Penyakit periodontal merupakan salah satu
penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka
menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies
gigi, penyakit periodontal juga lambat perkembangannya dan apabila tidak
dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Namun studi epidemiologi menunjukkan
bahwa penyakit ini dapat dicegah dengan pembersihan plak dengan sikat gigi
teratur serta menyingkirkan karang gigi apabila ada.
Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa
dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit
periodontal yang ringan, dengan tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak
dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan
tulang pendukung gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri
dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan
bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya.
Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket) yang
akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang
rusak. Bila penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama
kelamaan gigi akan longgar dan lepas dengan sendirinya. Penyakit periodontal
merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang
tinggi di Indonesia. Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai
beralih lebih kepada penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies.
Penyebab utama penyakit periodontal adalah
plak sehingga penyakit periodontal sering juga disebut penyakit plak. Plak gigi
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Diperkirakan bahwa 1mm3 plak gigi dengan berat 1mg mengandung 200
juta sel mikroorganisme.
Lokasi dan laju pembentukan plak adalah
bervariasi di antara individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah
oral hygiene, serta faktor-faktor pejamu seperti diet, dan komposisi serta laju
aliran saliva.
Selain plak gigi sebagai penyebab utama
penyakit periodontal, ada beberapa faktor yang menjadi faktor resiko penyakit
periodontal. Faktor ini bisa berada di dalam mulut atau lebih sebagai faktor
sistemik terhadap host. Secara umum faktor resiko penyakit periodontal adalah
oral hygiene yang buruk, penyakit sistemik, umur, jenis kelamin, taraf
pendidikan dan penghasilan.
Higiene oral (oral hygiene)
Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit
periodontal dihubungkan dengan kondisi oral hygiene yang buruk. Loe, et al.
melaporkan bahwa pada individu yang mempunyai gingiva sehat akan segera
mengalami gingivitis bila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama 2-3
minggu. Sebaliknya, bila dilakukan pemeliharaan kebersihan mulut maka
keradangan akan hilang dalam waktu 1 minggu. Semua penelitian yang dilakukan
menunjukkan pentingnya melakukan kontrol plak bila tidak ingin terjadi kerusakan
pada jaringan periodontal.
Umur
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa
keparahan penyakit periodontal akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur.
Penyakit periodontal lebih banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompok
yang muda, walaupun keadaan ini lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan
jaringan yang kumulatif selama hidup (proses aging).
Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada
yang mengatakan bahwa kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya.
Penyakit sistemik
Penyakit periodontal juga berhubungan dengan
Diabetes melitus (DM) dan penyakit sistemik lainnya. Insiden DM dilaporkan
cukup tinggi di beberapa negara yang artinya berdampak negatif bagi kesehatan
rongga mulut. Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol. Bila dilakukan skeling pada penderita
diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan timbulnya abses
periodontal.
Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya
tersedia untuk membantu dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal
seseorang. Ada beberapa indeks yang biasa digunakan seperti indeks gingiva oleh
Loe dan Silness, indeks plak O’Leary, indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks
OHI dan OHIS, indeks PFRI, ORI, CPITN dan indeks keparahan penyakit periodontal
oleh Russel dan Ramfjord. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat dipercaya,
sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan dijelaskan.
Community Periodontal Index of Treatment
Needs (CPITN) dikembangkan oleh Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli
WHO. CPITN memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi
untuk menentukan kebutuhan perawatannya. Selain itu indeks ini juga sangat berguna
bila digunakan untuk survey epidemiologis.
Prinsip
kerja CPITN yaitu:
- Adanya probe khusus (probe WHO). Probe ini memiliki ujung yang merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Probe ini digunakan untuk melihat adanya perdarahan dan mengukur kedalaman saku. Pada sonde terdapat daerah yang diberi warna hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya sebagian saja warna hitam yang masih tampak sedangkan untuk poket kedalaman 6mm atau lebih maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam tidak tampak lagi.
- Penilaian atas tingkatan kondisi jaringan periodontal. Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal dan selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan penyakit periodontal.
- Sektan. Sektan ditentukan oleh gigi-gigi 17-14, 13-23, 24-26, 31-34, 33-43 dan 44-47. Tapi hanya skor yang terburuk per sektan yang dicatat. Bila di suatu sektan tidak terdapat gigi maka sektan tersebut tidak diberi nilai atau skor. Keadaan terparah atau nilai tertinggi yang dicatat pada satu sektan.
- Gigi indeks Universitas. Untuk mencatat berbagai kondisi dari jaringan periodontal, tidak diperiksa semua gigi, melainkan hanya beberapa gigi saja yang disebut gigi-gigi indeks. Gigi- gigi indeks yang harus diperiksa adalah 17, 16, 11, 26, 27, 47,46, 31, 36 dan 37.
Prinsip pencegahan penyakit periodontal yang
tidak berubah selama bertahun-tahun adalah kontrol plak mekanis secara teratur
dan konsisten pada gigi dan sulkus gingiva, yang meliputi menyikat gigi,
menggunakan alat pembersih interdental dan berkumur-kumur dengan larutan fluor.
Pendekatan pencegahan penyakit periodontal tidak spesifik bersifat bakteri oleh
karena itu keberhasilan kontrol plak tergantung pada motivasi individu.
Pertahanan jaringan periodontal dapat
ditingkatkan dengan nutrisi yang baik. Salah satu nutrisi yang berkaitan dengan
peningkatan pertahanan jaringan periodontal adalah vitamin C. Apabila kadar
vitamin C rendah maka metabolisme akan terganggu sehingga menurunkan daya
regenerasi dan reparasi jaringan periodontal. Selain itu terganggunya
pembentukan tulang alveolar dan meningkatnya permeabilitas ekologis subgingiva
sehingga meningkatkan patogenesis mikroorganisme tertentu.