Tahapan pernikahan (Marital Stage) analog
dengan tahapan-tahapan perkembangan jiwa yang dialami setiap individu (Gould
dalam Sadarjoen, 2005). Apabila dua orang menjalin pernikahan pada fase dewasa,
maka hal ini akan mempengaruhi setiap pasangan sebanyak pengaruh kejadian
eksternal di dalam kehidupan mereka. Roulins dan Fieldman (dalam Sadarjoen,
2005) mengungkapkan terminology marital life cycle.
Terminology tersebut dinyatakan tidak sama
jalannya dengan perubahan siklus kehidupan manusia, namun lebih
mempertimbangkan kejadian-kejadian sebagai pelajaran hidup. Marital life cycle
mengungkapkan bahwa tahap-tahap perkawinan muncul karena adanya tiga area kehidupan
pasangan yang terpisah, namun saling tumpang tindih.
Ketiga
area kehidupan atau tahapan pernikahan yang dimaksud adalah:
Perubahan-perubahan dalam
peran parental
Perubahan-perubahan dalam peran orang tua
pada siklus kehidupan adalah sebagai berikut: kelahiran anak pertama, masa
remaja anak-anak, dan keluarnya anak bungsu dari rumah karena sudah dewasa. Kelahiran
anak pertama memberikan dampak yang paling besar karena anak memaksa pasangan
untuk menambah peran sebagai ibu dan ayah, padahal sebelumnya mereka hanya
beridentitas sebagai pasangan suami istri. Pasangan sering sekali merasa waktu
yang diluangkan bersama pasangan sangat sedikit (Campbell dalam Sadarjoen,
2005).
Selama periode remaja, peran orang tua
mungkin bergeser menjadi rasa ketidaknyamanan akan pola asuh yang telah mereka
terapkan, dan sering kali merasa moral keluarga telah jatuh. Sementara itu,
akan tiba waktunya kedua pasangan mengalami kejadian final, yaitu saat anak
bungsu keluar dari rumah dan dirasakan sebagai sinyal “empty nest” yang
merupakan pertanda akhir dari aktivitas parental (Menaghan, dalam Sadarjoen,
2005).
Perubahan-perubahan dalam
status ekonomi
Perubahan-perubahan dalam status ekonomi
sering terkait dengan pendidikan pasangan, pekerjaan pasangan dan jumlah serta
jarak kelahiran anak-anaknya. Dua tahap dalam marital life cycle yang sangt
rentan terhadap stress ekonomi terjadi pada awal pernikahan dan saat pension
tiba. Perolehan penghasilan keluarga yang rendah pada setiap periode siklus
pernikahan dapat memberikan efek kehancuran dalam kualitas kehidupan pasangan.
Perubahan dalam peran yang
dimainkan diluar kehidupan keluarga
Perubahan-perubahan dalam peran yang
dimainkan diluar kehidupan keluarga juga sangat bervariasi sama halnya dengan
marital life cycle. Kembalinya istri dalam setting kerja setelah tinggal di
rumah demi mengasuh anak-anak beberapa tahun sebelumnya akan memberikan
berbagai macam perubahan permainan peran dalam rumah tangga yang dapat menjadi
sumber stress bagi kelangsungan kehidupan pernikahan (Ryne, dalam Sadarjoen,
2005).
Tags
Psikologi Keluarga