Terdapat
beberapa syarat terjadinya sosialisasi politik. Sosialisasi merupakan sistem
dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut,
sosialisasi politik memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan
masyarakat, yaitu:
- Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat.
- Kedua, memungkinkan lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu (Susanto,1992).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa melalui sosialisasi politik masyarakat dapat berpartisipasi untuk
kepentingan hidupnya dan menciptakan generasi untuk kelestarian kehidupan
selanjutnya. Selain itu, terdapat faktor lain yang menunjang proses sosialisasi
politik yaitu faktor lingkungan, dimana didalamnya interaksi sosial.
Selain
faktor lingkungan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sosialisasi, di
antaranya adalah:
- Apa yang disosialisasikan, merupakan bentuk informasi yang akan diberikan kepada masyarakat berupa nilai, norma dan peran.
- Bagaimana cara mensosialisasikan, melibatkan proses pembelajaran. Siapa yang mensosialisasikan, institusi, mass-media, individu dan kelompok (Susanto,1992)
Michael Rush dan Phillip Althoff berpendapat
bahwa setiap keberhasilan suatu proses sosialisasi politik ditentukan oleh
faktor lingkungan dan keterkaitan unsur-unsur yang mempengaruhinya.
Proses
keberhasilan sosialisasi politik ditentukan oleh:
- Agen sosialisasi politik, yang terdiri dari keluarga, pendidikan, media massa, kelompok sebaya, kelompok kerja, kelompok agama. Selain itu keberadaan kelompok kepentingan dan organisasi kemasyarakatan memberi pengaruh sebagai agen sosialisasi politik terhadap partisipasi masyarakat.
- Materi sosialisasi politik, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat.
- Mekanisme sosialisasi politik, di bagi menjadi tiga yaitu, imitasi, instruksi, motivasi.
- Pola sosialisasi politik proses yang terus berkesinambungan, untuk mengetahui proses sosialisasi, yang terdiri dari Badan atau instansi yang melakukan proses sosialisasi, hubungan antara badan atau instansi tersebut dalam melakukan proses sosialisasi (Rush & Althoff, 2002).
Agen sosialisasi merupakan pemeran utama
dalam keberhasilan proses sosialisasi politik untuk menyebarkan atau menanamkan
nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam materi sosialisasi politik.
Keberhasilan tersebut ditentukan oleh mekanisme yang terencana dan digambarkan
dalam pola proses sosialisasi yang baik. Apabila proses-proses tersebut dapat
tersusun, maka penyebaran informasi mengenai materi sosialisasi politik dapat
dengan tepat disampaikan ke sasaran sosialisasi.
Agen sosialisasi politik adalah pihak-pihak
yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Terdapat empat agen sosialisasi
yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga
pendidikan sekolah. Akan tetapi media dalam proses sosialisasi politik
merupakan sarana tambahan, hal tersebut sejalan dengan pendapat Lane bahwa
dasar sosialisasi adalah keluarga dan peranan media massa hanyalah bersifat
tambahan (dalam Susanto, 1992).
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi
politik berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain, contohnya apa
yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan dapat bertentangan dengan apa
yang diajarkan oleh agen sosialisasi yang lain, tetapi yang menerima pesan
dapat dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya dan media massa. Materi
sosialisasi politik merupakan isi yang akan disampaikan kepada sasaran
sosialisasi. Pada dasarnya, materi sosialisasi harus mengandung nilai-nilai dan
norma-norma. Adapun pengertian nilai dan norma menurut Hasan Mustafa adalah: “Nilai
adalah prinsip-prinsip etika yang dipegang dengan kuat oleh individu atau
kelompok sehingga mengikatnya dan sangat berpengaruh pada prilakunya sedangkan
norma, yaitu aturan-aturan baku tentang perilaku yang harus dipatuhi oleh
setiap anggota suatu unit sosial sehingga ada sangsi negatif dan positif”
(Mustafa,1995) materi sosialisasi politik selain memiliki kedua unsur tersebut,
harus mengandung unsur peran.
Peran adalah seperangkat harapan atau
tuntutan kepada seseorang untuk menampilkan perilaku tertentu karena orang
tersebut menduduki suatu status sosial tertentu. Peran materi sosialisasi harus
mengandung peran yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan secara mendasar sifatnya adalah
faktual (walaupun tidak eksklusif), pengetahuan dapat mendahului pembentukan
nilai-nilai dan sikapsikap, begitupun sebaliknya. Pengetahuan dapat
dipergunakan untuk mendukung suatu nilai khusus atau suatu sikap setelah nilai
dan sikap terbentuk, selain itu pengetahuan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan
sikap-sikap.
Sikap-sikap
berkaitan dengan nilai-nilai, dalam mana kepercayaan-kepercayaan individu dapat
memainkan peranan yang penting dalam penentuan reaksi terhadap rangsangan khusus
dan terhadap pembentukan sikap-sikap ataupun pendapat-pendapat khusus, akan
tetapi sikap-sikap dapat mendahului nilai-nilai, khususnya yang berlangsung
pada dasar sosialisasi politik, nilai-nilai itu adalah sebagai berikut:
- Tradisi; terutama agama, tetapi juga termasuk ikatan-ikatan kekeluargaan dan tradisi pada umumnya.
- Prestasi; ketekunan, pencapaian atau perolehan, ganjaran-ganjaran material, mobilitas sosial.
- Pribadi; kejujuran, ketulusan, keadilan, dan kemurahan hati
- Penyesuaian diri; bergaul dengan baik, menjauhkan diri dari kericuhan, menjaga keamanan dan kententraman.
- Intelektual; belajar dan pengetahuan sebagai tujauan
- Politik; sikap-sikap dan kepercayaan berkaitan dengan pemerintahan (Syarbaini dkk, 2004).
Proses sosialisasi saling berkaitan dengan
nilai-nilai yang dimiliki setiap masyarakat sebagai objek sosialisasi karena
nilai-nilai tersebut dapat mempengaruhi sikap-sikap masyarakat terhadap hal-hal
yang baru muncul di lingkungannya.
Agen
sosialisasi dalam mentransmisikan elemen-elemen dari sosialisasi melalui
beberapa cara:
- Imitasi, merupakan peniruan terhadap tingkah laku individu-individu, dan merupakan hal yang penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak.
- Intruksi, merupakan peristiwa penjelasan diri, akan tetapi para ahli mengatakan hal tersebut tidak terlalu diperlukan karena terbatas pada proses belajar formal.
- Motivasi, lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman. Motivasi adalah merupakan bentuk tingkah laku yang tepat yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal, individu yang bersangkutan secara langsung belajar dari pengalaman mengenai tindakan-tindakan sama cocok dengan sikap-sikap dan pendapat-pendapat sendiri (Rush&Allthof, 2002).
Cara imitasi lebih cocok diterapkan dalam
sosialisasi untuk masa kanak-kanak atau pada masa awal. Intruksi lebih banyak
dilakukan pada proses belajar formal. Imitasi dan intruksi merupakan tipe-tipe
khusus dari pengalaman, akan tetapi motivasi lebih banyak diidentifikasikan
dengan pengalaman.
Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung
lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara
kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman yang relevan. Oleh karena
itu, untuk mempermudah hasil proses sosialisasi politik dibentuklah pola
sosialisasi yang diilustrasikan dalam sebuah gambar. Pembuatan pola tersebut,
dilakukan setelah proses sosialisasi berjalan yang akan berkaitan dengan
unsur-unsur sebelumnya.
Lebih
lanjut Ramlan Surbakti mengemukakan bahwa dari segi penyampaian pesannya
sosialisasi politik dibagi dua, yaitu:
- Pendidikan politik, merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan, melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik, seperti sekolah pemerintah dan partai politik.
- Indoktrinasi politik, proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma dan symbol yang dianggap pihak yang berkuasa, sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh paksaan psikologis dan latihan yang penuh disiplin (Surbakti, 1992).
Salah satu dari agen sosialisasi politik
terdapat kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai tujuan untuk memobilisasi
massa dengan cara memberikan pendidikan tentang politik mengenai nilai-nilai
dan norma-norma politik. Harapan dari kelompok kepentingan adalah timbal balik
dari masyarakat yang telah mendapatkan pendidikan politik untuk dapat
berpartisipasi dalam mendukung pergerakan politik dan tujuan utama dari
kelompok kepentingan.
Tags
Psikologi Politik