Sejarah paradigma konstruktivis adalah sebuah
bentuk pencarian kebenaran. Paradigma konstruktivis ialah paradigma di mana
kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan
kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif (nisbi). Pertama, dilihat dari
penjelasan ontologis, realitas yang dikonstruksi itu berlaku sesuai konteks
spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Kedua, paradigma
konstruktivis ditinjau dari konteks epistemologis, bahwa pemahaman tentang
suatu realitas merupakan produk interaksi antara peneliti dengan objek yang
diteliti. Dalam hal ini, paradigma konstruktivis bersifat transaksional atau
subjektif. Ketiga, dalam konteks aksiologi, yakni peneliti sebagai passionate
participation, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku
sosial.
Dalam ilmu-ilmu sosial, paradigma
konstruktivis merupakan salah satu dari paradigma yang ada. Dua paradigma
lainnya adalah klasik dan kritis. Paradigma konsruktivis berada di dalam
perspektif interpretivisme (penafsiran) memiliki tiga jenis, yaitu interaksi
simbolik, fenomenologis dan hermenetik.
Konsep mengenai konstruksionis diperkenalkan
oleh sosiolog interpretative, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman, mereka
banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi tentang sosial atas
realitas. (Eriyanto 20044) menuliskan bahwa dalam konsep kajian komunikasi,
teori konstruksi sosial bisa disebut berada di antara teori fakta sosial dan
definisi sosial. Dalam teori fakta sosial struktur sosial yang eksislah yang
penting. Manusia adalah produk dari masyarakat. Tindakan dan persepsi manusia
ditentukan oleh struktur yang ada dalam masyarakat. Institusional, norma,
sruktur dan lembaga sosial menetukan individu manusia. Sebaliknya adalah teori
definisi sosial, manusialah yang membentuk masyarakat. Manusia digambarkan
sebagai identitas yang otonom. Melakukan pemaknaan dan membentuk masyarakat.
Manusia yang membentuk realitas, menyusun institusi dan norma yang ada. Teori
konstruksi sosial berada di antara keduanya.
Paradigma konstruktivis juga dipengaruhi oleh
perspektif interaksi simbolis dan perspektif sruktural fungsional. Perspektif
interaksi simbolis ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif
mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial,
individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas
di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas
sosial tersebut dikontrusikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu
lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif.
Tags
Psikologi Umum