Terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhi imobilisasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi immobilisasi atau kurangnya gerak adalah sebagai berikut
(Perry dan Potter, 2005):
- Faktor fisiologis. Setiap sistem tubuh akan beresiko terjadi gangguan apabila ada perubahan mobilisasi, tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami. Faktor fisiologis mempengaruhi perubahan setiap sistem tubuh yaitu perubahan pada sistem metabolik, respiratori, kardiovaskuler, musculoskeletal, integument dan sistem eliminasi.
- Faktor psikososial/emosional. Imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual sensori, dan sosiokultural. Perubahan status emosional bisa terjadi secara bertahap, perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan prilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
- Faktor perkembangan. Sepanjang kehidupan, penampilan tubuh dan fungsinya, tubuh mengalami perubahan. Pengaruh terbesar terlihat pada usia kanak-kanak dan lansia, imobilisasi dapat menimbulkan pengaruh yang bermakna pada tingkat kesehatan, kemandirian, dan status fungsional lansia.
Efek dari imobilisasi
Imobilitas dapat berefek secara fisik dapat menimbulkan beberapa
masalah antara lain: masalah musculoskeletal, eliminasi urine, metabolisme
gastro-intestinal, respirasi, dan masalah kardiovaskuler.
Imobilisasi yang terlalu lama juga akan menyebabkan penekanan yang
berat dan terus-menerus pada bagian-bagian yang menonjol, sehingga sirkulasi
darah ke area tersebut menjadi berkurang yang lama-kelamaan menjadi nekrosis
(dekubitus).
Secara umum efek yang dapat ditimbulkan akibat imobilisasi yang terlalu
lama adalah meliputi (Roper, 1996): melemahnya otot-otot, kontraktur sendi,
deformitas, berubahnya pola mobilitas, nekrosis jaringan (dekubitus), menurunya
perhatian dan kemampuan terhadap pemeliharaan kebersihan diri.
Tags
Pasien