Proses interaksi sosial dalam keluarga merupakan proses interaksi sosial yang pertama dan paling intens. Menurut Kimbal Young dan Reymond W.Mack dalam
Soekanto (1990), menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan
sosial, oleh karena tanpa interaksi tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Sedangkan menurut Gillin dan Gillin menyebutkan interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang-orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.
Adapun
ciri-ciri interaksi sosial menurut Charles P. Loomis adalah:
- Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.
- Adanya komunikasi antar para pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
- Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung.
- Adanya suatu tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut
Interaksi yang dilakukan oleh manusia mempunyai
syarat-syarat agar interaksi terjadi dengan baik, yaitu kontak dan komunikasi.
Kontak pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok agar mempunyai
makna bagi pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain.
Penangkapan makna tersebut yang menjadi pangkal tolak untuk memberikan reaksi.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Alvin dan Helen Gouldner dalam Taneko (1990),
interaksi itu adalah suatu aksi diantara orang-orang, jadi tidak memperdulikan
secara berhadapan muka secara langsung ataukah melalui simbol-simbol seperti
bahasa, tulisan yang disampaikan dari jarak ribuan kilometer jauhnya. Semua itu
tercakup didalam konsep interaksi selama hubungan itu mengharapkan adanya satu
atau lebih bentuk respons. Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung.
Terjadinya kontak belum berarti telah ada komunikasi, oleh karena komunikasi
itu timbul apabila seseorang individu memberi tafsiran pada prilaku orang lain.
Dengan tafsiran tadi, lalu seseorang itu mewujudkan dengan prilaku, dimana
prilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang ingin di sampaikan.
Menurut pendekatan interaksionis faktor yang
menentukan dalam upaya untuk memahami prilaku keluarga adalah kajian terhadap
interaksi antara para anggota keluarga dan interpretasi apa yang para individu
bersangkutan berikan pada interaksi tersebut. Karena para anggota keluarga
secara terus-menerus saling mempengaruhi maka keluarga adalah suatu unit sosial
yang senantiasa tumbuh, berkembang dan bersifat dinamis (Ihromi, 1999). Dengan
kata lain pendekatan interaksi melihat keluarga sebagai unit interaksi
personal, dimana ayah, ibu, dan anak-anak akan saling menjalin hubungan dalam
interaksi dan komunikasi. Pendekatan ini juga melihat bagaimana individu memainkan
perannya masing-masing dalam keluarga dan bagaimana mereka memikirkan dan
merasakan apa yang mereka lakukan dalam keluarga mereka dan terhadap anggota
keluarga lainnya.
Secara ideal keluarga terdiri dari suami,
istri dan beberapa orang anak. Keluarga merupakan kelompok orang-orang yang
dipersatukan oleh ikatan perkawinan, hubungan darah, yang berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain melalui perannya masing-masing sebagai anggota
keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat keluarga memerlukan organisasi
tersendiri dan karena itu perlu adanya peran dan fungsi masing-masing anggota
keluarga. Keluarga terdiri dari dari beberapa orang, maka akan terjadi
interaksi antara anggotanya dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia
(harmonis) atau tidak bahagia (disharmonis) pada salah seorang anggota keluarga
yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga
(Gunarsa, 1993).
Keluarga sebagai satuan emosional yang
memenuhi peran dan tanggung jawab semakin dianggap penting oleh umumnya
masyarakat. Keluarga ideal juga tidak lepas dari sejauh mana ia mampu
menjalankan fungsi keluarga dengan baik di dalam keluarga, karena fungsi
keluarga tidak dapat dipisahkan dari keluarga ideal. Adapun fungsi keluarga
tersebut adalah fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi
sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan
fungsi ekonomi. Berjalannya fungsi-fungsi ini membawa keluarga pada pola
penyesuaian sebagai dasar hubungan sosial dengan penuh cinta kasih sehingga
tercipta pola interaksi sosial yang lebih luas baik dengan sesama anggota
keluarga maupun masyarakat sekitar.
Tags
Psikologi Keluarga