Tahapan komunikasi terapeutik merupakan
sebuah siklus atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam terapi
terapeutik. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial.
Komunikasi sosial tidak memiliki tujuan yang spesifik dan pelaksanaan
komunikasi ini terjadi begitu saja. Sedangkan terapeutik berfungsi untuk
mencapai kesembuhan pasien melalui perubahan dalam diri pasien. Karena itu
pelaksanaan komunikasi terapeutik direncanakan dan terstruktur dengan baik. Struktur
dalam proses komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahap yaitu tahap pra
interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.
Pada setiap tahap masing-masing memiliki tugas atau kegiatan petugas kesehatan
yang harus diselesaikan (Stuart, 1998).
Tahap pra interaksi dimulai sebelum petugas
kesehatan terlebih dahulu menggali kemampuan yang dimiliki sebelum kontak atau
berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri
petugas kesehatan sehingga terdapat dua unsur yang perlu dipersiapkan dan
dipelajari pada tahap pra interaksi yaitu unsur diri sendiri dan unsur dari
pasien. Dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang dipelajari dari diri sendiri
adalah pengetahuan yang dimiliki terkait dengan penyakit atau masalah klien,
kecemasan diri, analisis kekuatan diri, dan waktu pertemuan baik saat pertemuan
maupun lama pertemuan. Sedangkan hal-hal yang perlu dipelajari dari unsur
pasien adalah perilaku pasien dalam menghadapi penyakitnya, masalahmya, adat
istiadat, dan tingkat pengetahuan (Nasir, 2009).
Pada tahap perkenalan atau orientasi, petugas
kesehatan memulai kegiatan yang pertama kali dimana petugas kesehatan bertemu
pertama kali dengan klien. Kegiatan yang dilakukan adalah memperkenalkan diri
kepada klien dan menjelaskan keberadaannya sebagai petugas kesehatan. Tugas
dari petugas kesehatan pada tahap perkenalan adalah membina hubungan saling
percaya dengan menunjukkan komunikasi terbuka dan memodifikasi lingkungan yang
kondusif dengan peka terhadap respon klien dan menunjukkan penerimaan, serta
membantu klien mengekspresikan perasaan dan pikirannya (Suryani, 2006).
Petugas kesehatan dituntut mampu membuat
suasana tidak terlalu formal sehingga suasana tidak terkesan tegang dan tidak
bersifat menginterogasi. Lingkungan yang kondusif membantu klien bisa berfikir
jernih dan mengutarakan keluhan yang diderita secara terbuka, lengkap
sistematis, dan objektif (Nasir, 2009).
Tugas dari petugas kesehatan yang ketiga pada
tahap perkenalan adalah membuat kontrak dengan klien. Kontrak harus disetujui
bersama dengan klien antara lain tempat, waktu pertemuan, dan topik
pembicaraan. Dan tugas yang keempat pada tahap ini adalah petugas kesehatan
menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda
serta gejala yang lain, maka dari itu petugas kesehatan membenarkan secara
aktif untuk mengumpulkan data tersebut (Suryani, 2006).
Petugas kesehatan dituntut memiliki keahlian
yang tinggi dalam menstimulasi klien maupun keluarga agar mampu mengungkapkan
keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif. Keahlian
yang harus dimiliki petugas kesehatan adalah terkait dengan teknik komunikasi
agar klien mengungkapkan keluhannya dengan sebenarnya tanpa ditutup-tutupi.
Pada tahap kerja, biasanya merupakan tahap
yang paling lama diantara tahap lainnya. Petugas kesehatan dan klien bertemu
untuk menyelesaikan masalah dan membentuk hubungan yang saling menguntungkan
secara profesional, yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada fase ini
petugas kesehatan memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien,
memberi bantuan yang dibutuhkan klien, mendiskusikannya dengan teknik untuk
mencapai tujuan. Selain sebagai pemberi pelayanan, peran petugas kesehatan
sebagai pengajar diperlukan pada fase ini. Peran ini meliputi upaya
meningkatkan motivasi klien untuk mempelajari dan melaksanakan aktivitas
peningkatan kesehatan, untuk mengikuti program pengobatan dokter, dan untuk
mengekspresikan perasaan atau pengalaman yang berhubungan dengan masalah
kesehatan dan kebutuhan perawatan yang terbentuk, contohnya memberikan
pengajaran tentang pemberian ASI disaat awal sesudah melahirkan (Tamsuri,
2006).
Tahap terakhir dari komunikasi terapeutik
adalah tahap terminasi. Tahap terminasi dimulai ketika klien dan petugas
kesehatan memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan klien. Pada tahap ini
tugas petugas kesehatan adalah mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi
yang telah dilaksanakan, menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang
telah dilakukan dan membuat pertemuan berikutnya kalau diperlukan (Suryani,
2006).
Tags
Komunikasi