Pengaruh tidur
terhadap tinggi badan anak sangat besar. Temuan peneliti dari Emory University
di Atlanta, Amerika Serikat menguatkan adanya hubungan erat antara pertumbuhan
bayi setiap hari dengan kebiasaan tidurnya. Dari bentuk tubuh terlihat
kemungkinan pertumbuhan meningkat rata-rata 43 persen setiap bayi tidur.
Presentase ini meningkat 20 persen setiap satu jam tidur tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan secara empiris
bahwa lonjakan pertumbuhan tidak hanya terjadi saat tidur, tetapi juga secara
signifikan memengaruhi waktu tidur. Waktu tidur yang panjang terkait dengan
pertumbuhan yang lebih besar (Dr. Michelle Lampl dari Departemen Antropologi di
Emory University, 1998).
Beberapa gejala anak yang kurang tidur di
antaranya sulit dibangunkan di pagi hari, emosional, impulsif, rewel, mudah
frustrasi, penurunan tingkat kecerdasannya, kurang konsentrasi, dayaingat
menjadi lemah, serta gangguan fungsi kognitif, sehingga dia lebih agresif dan
hiperaktif, menjadi tidak koperatif (dr Ram Peter, 2007).
Kurang
tidur pada bayi juga bisa mengakibatkan berbagai masalah, dari penurunan
kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik, hingga kurang
tidur berdampak terhadap tumbuh-kembang otak bayi. Hal itu karena sebagian besar kerja hormon
pertumbuhan terjadi ketika dalam keadaan tidur, termasuk hormon pertumbuhan
otak bayi. Bahkan, kurangnya tidur akan mengakibatkan perubahan kadar hormon
yang bertugas mengatur rasa lapar. Selain itu, kurangnya tidur juga memengaruhi
kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme gula, sehingga meningkatkan risiko
terhadap diabetes.
Tags
Tidur