Proses-proses keyakinan diri melibatkan
beberapa unsur. Bandura (1997) menguraikan proses psikologis keyakinan diri
dalam mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui
cara-cara dibawah ini:
Proses kognitif
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu
menetapkan tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan
tindakan yang tepatuntuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi
tersebut dipengaruhi oleh penilaian individu akan kemampuan kognitifnya. Fungsi
kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian-kejadian sehari-hari
yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini
adalah semakin efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan
ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak
dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Individu akan meramalkan
kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi
hidupnya. Keahlian ini membutuhkan proses kognitif yang efektif dari berbagai
macam informasi.
Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran
optimis dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu
berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan
dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. Terdapat beberapa
macam motivasi kognitif yang dibangun dari beberapa teori yaitu atribusi
penyebab yang berasal dari teori atribusi dan pengharapan akan hasil yang
terbentuk dari teori nilai-pengharapan.
Keyakinan diri mempengaruhi atribusi
penyebab, dimana individu yang memiliki keyakinan diri akademik yang tinggi
menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh kurangnya
usaha, sedangkan individu dengan keyakinan diri yang rendah menilai
kegagalannya disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Teori nilai-pengharapan
memandang bahwa motivasi diatur oleh pengharapan akan hasil (outcome
expectation) dan nilai hasil (outcome value) tersebut. Outcome expectation
merupakan suatu perkiraan bahwa perilaku atau tindakan tertentu akan
menyebabkan akibat yang khusus bagi individu. Hal tersebut mengandung keyakinan
tentang sejauhmana perilaku tertentu akan menimbulkan konsekuensi tertentu.
Outcome value adalah nilai yang mempunyai arti dari konsekuensi-konsekuensi
yang terjadi bila suatu perilaku dilakukan. Individu harus memiliki outcome
value yang tinggi untuk mendukung outcome expectation.
Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri
individu dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi
ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi
pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan
kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi
tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas yang sulit atau
bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak
akan membangkitkan pola pikir yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan
kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak mampu
mengelola ancaman tersebut.
Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan
individu untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga
dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam melakukan
seleksi tingkah laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah
menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi sulit. Keyakinan diri dapat
membentuk hidup individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan.
Individu akan mampu melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih situasi
yang diyakini mampu menangani. Individu akan memelihara kompetensi, minat,
hubungan sosial atas pilihan yang ditentukan. Dari uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa proses keyakinan diri meliputi proses kognitif, proses
motivasi, proses afeksi, dan proses seleksi.