Manajemen konflik adalah sesuatu yang sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa pendekatan manajemen
konflik yang bisa menjadi panduan dalam kehidupan. Salah satu persoalan yang
sering muncul selama berlangsungnya perubahan di dalam organisasi adalah
konflik antar anggota atau antar kelompok. Menurut Hardjana (Wahyudi, 2008),
konflik tidak hanya harus diterima dan dikelola dengan baik, tetapi juga harus
didorong karena konflik merupakan kekuatan untuk mendatangkan perubahan dan
kemajuan dalam lembaga. Demikian pula Edelman R.J. (Wahyudi, 2008) menegaskan
bahwa, jika konflik dikelola secara sistematis dapat berdampak positif yaitu, memperkuat
hubungan kerja sama, meningkatkan kepercayaan dan harga diri, mempertinggi
kreativitas dan produktivitas, dan meningkakan kepuasan kerja.
Manajemen konflik yang tidak efektif dengan
cara menerapkan sanksi yang berat bagi penentang, dan berusaha menekan bawahan
yang menentang kebijakan sehingga iklim organisasi semakin buruk dan
meningkatkan sifat ingin merusak. Maka dari itu, pimpinan organisasi di tuntut
memiliki kemampuan tentang manajemen konflik dan memanfaatkan konflik untuk meningkatkan
kinerja dan produktivitas organisasi.
Manajemen konflik adalah teknik yang dilakukan
pimpinan organisasi untuk mengatur konflik dengan cara menentukan peraturan
dasar dalam bersaing (Criblin J, dalam Wahyudi, 2008). Menurut Walton R. E. Dan
Owens R. G. (Wahyudi, 2008), tujuan manajemen konflik adalah untuk mencapai kinerja
yang optimal dengan cara memelihara konflik tetap fungsional dan meminimalkan
akibat konflik yang merugikan. Mengingat kegagalan dalam mengelola kunflik
dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi, maka pemilihan teknik
pengendalian konflik menjadi perhatian pimpinan organisasi.
Tidak ada teknik pengendalian konflik yang
dapat digunakan dalam segala situasi, karena setiap pendekatan mempunyai
kelebuhan dan kekurangan. Gibson J. L. et. al. (Wahyudi, 2008) mengatakan,
memilih resolusi konflik yang cocok tergantung pada faktor-faktor penyebabnya.
Menurut
Handoko (Wahyudi, 2008) secara umum terdapat tiga cara dalam menghadapi
konflik, yaitu:
- Stimulasi konflik, diperlukan apabila satuan-satuan kerja dalam organisasi terlalu lambat dalam melakukan pekerjaan karena tingkat konflik rendah. Situasi konflik yang rendah akan menyebabkan para karyawan takut berinisiatif sehingga akhirnya menjadi pasif. Pimpinan perusahaan perlu merangsang timbulnya persaingan dam konflik yang dapat berdampak peningkatan kinerja karyawan perusahaan.
- Pengurangan atau penekanan konflik, berusaha meminimalkan kejadian konflik tetapi tidak menyentuh masalah-masalah yang menimbulkan konflik.
- Penyelesaian konflik, berkenaan dengan kegiatan-kegiatan pimpinan organisasi yang dapat mempengaruhi secara langsung pihak-pihak yang bertentangan.
Dengan penjelasan yang berbeda, Leavitt, H.
J. (Wahyudi, 2008) mengemukakan bahwa untuk mengatasi konflik dapat dilakukan
pendekatan sebagai berikut:
Konfrontasi
Teknik konfrontasi adalah pemecahan masalah
untuk mengurangi ketegangan melalui pertemuan tatap muka antar kelompok yang
sedang konflik, dengan tujuan untuk mengenal masalah dan menyelesaikannya. Kelompok
yang sedang konflik iberi kesempatan berdebat dan membahas semua masalah yang
relevan sampai keputusan tercapai.
Negosiasi
dan tawar-menawar
Teknik negosiasi dan tawar menawar adalah
perundingan mempertemukan dua pihak dengan kepentingan yang berbeda untuk
mencapai sebuah persetujuan. Masing-masing pihak membawa serangkaian usulan
yang kemudian didiskusikan dan dilaksanakan. Dalam perundingan, tidak ada yang
dikalahkan, semua pihak menghindarkan perasaan telah memenangkan tuntutan.
Penyerapan
(absorption)
Teknik penyerapan (absorption) adalah cara
mengelola konflik organisasi antara kelompok besar dengan kelompok kecil.
Kelompok kecil mendpatkan sebagian yang diinginkannya tetapi sebagai
konsekuensinya harus ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya. Konflik
yang dikelola secara positif dan konstruktif dapat mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian pendekatan dalam pengelolaan konflik menjadi hal yang sangat
penting.
Wexley,
K. N. dan Yuki, G. A., (Wahyudi, 2008) mengemukakan pendekatan-pendekatan yang
umum dilakukan terhadapmanajemen konflik adalah sebagai berikut:
- Menetapkan peraturan-peraturan dan prosedur standar untuk mengatur perilaku agresif, mendorong perlakuan yang jujur terhadap bawahan.
- Mengubah pengaturan arus kerja, desain pekerjaan, serta aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja antar pribadi dan antar kelompok.
- Mengubah sistem ganjaran untuk mendorong persaingan atau kerja sama.
- Membentuk unit khusus yang berperan sabagai mediator dan arbitrator atau juru damai dari pihak ketiga agar mempermudah pengendalian konflik.
- Memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang mempunyai orientasi tujuan yang berbeda dapat terwakili dalam kelompok pembuat kebijakan.
- Melatih pejabt-pejabat kunci untuk mendalami teknik-teknik manajemen koflik.
Keberhasilan dalam mengelola konflik
ditentukan oleh ketepatan dalam memilih teknik pengelolaan, kemampuan pihak
ketiga atau pimpinan dalam mengelola konflik, dan kesdiaan pihak-pihak yang
terlibat konflik untuk menyelesaikan konflik.
Winardi
(Wahyudi, 2008) berpendapat bahwa metode-metode yang paling banyak digunakan dalam
penyelesaian konflik adalah:
- Metode dominasi atau supresi, yang berusaha menekan konflik dan bukan menyelesaikannya. Dengan cara memaksakan, konflik diharapkan reda dengan sendirinya. Hasil penyelesaian konflik dengan metode dominasi menimbulkan situasi menang-kalah, pihak yang kalah harus menerima kenyataan bahwa pihak lain mempunyai otoritas yang lebih tinggi. Ada empat cara yang dapat ditempuh melalui metode dominasi, yaitu: (1) dengan memaksa pihak lain, (2) membujuk secara sepihak untuk mengikuti keinginannya, (3) menghindari konflik atau menolak untuk menghadapi konflik, (4) pemungutan suara atau berdasrkan keinginan mayoritas.
- Metode kompromi, adalah penyelesaian konflik dengan jalan menghimbau pihak yang terlibat konflik untuk tujuan masing-masing kelompok guna mencapai sasaran yang lebih penting bagi kelangsungan organisasi. Penyelesaian konflik dengan metode kompromi dilakukan dengan cara: (1) memisahkan pihak-pihak yang konflik hingga dicapai suatu pemecahan, (2) melalui arbitrasi yaitu campur tangan pihak ketiga, (3) menggunakan imbalan, yaitu salah satu pihak menerima imbalan untuk mengakhir konflik.
- Metode pemecahan problem integratif. Metode ini dapat mengalihkan konflik antar kelompok menjadi sebuah situasi pemecahan masalah bersama. Terdapat tiga cara penyelesian konflik secara integratif, yaitu: (1) melalui konsensus kedua pihak yng terlibat konflik, (2) konfrontasi untuk membandingkan pendapat masing-masing pihak yang berkonflik, (3)penggunaan tujuan-tujuan superordinat sebagai tujuan yang bernilai lebih tinggi dari tujuan unit/kelompok, tujuan tidak dapat dicapai tanpa kerjasama semua pihak yang bertentangan.
Tags
Psikologi Sosial