Pengertian sosiolinguistik sudah di di
jelaskan oleh beberapa ahli. Secara umum
sosiolinguistik membahas hubungan bahasa dengan penutur bahasa sebagai anggota
masyarakat. Hal ini mengaitkan fungsi bahasa secara umum yaitu sebagai alat
komunikasi. Sosiolingistik lazim didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari
ciri dan pelbagai variasi bahasa serta hubungan diantara para bahasawan dengan
ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana, 1978),
Fishman (1972) dalam Chaer dan Agustina (2004) mengemukakan bahwa sosiolinguistik
adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi variasi bahasa, dan
pengunaan bahasa karena ketiga unsur ini berinteraksi dalam dan saling mengubah
satu sama lain dalam satu masyarakat tutur, identitas sosial dari penutur, lingkungan
sosial tempat peristiwa tutur terjadi serta tingkatan variasi dan ragam linguistik.
Berdasarkan teori Platt dalam (Siregar dkk
1998) berpendapat bahwa dimensi identitas sosial merupakan faktor yang
mempengaruhi penggunaan bahasa di dalam masyarakat yang multilingual, dimensi
ini mencakup kesukaran, umur, jenis kelamin, tingkat dan sarana pendidikan dan
latar sosial ekonomi. Sedangkan Nababan (1994) mengatakan bahwa
pengkajian-pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan disebut
sosiolinguistik. Sosiolinguistik memfokuskan penelitian pada variasi ujaran dan
mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi
antara faktor- faktor sosial itu dengan variasi bahasa.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik
yang erat kaitannya dengan sosiologi, hubungan antara bahasa dengan faktor-
faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur serta mengkaji tentang ragam dan
variasi bahasa.
Selanjutnya
ada tujuh dimensi yang merupakan penelitian sosiolinguistik yaitu:
- Identitas sosial dari penutur
- Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi
- Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi
- Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial
- Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran
- Tingkatan variasi dan ragam linguistic
- Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik (Chaer, 2004).
Identitas sosial dari penutur dapat diketahui
dari pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya
dengan lawan tuturnya. Maka, identitas penutur dapat berupa anggota keluarga.
Identitas penutur itu dapat mempengaruhi pilih kode dalam bertutur.
Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur
terjadi dapat berupa ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di
perpustakaan, di perkuliahan, di pinggir jalan hingga di lingkungan para waria.
Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya
dalam bertutur. Misalnya, di ruang perpustakaan tentunya kita harus berbicara
dengan suara yang tidak keras, sedangkan dilingkungan para waria berbicara
dalam mengunakan bahasa dalam kelompok tertentu dengan bahasa yang sering
mereka gunakan, seperti ragam bahasa gaul.
Tingkatan variasi dan ragam linguistik, bahwa
sehubungan dengan heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagai
fungsi sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode,
maka alat komunikasi, manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat beragam
yang memiliki fungsi sosialnya masing- masing.
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa
bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk
bekerjasama, berkomunikasi, dan mengindentifikasi diri (Chaer, 2004). Hal ini
memberi gambaran bahwa bahasa adalah berupa bunyi yang digunakan oleh
rnasyarakat untuk berkornunikasi. Keraf (1991) mengatakan bahwa bahasa mencakup
dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa arus bunyi, yang
mempunyai makna. Menerangkan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat terdiri atas dua bagian utama yaitu bentuk (arus ujaran) dan
makna (isi).
Sapir (1921) dalam Sibarani (2004) mengatakan
bahwa bahasa adalah metode atau alat penyampaian ide, perasaan, dan keinginan
yang sungguh manusiawi dan noninstingtif dengan mempergunakan sistem simbol-
simbol yang dihasilkan dengan sengaja dan suka rela. Sedangkan menurut Sibarani
(2004) Bahasa adalah bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, sebagai
alat komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat.
Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa bentuk dan
makna, sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan digunakan
oleh kelompok manusia atau masyarakat untuk mengindenfikasi diri dalam makna
yang berkaitan dengan penggunaan bahasa yang terdapat dalam kata yang
diucapkan.