Penyebab perilaku prokrastinasi dapat
disebabkan oleh beberapa macam faktor. Bernard (1992) mengemukakan ada 10
penyebab seseorang melakukan perilaku prokrastinasi. Kesepuluh penyebab
perilaku prokrastinasi tersebut adalah sebagai berikut:
Kecemasan
Bernard menyatakan bahwa kecemasan yang
dialami oleh seseorang dipengaruhi oleh stressful attitude orang tersebut.
stressful attitude merupakan sikap dan kognisi seseorang akan kejadian yang
mereka alami. Individu cenderung menilai bahwa situasi-situasi yang dihadapinya
membawa ancaman dan berpotensi menimbulkan stres bagi dirinya. Hal ini
mengakibatkan respon emosional individu berupa kecemasan meningkat. Bernard
juga menyatakan semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami oleh individu
maka semakin tinggi pula kecenderungannya untuk melakukan perilaku
prokrastinasi.
Kurangnya penghargaan akan
diri (self-depreciation)
Bernard (1992) menyatakan bahwa terdapat
sebagian orang yang memiliki kecenderungan self-depreciation yang lebih tinggi
dibandingkan orang lain. Individu dengan self-depreciation tinggi mudah
menyalahkan diri sendiri bahkan dalam hal yang tidak terlalu penting. Ketika ada
sesuatu yang sedikit saja berjalan dengan tidak semestinya, individu ini
menyalahkan dirinya sendiri bahkan dalam hal yang tidak terlalu penting.
Individu mengalami kesulitan dalam menyusun rencana dan arah tujuan hidupnya.
Saat individu melakukan penundaan, individu semakin merasa tidak yakin dengan
dirinya sendiri dan ini akan semakin mempersulitnya dalam melakukan
pekerjaannya.
Rendahnya toleransi terhadap
ketidakyakinan (low discomfort tolerance)
Ketika menghadapi tugas yang membosankan
ataupun sulit untuk dikerjakan ada sebagian orang yang menjadi sangat tertekan
sementara oranglain tidaklah menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang
sangat menekan. Individu yang lebih mudah mengalami frustasi dan memiliki toleransi
terhadap ketidaknyamanan yang lebih rendah dibandingkan orang lain saat
menghadapi stressor yang sama disebut Bernard (1992) sebagai ‘sensation
sensitive’. Individu yang sensation sensitive ini terbiasa menghindari dan
menarik diri dari tugas-tugas yang ia rasa menimbulkan frustasi.
Pencarian kesenangan
(pleasure seeking)
Individu dengan pleasure seeking yang tinggi
menolak mengorbankan kesenangannya untuk mengerjakan suatu tugas sekalipun
tugas itu penting.
Disorganisasi waktu (time
disorganization)
Individu dapat menunda melakukan pekerjaannya
karena tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakannya, namun dapat pula
disebabkan terlalu banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia.
Disorganisasi lingkungan
(environmental disorganization)
Lingkungan yang terlalu bising dan terlalu
banyak gangguan akan mengakibatkan sulitnya berkonsentrasi pada individu
sehingga membuat individu menunda melakukan pekerjaannya. Lingkungan yang
berantakan dan penyimpanan dokumen-dokumen mengenai tugas yang tidak rapi juga dapat
menghambat seseorang untuk dapat segera mngerjakan tugasnya.
Rendahnya pendekatan
terhadap tugas (poor task approach)
Bila seseorang tidak mengerti bagaimana
mengawali atau bagaimana mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya maka hal
ini dapat membuat seseorang menunda mengerjakan tugas tersebut.
Kurangnya asertifitas (lack
of assertion)
Individu yang sulit berkata “tidak” atau
sulit untuk menolak permintaan orang lain, walaupun sebenarnya ia tak memiliki
cukup waktu untuk melakukan permintaan tersebut karena harus mengerjakan
pekerjaan lainnya, akan membuat individu semakin sulit mengatur waktunya dan
harus menunda salah satu dari pekerjaan yang sebenarnya harus dikerjakan.
Kekerasan terhadap orang
lain (hostility with others)
Perilaku menunda dapat juga didorong oleh
faktor kemarahan individu terhadap orang lain. Kemarahan itu dapat berupa
menolak untuk bekerja sama dengan orang tersebut ataupun menunda melakukan
tugas yang diperintahkan dan diharapkan oleh orang tersebut.
Stres dan kelelahan
Stres dan kelelahan ini seringkali
menimbulkan kecenderungan pada individu untuk menunda melakukan tugasnya.
Tags
Psikologi Pendidikan
ohh...
BalasHapusbegitu toh prokastinasi