Sejarah bahasa gaul sendiri sebenarnya sudah
ada sejak tahun 1980-an tetapi pada waktu itu istilah bahasa prokem (okem).
Lalu bahasa tersebut diadopsi kemudian dimodifikasi sedemikian unik dan
digunakan oleh orang-orang tertentu atau kalangan-kalangan tertentu saja. Pada
awalnya bahasa prokem digunaakan oleh para preman yang kehidupanya dekat dengan
kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Banyak istilah-istilah baru
yang mereka ciptakan dengan tujuan agar masyarakat awam atau orang luar
komunitas mereka tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan atau yang
telah mereka bicarakan. Mereka merancang kata-kata baru, mengganti kata ke
lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem,
penambahan awalan, sisipan, atau akhiran Pergaulan di kalang waria mengenal apa
yang disebut dengan budaya teman sebaya (peer culture).
Kelompok waria yang sebaya itu umumnya
mempunyai nilai serta karakteristik budaya yang bebeda atau bahkan bertentangan
dengan budaya orang lain. Dalam upayanya memisahkan diri dari budaya lingkungan
sekitar, mereka membuat budaya tandingan, budaya yang khas waria (Alatas, 2006).
Budaya khas waria ini kemudian menciptakan sebuah bahasa yang biasa digunakan
oleh kaum waria untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa tersebut kemudian
disebut dengan bahasa gaul, sesuai dengan pengertian awalnya yakni bahasa yang
digunakan untuk berteman dan bersahabat di tengah masyarakat (KBBI,2008). Di
kalangan waria sendiri kata ‘gaul’ ini memiliki prestise atau penilaian yang
tinggi. Seseorang waria akan dikatakan gaul apabila ia memiliki sifat yang
menarik, dan pergaulan yang luas. Jadi, seorang waria pasti akan merasa bangga apabila
predikat ‘anak gaul’ dilekatkan padanya.
Menurut Wikipedia Indonesia “Bahasa gaul
merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh penutur remaja, waria untuk
mengekspresikan gagasan dan emosinya.” Perkembangan teknologi informasi turut
mendistribusikan penggunaan bahasa gaul ke lingkup yang lebih luas. Media
komunikasi, khususnya yang membahas mengenai waria, dalam mengkomunikasikan
informasi juga menggunakan bahasa gaul yang sedang menjadi trend atau populer
di kalangan remaja sampai waria. Dewasa ini, bahasa gaul mengalami pergeseran
fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks modern, bahasa
gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan sebagai
bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan dilingkungan sosial bahkan dalam
media-media populer seperti tv, radio, dunia perfilman nasional, dan sering
pula digunakan dalam bentuk publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja,
selebritis hingga waria oleh majalah-majalah populer.
Sebuah artikel di Kompas yang ditulis
Sahertian berjudul So What Gitu Loch.....
(2006) menyatakan bahwa bahasa gaul atau bahasa prokem sebenarnya sudah ada
sejak 1970-an. Awalnya istilah- istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan
isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar
komunitasnya, lama-lama istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari. Kosakata bahasa
gaul yang belakangan ini berkembang sering tidak beraturan dan cenderung tidak
terumuskan. Bahkan tidak dapat diprediksi bahasa apakah yang berikutnya akan menjadi
bahasa gaul.
Pada mulanya pembentukan bahasa slang,
prokem, cant, argot, jargon, dan colloquial di dunia ini adalah berawal dari
sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu yang berada di kelas atau golongan
bawah (Alwasilah, 2006). Lambat laun oleh masyarakat akhirnya bahasa tersebut
digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Kecenderungan masyarakat ataupun para
pelajar menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari- hari semakin tinggi,
dan lebih parah makin berkembangnya bahasa slank atau bahasa gaul yang
mencampur adukkan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Saat ini
bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering
digunakan sebagai bentuk percakapan sehari- hari dalam pergaulan di lingkungan
sosial bahkan dalam media populer separti TV, radio, dunia perfilman nasional,
dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan waria, remaja
oleh majalah- majalah remaja populer. Maka sebab itu, bahasa gaul dapat
disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan komunikasi verbal oleh setiap
orang dalam kehidupan sehari- hari.
Seperti halnya bahasa lain, bahasa gaul juga
mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan dan
pengurangan kosakata. Tidak sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno (usang)
yang disebabkan oleh perkembangan zaman. Setiap generasi akan memiliki ciri
tersendiri sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal ini,
bahasalah sebagai representatifnya. Dari segi fungsinya, bahasa gaul memiliki
persamaan antara slang, dan prokem. Kosa kata bahasa remaja banyak diwarnai
oleh bahasa prokem, bahasa gaul, dan istilah yang pada tahun 1970-an banyak
digunakan oleh para pengguna narkoba (narkotika, obat-obatan dan zat adiktif).
Hampir semua istilah yang digunakan bahasa rahasia di antara mereka yang
bertujuan untuk menghindari campur tangan orang lain. Bahasa gaul merupakan
bentuk bahasa tidak resmi (Nyoman Riasa, 2006).
Waria adalah laki-laki yang lebih suka
berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria
telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam
setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang,
gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme. Seorang laki-laki
memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan biologisnya
(hermafroditisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat pengondisian
lingkungan pergaulan. Sebutan bencong juga dikenakan terhadap waria dan
bersifat negatif.
Dalam
sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum
penggunaannya populer seperti sekarang ini. Sebagai bahan teori, berikut adalah
sejarah kata bahasa gaul tersebut:
- Nih Yee... Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama kali yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini.
- Memble dan Kece. Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama.
- Bow.... Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Bow…adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata ini.
- Nek... Setelah kata Bow... popular, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek... yang dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek... pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan kata Nek...
- Jayus. Pada akhir dekade 90-an dan awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai ‘lawakan yang tidak lucu’, atau ‘tingkah laku yang disengaja untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan’. Kelompok yang pertama kali mengucapkan kata ini adalah kelompok anak SMU yang bergaul di Kitaran Kemang. Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh temantemannya Jayus. Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau Oni Acan sering memberi komentar jayus kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti temantemannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anak-anak SMU sekitar.
- Jaim. Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, Sseorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image.
- Gitu Loh...(GL). Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran. Gina mempunyai seorang kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Loh...di tiap akhir pembicaraan.