Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu
konduktif, sensorineural, dan campuran. Menurut Centers for Disease Control and
Prevention pada gangguan pendengaran konduktif terdapat masalah di dalam
telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural
terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Sedangkan, tuli
campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural.
Menurut WHO-SEARO (South East Asia Regional
Office) Intercountry Meeting (Colombo, 2002) faktor penyebab gangguan
pendengaran adalah otitis media suppuratif kronik (OMSK), tuli sejak lahir,
pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising, dan serumen prop.
Gangguan Pendengaran Jenis
Konduktif
Pada gangguan pendengaran jenis ini,
transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga dalam secara efektif.
Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar,
rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra
rotunda, dan tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya
tidak ada kerusakan pada telinga dalam, maupun jalur persyarafan pendengaran
nervus vestibulokoklearis (N.VIII).
Gejala
yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
- Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.
- Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi kepala.
- Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).
- Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice) khususnya pada penderita otosklerosis.
- Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.
Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau
otoskopi, dijumpai ada sekret dalam kanal telinga luar, perforasi gendang telinga,
ataupun keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal telinga luar atau selaput
gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis terdapat
gangguan pada rantai tulang pendengaran.
Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik,
dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan
sukar mendengar kata-kata yang mengandung nada rendah. Melalui tes garputala
dijumpai Rinne negatif. Dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai hantaran
tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke
arah yang sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati
Schwabach memanjang (Soepardi dan Iskandar, 2001).
Gangguan Pendengaran Jenis
Sensorineural
Gangguan
pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang ditemui pada gangguan
pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
- Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang normal. Perbedaan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita gangguan pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis.
- Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana gaduh dibanding suasana sunyi.
- Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obat-obat ototoksik, ataupun penyakit sistemik sebelumnya.
Menurut Soetirto, Hendarmin dan Bashiruddin,
pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, kanal telinga luar maupun selaput gendang
telinga tampak normal. Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai
penderita tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak lima meter dan
sukar mendengar kata-kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan).
Pada tes garputala Rinne positif, hantaran
udara lebih baik dari pada hantaran tulang. Tes Weber ada lateralisasi ke arah
telinga sehat. Tes Schwabach ada pemendekan hantaran tulang.
Gangguan Pendengaran Jenis
Campuran
Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari
gangguan pendengaran jenis konduktif dan gangguan pendengaran jenis
sensorineural. Mula-mula gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran
(misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi gangguan
sensorineural. Dapat pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis
sensorineural, lalu kemudian disertai dengan gangguan hantaran (misalnya
presbikusis), kemudian terkena infeksi otitis media. Kedua gangguan tersebut
dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma kepala yang berat sekaligus
mengenai telinga tengah dan telinga dalam (Miyoso, Mewengkang dan Aritomoyo,
1985).
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi
dari kedua komponen gejala gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural.
Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-tanda yang dijumpai sama seperti
pada gangguan pendengaran jenis sensorineural. Pada tes bisik dijumpai
penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar
mendengar kata-kata baik yang mengandung nada rendah maupun nada tinggi. Tes
garputala Rinne negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach
memendek (Bhargava, Bhargava and Shah, 2002).