Stroke iskemik didefinisikan sebagai
sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini
berlangsung 24 jam atau lebih, pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran
darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian. Stroke jenis ini memiliki
ciri khas onset defisit neurologis setempat yang tiba-tiba. Beberapa pasien
mengalami perkembangan gejala yang bertahap. Defisit neurologis yang lazim
ditemukan meliputi dysphasia, dysarthria, hemianopia, hemiparesis, ataxia, dan
sensory loss. Gejala dan tandanya biasanya satu sisi (unilateral).
Iskemia jaringan otak biasanya disebabkan
oklusi mendadak pada arteri di daerah otak (biasanya arteri vertebrobasilar)
bila ada ruptur plak yang kemudian akan mengaktivasi sistem pembekuan.
Interaksi antara ateroma dengan bekuan akan mengisi lumen arteri sehingga
aliran darah mendadak tertutup.
Aterosklerosis berhubungan erat dengan banyak
faktor risiko. Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor
resikonya. Faktor resiko stroke ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang
dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup atau secara medik. Menurut Sacco
1997, Goldstein 2001, faktor-faktor risiko pada stroke adalah hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus, peningkatan viskositas darah, riwayat
stroke sebelumnya, peningkatan kadar lemak, merokok, obesitas, kurang aktivitas
dan usia lanjut.
Stroke iskemik (stroke non-hemoragik, infark
otak, penyumbatan) dapat terjadi berdasarkan 3 mekanisme yaitu trombosis
serebri, emboli serebri dan pengurangan perfusi sistemik umum. Stroke iskemik
merupakan penyakit yang progresif dengan berbagai macam tampilan klinis, dari
yang ringan hingga yang berat. Gambaran klinis stroke iskemik dapat berupa
kelemahan anggota tubuh (jarang pada kedua sisi), hiperrefleksia anggota tubuh,
kelemahan otot-otot wajah, dysarthria, dysfagia, peningkatan reflex muntah,
diplopia, nystagmus, kelemahan otot mata, dan penurunan kesadaran.
Diagnosis stroke dibuat berdasarkan gejala
klinis dan pemeriksaan radiologis (CT Scan/MRI). Pemeriksaan laboratorium
berperan dalam menyingkirkan gangguan neurologis lain, mendeteksi penyebab
stroke dan menemukan keadaan komorbid.
Pemeriksaan radiologis
CT-Scan
Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan
dan memisahkan antara jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain
itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi jaringan. Berdasarkan
beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat mendeteksi lebih dari 90% kasus stroke
iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.
Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
Secara umum lebih sensitif dibandingkan
CT-Scan. MRI juga dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini
adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum
dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan
lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan
yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai alat
pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada
stroke akut meliputi beberapa parameter yaitu hematologi lengkap, kadar gula
darah, elektrolit, ureum, kreatinin, profil lipid, enzim jantung, analisis gas
darah, protrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT),
kadar fibrinogen serta D-dimer. Polisitemia vera dan trombositemia esensial
merupakan kelainan darah yang dapat menyebabkan stroke. Polisitemia, nilai
hematokrit yang tinggi menyebabkan hiperviskositas dan mempengaruhi darah otak.
Trombositemia meningkatkan kemungkinan
terjadinya agregasi dan terbentuknya trombus. Kadar glukosa darah untuk
mendeteksi adanya hipoglikemia dan hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala
neurologis. Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi gangguan natrium,
kalium, kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat menyebabkan depresi
susunan saraf pusat. Analisis gas darah perlu dilakukan untuk mendeteksi penyebab
metabolik, hipoksia dan hiperkapnia. Profil lipid dan enzim jantung untuk
menilai faktor resiko stroke. PT dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi
serta monitoring terapi. Sedangkan D-dimer diperiksa untuk mengetahui
Tags
Patologi