Pengertian
Interrole Conflict menurut Greenhause dan Beutell (dalam Zatz dkk, 1996) adalah bentuk tekanan yang berlawanan yang
berasal dari partisipasi pada peran yang berbeda, ketika salah satu tekanan
peran meningkat akan terjadi ketidaksesuaian pada peran yang lainnya. Salah
satu bentuk dari interrole conflict adalah
work-family conflict, yaitu ketidaksesuaian antara tekanan peran dari
pekerjaan dan keluarga. Partisipasi dalam peran pekerjaan akan membuat
partisipasi peran dalam keluarga menjadi lebih sulit.
Dalam
mendefinisikan interrole conflict akan terdapat kaitan yang sangat erat dengan
istilah role conflict (Hennesy, 2005). Hal ini dikarenakan interrole conflict
merupakan salah satu bentuk dari role conflict.
Konflik
peran atau role conflict menurut Kahn
dkk. (1964) adalah adanya ketidakcocokan antara, harapan-harapan yang berkaitan
dengan suatu peran. Dimana dalam kondisi yang cukup ekstrem, kehadiran dua atau
lebih harapan peran atau tekanan akan sangat bertolak belakang sehingga peran
yang lain tidak dapat dijalankan.
Menurut Kahn dkk. (1964) terdapat empat bentuk dari role conflict.
Bentuk-bentuk
tersebut antara lain intra-sender conflict, terjadinya konflik ini dikarenakan adanya
persepsi dan perintah yang berbeda dari salah satu pengirim harapan peran yang
tidak sesuai. Bentuk yang kedua adalah inter-sender conflict yang terjadi
akaibat tekanan dari salah satu pengirim harapan peran berlawanan dengan
tekanan yang diberikan dari pengirim peran lainnya. Bentuk yang ketiga yaitu
person-role conflict, terjadi ketika peran yang dijalankan bertentangan dengan
nilai moral yang dianut seseorang. Dan bentuk yang terakhir dari role conflict
adalah interrole conflict yang terjadi dikarenakan keanggotaan di salah satu
organisasi bertentangan dengan tekanan dari keanggotaan di organisasi lainnya.
Dimensi-dimensi Interrole Conflict
Menurut Greenhause dan Beutell (dalam
O’Driscoll dkk, 1997) ada 3 dimensi dari interrole conflict yaitu:
Time-based conflict
Yaitu konflik yang terjadi karena
permintaan waktu dari peran yang lainnya, sehingga individu tidak mampu
melaksanakan tugas perannya. Ketidakmampuan ini ditunjukkan secara fisik maupun
secara kognitif.
Strain-based conflict
Yaitu konflik yang dialami individu
ketika permintaan dari satu peran menimbulkan ketegangan sehingga menyebabkan
terganggunya pelaksanaan peran yang kedua secara adekuat.
Behavior-based conflict
Yaitu konflik yang terjadi karena
perilaku spesifik dari satu peran tidak sesuai dengan perilaku yang harus
ditunjukkan pada peran kedua. Ketidaksesuaian terjadi karena perbedaan norma
dan harapan antara kedua peran tersebut.
Konsekuensi
Interrole Conflict
Menurut O’Driscoll dkk (1997), ada beberapa
konsekuensi pekerja yang mengalami interrole conflict, di antaranya yaitu:
Ketidakhadiran
Interrole conflict berhubungan positif
dengan ketidakhadiran dan intensitas turnover. Hal ini disebabkan karena
kesulitan membagi waktu untuk memenuhi dua tuntutan peran yang berbeda.
Kepuasan
Penelitian menunjukkan bahwa interrole
conflict akan menurunkan kepuasan, baik kepuasan pekerjaan maupun kepuasan
pernikahan.
Keadaan psikologis
Hubungan antara interrole conflict dan
stres psikologis telah menyebar secara luas dan diketahui bahwa peningkatan
konflik berkaitan dengan peningkatan stres psikologis.
Kesehatan fisik
Penelitian terbaru menemukan adanya
asosiasi negatif antara interrole
conflict dengan kesehatan fisik. Dilaporkan bahwa orang dengan interrole
conflict mengalami penurunan berat
badan, insomnia, sakit kepala, sakit jantung, serta hilangnya energi.
Konsekuensi lainnya
Konsekuensi lain yang mungkin akan timbul
dari interrole conflict adalah akan meningkatnya kosumsi alkohol di antara
orang yang mengalaminya.
Tags
Psikologi Sosial