Representasi sosial merupakan suatu teori
yang dirintis oleh pemikiran seorang peneliti Psikologi Sosial, Serge
Moscovici, sehingga teori representasi sosial berada di bawah teori besar
psikologi sosial. Menurut Hollander (1981) dalam Pidarta (2007), psikologi
sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat,
yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari
pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu.
Jodelet (2005) dalam Putera dkk (2009)
menjelaskan istilah representasi sosial pada dasarnya mengacu kepada hasil dan
proses yang menjelaskan mengenai pikiran umum (common sense). Pikiran umum
adalah cara berpikir „rasional‟
yang praktis melalui hubungan sosial dengan menggunakan gaya dan logikanya
sendiri, yang kemudian didistribusikan kepada anggota suatu kelompok yang sama
melalui komunikasi sehari-hari (Putera dkk, 2009). Abric (1976) dikutip oleh
Deaux dan Philogene (2001) menyatakan bahwa representasi sosial terdiri dari
beberapa elemen yakni informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap tentang suatu
obyek. Elemen-elemen ini terorganisasi dan terstruktur kemudian membentuk suatu
sistem sosial-kognitif seseorang. Struktur representasi sosial terdiri dari
central core peripheral core. Karakteristik (central core) unsur utama yaitu
bersifat lebih stabil dan tidak mudah untuk berubah. Karakteristik (periphery)
yaitu sebagai pelengkap dari unsur utama, paling mudah berubah. Jika kita ingin
merubah representasi sosial maka harus merubah central core.
Representasi sosial ini membentuk suatu
pengetahuan yang akan menentukan persepsi dan pikiran seseorang tentang suatu
kenyataan dan akan mempengaruhi tindakan yang individu lakukan, yang mana
representasi sosial ini dibentuk dari suatu proses komunikasi dan interaksi
yang terjadi pada antara individu dan dibagikan secara kolektif (Johar, 2011).
Selain itu, Gunawan (2003) menyebutkan bahwa representasi sosial akan
mempengaruhi perilaku seseorang.
Sesuai dengan pernyataan Abric (1989)
sebagaimana dikutip oleh Pandjaitan (2010): “... Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku adalah representasi
sosial yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Berdasarkan sejumlah
eksperimen yang dilakukannya dapat disimpulkan bahwa tingkah laku para subyek
ataupun kelompok tidaklah didasari oleh karakteristik obyektif dari suatu
situasi melainkan oleh representasi mereka atas situai tersebut. ...”
(Abric, 1989, seperti dikutip Padjaitan 2010).
Kesimpulannya adalah representasi sosial akan
membentuk pemahaman dan perilaku seseorang terhadap suatu objek. Jadi
representasi sosial sebenarnya memperkenalkan adanya sintesis yang baru antara
individu dengan lingkup sosialnya. Posisi individu dalam teori ini dinilai
tidak menghasilkan pola pikir dalam situasi yang terisolasi, namun dari basis
saling mempengaruhi satu sama lain. Hal tersebut menjadi dasar bagi munculnya
pemaknaan bersama tentang suatu obyek dan mempengaruhi perilaku individu
berdasarkan makna bersama tersebut.
Fungsi Representasi Sosial
Moscovici
(1973) dalam Adriana (2009) menyebutkan bahwa representasi sosial memiliki dua
fungsi sekaligus, antara lain:
- Representasi sosial berfungsi sebagai tata aturan bagi individu untuk menyesuaikan diri dan memahami (serta menguasai keadaan pada lingkungan fisik ataupun lingkungan sosialnya.
- Selain itu, representasi sosial juga dapat memungkinkan terjadinya aktivitas pertukaran sosial mereka, dan sebagai kode untuk menamai serta mengklasifikasikan dengan jelas berbagai macam aspek pada lingkungan, kesejahteraan individu dan kesejarahan kelompoknya.
Bergman (1998) dalam Wesman (2011) juga
menyatakan bahwa teori sosial terlihat pada pemikiran subyektif seseorang
individu yang menciptakan sebuah kenyataan dari kenyataan yang tidak diketahui
sebelumnya. Oleh sebab itu, representasi sosial memiliki fungsi sebagai alat
untuk memberikan arti bagi setiap istilah yang asing atau abstrak bagi mereka.
Pembentukan Representasi
Sosial
Menurut
Moscovici (1984) dalam Deaux dan Philogene (2001) representasi sosial tersebut
dibentuk melalui dua buah proses, yaitu anchoring
dan objectifying.
- Anchoring mengacu kepada proses pengenalan atau pengaitan (to anchor) suatu obyek tertentu dalam pikiran individu. Pada proses anchoring, informasi baru diintegrasikan kedalam sistem pemikiran dan sistem makna yang telah dimiliki individu. Obyek diterjemahkan dalam kategori dan gambar yang lebih sederhana dalam konteks yang familiar bagi individu.
- Objectifications, mengacu kepada penerjemahan ide yang abstrak dari suatu obyek ke dalam gambaran tertentu yang lebih konkrit atau dengan mengaitkan abstraksi tersebut dengan obyek-obyek yang konkrit. Proses ini dipengaruhi oleh kerangka sosial individu, misalnya norma, nilai, dan kode-kode yang merupakan bagian dari proses kognitif dan juga dipengaruhi oleh efek dari komunikasi dalam pemilihan dan penataan representasi mental atas obyek tersebut.
Pengukuran Representasi
Sosial
Pengukuran suatu representasi sosial dapat
dilakukan melalui beberapa metode, di antaranya: percobaan, kuesioner, asosiasi
kata, dan metode diferensiasi semantik. Dalam Wagner dan Hayes (2005)
sebagaimana dikutip oleh Johar (2011) dikatakan bahwa pada percobaan, variabel
percobaan yang digunakan adalah variabel terikat dan bukan variabel bebas.
Percobaan pada proses representasi sosial mengungkapkan struktur, organisasi, dan
komponen tindakan individu, serta tidak bersifat universal tergantung pada
populasi yang digunakan. Selain itu, Wagner dan Hayes (2005) dalam Johar (2011)
juga mengatakan bahwa pada asosiasi kata, representasi dilihat dari
penghitungan kata-kata stimulus mengenai suatu objek yang dinyatakan oleh para
subjek.
Pada asosiasi kata, para subjek akan
memberikan secara spontan jawaban atau pandangan nya dari suatu objek yang
diberikan dan mereka diminta untuk menuliskan lima kata yang terlintas di benak
mereka ketika mereka membaca kata mengenai objek tersebut. Selanjutnya,
kata-kata yang didapatkan dari subjek diurutkan mulai dari kata-kata yang
paling menggambarkan objek sampai kata-kata yang kurang menggambarkan objek
yang akan diukur representasinya (Nadra, 2010). Pada penelitian ini, responden
hanya diminta untuk menyebutkan minimal satu kata yang dianggap paling mewakili
objek penelitian, yaitu TPI Cituis. Hal ini dilakukan karena responden
menemukan kesulitan ketika diminta untuk menyebutkan lima kata untuk mewakili
TPI Cituis. Skala Likert digunakan untuk mengukur elemen sikap dan keyakinan
dalam representasi sosial.
Tags
Psikologi Sosial
Mas, ini saya bisa dapatkan bukunya dimana ya?
BalasHapus