Ada beberapa bentuk perhatian orang tua
terhadap pendidikan anak. Lingkungan keluarga banyak dihubungkan dengan
keberhasilan pendidikan anak. Karena itu, yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pendidikan seorang anak adalah orang tua, di samping lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Orstein dan Levin (T. O. Ihromi, 2004) menyatakan bahwa
“persiapan yang dilakukan orang tua bagi keberhasilan pendidikan anaknya antara
lain ditunjukkan dalam bentuk perhatian terhadap kegiatan pembelajaran anak di
sekolah dan menekankan arti penting pencapain prestasi oleh sang anak”. Dari
pernyataan tersebut memberi makna bahwa, bentuk perhatian orang tua pada
pendidikan anaknya dapat dilakukan dengan perhatian pada kegiatan belajar anak
dalam hal ini adalah pengawasan terhadap belajar anak dan pemberian motivasi.
Halim
Malik (2011) menyatakan bentuk-bentuk perhatian orang tua pada pendidikan anak
dapat berupa:
- Mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak
- Memantau perkembangan kemampuan akademik anak
- Memantau perkembangan kepribadian (sikap, moral, tingkah laku)
- Memantau efektivitas jam belajar di sekolah”.
Dari pernyataan tersebut, perhatian orang tua
pada pendidikan anak terutama ditujukan kepada perkembangan dan kegiatan
belajar anak. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua
harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah,
membuat pekerjaan rumahnya, tidak disita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam
belajar (Hasbullah, 2005).
Pernyataan oleh Hasbullah tersebut bermakna
bahwa bentuk-bentuk perhatian orang tua pada pendidikan anak dapat berupa
memperhatikan pengalaman-pengalaman anak selama bersekolah, menghargai segala
usaha anak, membimbing atau mengarahkan anak untuk belajar di rumah serta memberikan
motivasi kepada anak. Dari berbagai macam bentuk-bentuk perhatian yang telah
dipaparkan, adapun bentuk-bentuk perhatian orang tua pada pendidikan yang akan
dilihat dalam penelitian ini adalah perhatian terhadap kegiatan belajar anak,
pemberian motivasi dan pemenuhan kebutuhan sekolah anak.
Perhatian Orang Tua terhadap
Kegiatan Belajar
Sugihartono dkk (2007) berpendapat bahwa
“belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau
menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya”.
Hal senada diungkapkan Muhibbin Syah (2010)
bahwa “belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif”. Hal ini berarti dengan belajar akan membawa
perubahan.
Dari
pengertian belajar yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah dan Sugihartono,
terdapat dua unsur pokok dalam belajar yaitu:
- Adanya proses perubahan tingkah laku
- Proses belajar terjadi karena ada interaksi dengan lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik, sebagai
hasil dari pengalaman seseorang dalam proses pembelajaran dan interaksi dengan
lingkungan. Nana Sudjana (2005) menyatakan bahwa “kegiatan belajar atau
aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar,
peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari
lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, dan pola respon peserta
didik”.
Dari apa yang dikemukakan Nana Sudjana memberikan
gambaran bahwa dalam kegiatan belajar melibatkan dua unsur utama, yaitu unsur
yang berasal dari dalam siswa dan unsur yang berasal dari luar siswa berupa
stimulus dari lingkungan, salah satunya adalah stimulus yang berasal dari
perhatian orang tua.
“Belajar memerlukan bimbingan orang tua agar
sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak” (Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, 2004). Hal ini berarti, perhatian orang tua membantu perkembangan
belajar anak dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap anak dalam
menyelesaikan semua tugas sekolah yang diberikan. Dengan perhatian orang tua
dapat membantu anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Mulyono Abdurrahman (2009) bahwa “kesulitan belajar
akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua, ketika anak gagal
menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan”.
Selain
itu, orang tua dituntut untuk dapat membentuk suasana belajar di rumah yang
menyenangkan. Peran orang tua dalam membentuk lingkungan belajar yang kondusif
di rumah antara lain (E. Mulyasa, 2005):
- Menciptakan budaya belajar di rumah.
- Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan pembelajaran di sekolah.
- Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.
- Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar.
- Menciptakan situasi yang demokratis di rumah agar tukar pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan.
- Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya.
- Menyediakan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.
Lebih
lanjut Nasruddin (2009) menguraikan langkah-langkah yang harus dilakukan orang
tua berhubungan dengan proses belajar anak, antara lain:
- Setiap ada pekerjaan rumah (PR) orang tua harus membantu dalam menyelesaikannya apabila anak mendapat kesukaran.
- Memberikan petunjuk atau bimbingan kepada anak tentang cara-cara belajar yang efektif.
- Mengatur kedisiplinan waktu yang teratur kepada anak agar dapat memanfaatkan waktunya sebaik mungkin dalam belajar, bekerja dan waktu istirahat.
- Mengontrol setiap ada kegiatan di rumah, apakah ada kegiatan belajar yang diberikan guru di sekolah.
- Memenuhi segala kebutuhan anak yang dapat menunjang proses belajar misalnya tentang buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis menulis.
- Setiap belajar anak diikuti secara seksama, apakah benar-benar belajar atau tidak.
- Mengusahakan bantuan dari orang lain bila orang tuanya tidak mampu menyelesaikan kesulitan belajar anak.
- Mengecak kehadiran anaknya di sekolah, baik dengan menanyakan kepada guru-guru, ataupun melalui teman-teman sekelasnya atau melalui absen kehadiran di sekolah.
Peranan orang tua yang dikemukakan oleh
Mulyasa dan Nasruddin tersebut memberikan gambaran bahwa, sesungguhnya orang tua
merupakan penanggung jawab utama pendidikan anak. Dalam pengertian ini,
keberhasilan belajar anak di sekolah bukan hanya merupakan usaha dari guru dan
anak sebagai peserta didik, tetapi keberpihakan orang tua yang memberikan dukungan
berupa perhatian, dorongan dan pengawasan kepada anaknya untuk belajar di rumah
ikut memberikan andil. Dengan kata lain, orang tua mempunyai peranan besar
terhadap keberhasilan pendidikan anak.
Memberikan Motivasi
Oemar Hamalik (2004) menyatakan bahwa
“istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam semua
stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju
ke arah tujuan tersebut”. Hal ini berarti motivasi sebagai pendorong bagi
seseorang untuk melakukan kegiatan. Peran motivasi yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang, semangat untuk belajar dan sekolah.
Pengertian motivasi lainnya dikemukakan oleh
Santrock (2008) bahwa “motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan
perilaku yang penuh energi, dan bertahan lama”. Dari apa yang dikemukakan oleh
Santrock ini dapat dijelaskan bahwa dengan memberikan motivasi akan memberikan
semangat kepada seseorang untuk terus berusaha sekuat tenaga dalam mencapai
sesuatu yang diinginkan.
Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi
anak, orang tua sudah seharusnya mampu memberikan dorongan dalam hal ini memotivasi
anak untuk terus belajar. Ngalim Purwanto (2007) mengatakan bahwa “jika guru
atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah
dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak dapat
menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan
pelajaran itu, jika diberi perangsang, diberi motivasi yang baik dan sesuai”.
Dari apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto tersebut diketahui bahwa
motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar anak.
Dengan motivasi belajar yang tinggi akan
memberikan semangat bagi anak yang bersangkutan untuk tetap bersekolah walaupun
dengan ekonomi yang tidak memadai. Berbeda dengan anak yang motivasi belajarnya
rendah, maka semangat untuk bersekolah juga rendah, yang pada akhirnya
berpeluang besar untuk putus sekolah.
Pemenuhan Kebutuhan Sekolah
Di samping memberikan perhatian pada kegiatan
belajar anak dan motovasi, bentuk perhatian orang tua yang tidak kalah
pentingnya adalah memenuhi kelengkapan kebutuhan sekolah anak. Kebutuhan
sekolah adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pendidikan
anak. Kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah,
buku-buku, alat-alat belajar, dan lain-lain.
Kebutuhan belajar, menurut Bimo Walgito
(Insan Cita, 2012), adalah “segala alat dan sarana yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan belajar anak. Kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar
anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan lain-lain”. Belajar
tidak akan berjalan dengan baik tanpa alat-alat belajar yang cukup. Hal ini
berarti, salah satu penunjang keberhasilan pendidikan anak adalah didukung sarana
sekolah yang memadai. Dengan adanya fasilitas sekolah yang memadai, maka anak
menjadi termotivasi untuk ke sekolah. Anak tidak merasa kesulitan dan
bersemangat dalam melakukan kegiatan belajar karena semua fasilitas belajarnya
telah tersedia.
Tags
Psikologi Pendidikan