Ada beberapa faktor mempengaruhi
terjadinya commuter marriage menurut Anderson (1992), yaitu sebagai beikut:
- Meningkatnya jumlah tenaga kerja wanita, dengan banyaknya wanita yang memilih untuk bekerja maka semakin banyak juga pasangan yang menikah yang menjalani commuter marriage.
- Meningkatnya jumlah pasangan yang sama-sama bekerja. Pada saat ini sudah banyak pasangan suami istri yang sama-sama bekerja. Entah disebabkan karena tuntuan ekonomi atau gaya hidup, yang meningkatkan kemungkinan keluarga menjalani keadaan commuter.
- Meningkatnya jumlah wanita yang mencari karir dengan training khusus, yang mana mengharuskan mereka untuk tinggal dikota yang berbeda dengan pasangannya.
- Faktor lain yang juga mempengaruhi commuter marriage adalah pekerjaan yang menuntut orang untuk berpindah-pindah lokasi geografis mereka harus berpisah dengan pasangannya untuk sementara waktu. Misalnya, salah satu pasangan dituntut untuk bekerja diluar kota untuk sementara waktu dan sementara pasangannya tetap tinggal untuk menjaga anak-anak.
Selain faktor yang telah dikemukakan
diatas, Mardien & Prihantina (dalam Ekasari.dkk, 2007), juga menjelaskan
beberapa faktor penyebab terbentuknya commuter
marriage, sebagai berikut:
- Karir dan pekerjaan. Tuntutan studi dan karir tidak jarang membuat suami istri terpisah oleh jarak. Misalnya istri tidak bisa tinggal bersama dengan suami yang bertugas atau menjalani pendidikan dikota berbeda untuk kurun waktu tertentu, karena harus menjaga anak-anak yang masih sekolah.
- Tuntutan ekonomi dan pola hidup. Misalnya, untuk individu yang hendak meningkatkan perekonomian keluarga dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri.
- Penolakan hidup bersama, yaitu istri menolak untuk pindah mengikuti suami dengan berbagai alasan, seperti; suami belum memiliki tempat tinggal sendiri, menunggu harta orangtua atau keluarga, atau menjaga orangtua yang kondisi kesehatanya kurang baik.
Tags
Perilaku Seksual