Terdiri
dari beberapa aspek-aspek kecerdasan emosional. Goleman (2009) menempatkan
kecerdasan emosional untuk memperluas kemampuan tersebut menjadi lima aspek
utama, yaitu sebagai berikut:
Mengenali Emosi
Diri
Mengenali
emosi diri adalah kesadaran diri yaitu tentang perasaan sewaktu perasaan
terjadi. Kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar kecerdasan emosional.
Menurut Mayer (Goleman, 2009) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana
hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kemampuan
mengenali emosi merupakan persyaratan penting untuk mengenali emosi. Pemahaman akan perasaan memudahkan untuk
mengendalikan emosi. Individu yang sadar
akan emosinya sendiri umumnya mandiri dan yakin akan batas-batas yang dibangun,
kesehatan jiwanya bagus dan cenderung berpendapat positif terhadap kehidupan.
Bila suasana hatinya sedang buruk, tidak larut didalamnya dan mampu melepaskan
diri dari suasana hal itu dengan lebih cepat. Ketajaman pola pikir dapat
mengatur emosi.
Dalam aspek mengenali diri ini terdapat
tiga indikator, yaitu:
- Mengenal dan merasakan emosi sendiri
- Memahami sebab perasaan yang timbul
- Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan.
Mengelola Emosi
Mengelola
emosi berarti menjaga perasaan agar perasaan terungkap sesuai dengan kesadaran
diri. Mengelola emosi dapat juga berarti penguasaan diri yaitu kemampuan untuk
menghadapi badai emosi yang terjadi dan bukan budak nafsu. Pengendalian bukan
berarti menekan emosi tetapi merupakan keseimbangan emosi, setiap perasaan
mempunyai nilai dan makna.
Goleman
(2009) menyatakan yang dikehendaki adalah emosi yang wajar, keselarasan antara
perasaan dan lingkungan. Apabila emosi terlampau ditekan maka akan tercipta
kebosanan. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas
terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Dalam aspek mengelola emosi ini, terdapat
enam indikator, yaitu:
- Bersikap toleran terhadap toleransi
- Mampu mengendalikan narah secara lebih baik
- Dapat mengendalikan perilaku agresif yang dapat merusak diri dan orang lain
- Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri dan orang lain
- Memiliki kemampuan untuk mengatasi stress
- Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas.
Orang yang
mampu mengelola emosi dengan baik dapat melawan emosi murung, marah, serta
lebih mampu cepat menguasai perasaan-perasaan dan bangkit kembali dalam
kehidupan emosi yang normal. Individu yang rendah kemampuan emosinya cenderung
psimis terus menerus, bertarung melawan perasaan murung dan mudah marah.
Memotivasi Diri
Sendiri
Menata
emosi sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan merupakan hal penting yang
berkenaan dengan memberikan perhatian dalam memotivasi diri sendiri menguasai
diri sendiri serta untuk bereaksi. Menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Orang yang mampu memotivasi diri sendiri adalah orang yang memiliki ciri-ciri
mampu mengendalikan kecemasan, memiliki pola pikir yang positif, optimisme,
mampu mencapai keadaan flow yaitu
keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap kedalam apa yang sedang
dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus pada apa yang sedang dikerjakannya,
serta kesadaran menyatu dengan tindakan.
Dalam aspek memotivasi diri sendiri ini
terdapat tiga indikator, yaitu:
- Mampu mengendalikan impuls
- Bersikap optimis
- Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan.
Mengenali Emosi
Orang Lain
Kemampuan
untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2009)
kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan
kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa
yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang
lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan
orang lain. Individu yang memiliki empati tinggi lebih mampu untuk menangkap
sinyal-sinyal yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
Rosenthal
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan
dan isyarat nonverbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih
populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2009). Nowicki, ahli
psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau
mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman,
2009). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran
diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal
dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
membaca perasaan orang lain.
Dalam aspek mengenali emosi orang lain
ini terdapat tiga indikator yaitu:
- Mampu menerima sudut pandang orang lain
- Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap orang lain
- Mampu mendengarkan orang lain.
Membina
Hubungan
Membina
hubungan dengan orang lain adalah keterampilan-keterampilan untuk berhubungan
dengan orang lain yang merupakan kecakapan emosional yang mendukung
keberhasilan dalam bergaul dengan orang lain. Keterampilan membina hubungan
merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2009). Individu yang hebat dalam
keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang berhubungan dengan
pergaulan interaksi dengan orang lain.
Dalam aspek membina hubungan ini terdapat
sembilan indikator yaitu:
- Memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain
- Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain
- Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain
- Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebaya
- Memiliki sikap tenggang rasa
- Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain
- Dapat hidup selaras dengan kelompok
- Bersikap senang berbagai dengan kelompok
- Bersikap demokratis.
Tags
Emosi Manusia