Sumber stres kerja dikenal dengan job
stressor yang sangat beragam dan reaksinya beragam pula pada setiap orang.
Berikut ini beberapa sumber stres kerja menurut Cary Cooper (dalam Rice, 1992)
yaitu:
Kondisi Kerja
Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja
quantitative work overload, qualitative work overload, assembli line- hysteria
, pengambilan keputusan, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian waktu kerja,
dan kemajuan teknologi (technostres).
Pengertian
dari masing-masing kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut:
- Quantitative work overload. Work overload (beban kerja yang berlebihan) biasanya terbagi dua, yaitu quantitative dan qualitative overload. Quantitative overload adalah ketika kerja fisik pegawai melebihi kemampuan nya. Hal ini disebabkan karena pegawai harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat banyak dalam waktu yang singkat. Qualitative overload terjadi ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai terlalu sulit dan kompleks.
- Assembli line-hysteria. Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena pekerjaan yang harus dilakukan tidak menantang atau pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap pekerjaannya.
- Pengambilan keputusan dan tanggungjawab. Pengambilan keputusan yang akan berdampak pada perusahaan dan pegawai sering membuat seorang manajer menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan putusan itu juga menuntut tanggungjawabnya, kemungkinan peningkatan stres juga dapat terjadi.
- Kondisi fisik yang berbahaya. pekerjaan seperti SAR, Polisi, penjinak bom sering berhadapan dengan stres. Mereka harus siap menghadapi bahaya fisik sewaktu-waktu.
- Pembagian waktu kerja. Pembagian waktu kerja kadang-kadang mengganggu ritme hidup pegawai sehari-hari, misalnya pegawai yang memperoleh jatah jam kerja berganti-ganti. Hal seperti ini tidak selalu berlaku sama bagi setiap orang yang ada yang mudah menyesuaikan diri, tetapi ada yang sulit sehingga menimbulkan persoalan.
- Stres karena kemajuan teknologi (technostres). Technostres adalah kondisi yang terjadi akibat ketidakmampuan individu atau organisasi menghadapi teknologi baru.
Ambiguitas Dalam Berperan
Pegawai kadang tidak tahu apa yang sebenarnya
diharapkan oleh perusahaan, sehingga ia bekerja tanpa arah yang jelas. Kondisi
ini akan menjadi ancaman bagi pegawai yang berada pada masa karier tengah baya,
karena harus berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya dapat menurunkan
kinerja, meningkatkan ketegangan dan keinginan keluar dari pekerjaan
Faktor Interpersonal
Hubungan interpersonal dalam pekerjaan
merupakan faktor penting untuk mencapai kepuasan kerja. Adanya dukungan sosial
dari teman sekerja, pihak manajemen maupun keluarga diyakini dapat menghambat
timbulnya stres. Dengan demikian perlu kepedulian dari pihak manjemen pada
pegawai agar selalu tercipta hubungan yang harmonis.
Perkembangan Karier
Pegawai biasnya mempunyai berbagai harapan
dalam kehidupan karier kerjanya, yang ditujukan pada pencapaian prestasi dan
pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Apabila perusahaan tidak
memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya : sistem promosi yang tidak jelas,
pegawai akan merasa kehilangan harapan yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.
Struktur Organisasi
Struktur organisai berpotensi menimbulkan
stres apabila diberlakukan secara kaku, pihak manajemen kurang memperdulikan
inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam proses pengambilan keputusan
dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas pegawai.
Hubungan antara pekerjaan
dan rumah
Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang
memungkinkan membangun dan mengumpulkan semangat dari dalam diri individu untuk
memenuhi kebutuhan luar. Ketika tekanan menyerang ketenangan seseorang, ini
dapat memperkuat efek stres kerja. Denise Prosseau (dalam Rice, 1992).
Spillover mengatakan kekurangan dukungan dari pasangan, konflik dalam rumah
tangga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stres dan karir.
wihhh...
BalasHapuskeren infon ya