Sleep
clock memiliki 4 variabel utama yang mempengaruhi tidur kita:
Circadian Rhythm
Bagian
pertama, dan terpenting, dari sleep clock adalah Circadian Rhythm. Circadian
Rhythm adalah ritme suhu tubuh. Suhu tubuh kita, sebenarnya tidak konstan 370C,
melainkan naik-turun seiring jam bertambah dalam satu hari. Perbedaan suhu
tubuh yang terjadi sekitar 2oC. Saat suhu tubuh naik, kita menjadi
lebih terjaga dan energik, sedangkan saat suhu tubuh turun kita menjadi lebih
lelah dan malas. Ritme suhu tubuh inilah penyebab kita merasa mengantuk dan
terbangun pada jam yang sama setiap hari.
Secara
umum, suhu tubuh kita akan meningkat pada pagi-pagi hingga mencapai puncak pada
sekitar siang menjelang sore, kemudian suhu tubuh akan menurun hingga mencapai
titik terendah sebelum meningkat lagi. Selain itu, kita dapat melihat bahwa
pada siang hari suhu tubuh kita sempat menurun. Hal ini menjelaskan mengapa
pada siang hari kadang-kadang kita merasa mengantuk dan membutuhkan tidur
siang. Namun, karena tuntutan kehidupan sosial, kita terkadang melawan dorongan
tidur ini, misalnya dengan mengonsumsi kafein.
Biasanya,
ritme suhu tubuh kita akan mengikuti pola yang sama. Misalkan, jika selama ini
kita selalu bangun jam 6.00, maka, jam berapapun kita tidur, apakah jam 19.00,
21.00, 23.00, atau 1.00, suhu tubuh kita akan mulai meningkat pada pukul 6.00.
Apabila kita mengantuk pada 4 jam berikutnya, hal ini berarti pada kurun waktu
tersebut suhu tubuh kita meningkat dengan pelan, dan belum mencapai titik
puncaknya. Sebagian besar orang mengalami titik puncak suhu tubuh pada jam
18.00-19.00.
Jika
suatu ketika kita bangun lebih pagi, pukul 4.00 misalnya, hal ini tidak membuat
suhu tubuh kita meningkat pada pukul 4.00, suhu tubuh kita akan tetap rendah
dan baru meningkat pada jam 6.00 seperti biasa, dan mungkin membuat kita
mengantuk selama 6 jam kemudian (bukan 4 jam). Inilah penyebab bangun lebih
pagi dari biasanya sering terasa begitu berat!
Apabila
ritme suhu tubuh kita terlalu datar (kurang meningkat atau menurun), kita akan
mengalami kesulitan mencapai tidur lelap. Kita dapat melakukan aksi yang tepat
untuk mengoptimalkan ritme suhu tubuh kita, sehingga kita dapat tidur lebih
sedikit namun memiliki energy lebih banyak. Mengubah ritme suhu tubuh ini tidak
sederhana. Banyak orang yang mengalami jet lag karena tidak mampu mengubah
sleep clock mereka dengan cepat.
Melatonin dan cahaya matahari
Faktor
penting kedua dari sleep clock adalah melatonin. Melatonin adalah hormon yang
dibentuk kelenjar pineal dan retina. Melatonin bertugas untuk membuat kita
tertidur dan mengembalikan energy fisik ketika kita tidur. Apabila melatonin
tinggi, kita akan merasa mengantuk, dan lemah (dr Brandon, 2008).
Level
melatonin dalam tubuh sangat tergantung pada jumlah cahaya matahari yang
diterima mata pada suatu hari. Banyak cahaya matahari akan memperlambat proses
pembentukan melatonin, sebaliknya kekurangan cahaya matahari akan membuat
peningkatan secara cepat pada jumlah melatonin yang berakibat timbulnya rasa
mengantuk dan lelah Hal ini menjelaskan mengapa dalam kelas yang pencahayaannya
buruk kita lebih mudah mengantuk. Untuk mengoptimasi sleep clock kita, mendapatkan
cahaya matahari yang cukup meruapakan suatu kewajiban.
Level aktivitas
Jumlah
pergerakan dan latihan kardiovaskular yang dilakukan pada saat malam berimbas
besar pada ritme suhu tubuh kita.
Secara umum ada 4 manfaat yang bisa
diperoleh:
- Peningkatan yang cepat pada suhu tubuh yang dapat sangat berguna bagi system tidur.
- Meningkatkan puncak suhu tubuh pada siang hari dan meningkatkan level energy kita.
- Memperlambat turunnya suhu tubuh keesokan hari, menjadikan kita terjaga lebih lama.
- Membuat suhu tubuh turun drasis pada akhir hari sehingga tidur lebih lelap.
Keterjagaan sebelumnya
Keterjagaan
kita di hari sebelumnya juga sangat berpengaruh terhadap sleep clock, karena
keterjagaan sebelumnya sangat berkaitan dengan 3 faktor sebelum ini. Lebih lama
terjaga, kita dapat melakukan level aktivitas yang lebih tinggi. Selain itu,
terjaga lebih lama nyaris berarti kita lebih banyak pula bertemu cahaya
matahari.
Karena
itu, apabila kita tidur 8-9 jam per hari dan tetap merasa lemas, ini bisa
berarti kita membutuhkan tidur LEBIH SEDIKIT. Kita tidur terlalu banyak dan
harus meningkatkan keterjagaan untuk mendapat tidur yang lebih lelap dan ritme
suhu tubuh yang lebih seimbang (chess mcdoogle, 2010).
Tags
Tidur