Pembagian bahasa gaul dapat dilihat dari
beberapa aspek. Semua kelompok sosial di dalam masyarakat mempunyai potensi
untuk mempunyai bahasa dengan ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan kelompok
lain. Dengan kata lain, setiap kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat memiliki
variasi atau ragam bahasa tersendiri didasarkan atas perbedaan faktor-faktor sosial,
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya. Pengujar bahasa
gaul umumnya adalah para remaja, kaum selebritis dan waria.
Sondang Manik (2004) membagi bahasa gaul
kedalam dua bagian, yakni bahasa gaul umum dan bahasa gaul khusus.
Bahasa Gaul Umum
Bahasa gaul umum adalah bahasa yang sering
digunakan oleh muda-mudi, khususnya yang tinggal di daerah perkotaan untuk
bertemu atau bersahabat di tengah masyatakat. Bahasa gaul umum banyak ditemukan
pada sinetron-sinetron di TV, majalah-majalah dan tabloid remaja.
Bahasa Gaul Khusus
Variasi atau ragam bahasa yang digunakan oleh
sekelompok orang akan dinilai baik apabila masyarakat memberikan penilaian yang
tinggi atau baik terhadap para penuturnya. Nilai tinggi yang diberikan oleh
masyarakat terhadap penutur itu memberikan prestise kepada ragam bahasanya,
lebih dari ragam-ragam lain yang digunakan oleh golongan lain, begitu juga
dengan bahasa gaul khusus yang pada awalnya merupakan bahasa rahasia antar
sesama kaum waria.
Penilaian masyarakat yang buruk terhadap kaum
waria juga memberikan nilai buruk terhadap ragam bahasanya, hal inilah yang
kemudian memacu penilaian bahwa setiap orang yang menggunakan bahasa kaum waria
sama buruknya dengan komunitas penuturnya (Kaveriana, 1996) namun seiring
dengan masuknya ragam bahasa waria ini ke dalam lingkungan selebritis yang di
bawa oleh para waria yang hampir sebagian besar berprofesi sebagai penata rias
artis. Sedikit demi sedikit penilaian masyarakat berubah terhadap ragam bahasa
waria tersebut.
Anggapan masyarakat, khususnya masyarakat
perkotaan bahwa artis merupakan idola, pembawa trend, dan memiliki pergaulan
yang luas membuat masyarakat, terutama masyarakat kalangan muda berlomba-lomba
meniru apa saja yang dilakukan oleh artis pujaanya termasuk menggunakan bahasa
yang mereka pakai dalam berkomunikasi agar mereka juga dikatakan sebagai anak
gaul dan tidak ketinggalan zaman. Hal inilah yang kemudian memicu bergantinya
nama ragam bahasa rahasia di kalangan waria tersebut menjadi bahasa gaul.
Bahasa gaul khusus tidak memliki sistem yang
teratur dalam penciptaan katakatanya, hanya saja pola dasar kalimatnya sama
dengan bahasa gaul umum karena sama-sama digunakan dalam siuasi non formal.
Bahasa gaul khusus dapat dikategorikan sebagai bahasa rahasia, karena hanya digunakan
oleh sekelompok orang tertentu, terutama kaum waria untuk berkomunikasi dengan
sesamanya. Bahasa gaul khusus ini pasti akan berubah kerahasiannya apabila
telah dimengerti dan dipakai oleh banyak orang secara umum dalam komunikasi
sehari-hari.
Penggunaan bahasa gaul di kalangan muda yang
semakin tinggi intensitasnya membuat istilah kosakata dalam bahasa gaul
tersebut semakin bertambah dan perumusnya menjadi tidak tetap. Istilah-istilah
yang unik tersebut kemudian diangkat oleh Debby Sahertian dan dibuat menjadi
sebuah buku dengan judul Kamus Bahasa Gaul (Kamasutra Bahasa Gaul).