan wanita 7,1%). Jadi dapat
diasumsikan bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan
laki-laki, karena wanita lebih mampu menghadapi masalah dari pada lelaki yang
cenderung lebih emosional.
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga merupakan hal
terpenting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya,sehingga akan lebih
siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Umumnya lansia yang memiliki
tingkat pendidikan yang lebih tinggi masih dapat produktif, mereka justru
banyak memberikan konstribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis
buku-buku ilmiah maupun biografinya sendiri (Tamher, 2009)
Sosial dan ekonomi
Kebiasaan sosial budaya masyarakat di dunia
timur sampai sekarang masih menempatkan orang-orang usia lanjut pada tempat
terhormat dan penghargaan yang tinggi. Menurut Brojklehurst dan Allen (1987)
dalam Tamher (2009), lansia sering dianggap lamban, baik dalam berpikir maupun
dalam bertindak. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat pada zaman
sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement
(keterlibatan sosial) yang dianggap penting dan menyakinkan. Contohnya dalam
bidang pendidikan, lansia masih tetap butuh tetap melanjutkan pendidikannya,
sehingga dapat meningkatkan inteligensi dan memperluas wawasannya. Hal ini
merupakan suatu dukungan bagi lansia dalam menghadapi masalah yang terjadi.
Pada zaman sekarang status ekonomi baik status menengah keatas,
menengah/sederhana, maupun menengah kebawah sangat diperhatikan seseorang dalam
menjalin hubungan baik dengan teman, relasi kerja maupun pasangan hidup
sehingga status ekonomi ada hubungan erat dengan status sosial karena dimana
status ekonomi individu itu tinggi maka dalam menjalin hubungan dengan relasi
akan semakin mudah dan erat misalnya dalam hubungan keluarga terutama dalam pemenuhan
kebutushan dasar.
Tags
perkembangan lansia