Mekanisme nyeri merupakan sebuah mekanisme
fisiologis tubuh. Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya
kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh
stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini
berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan
korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem
nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang
membantu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk
untuk mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat,
sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang
meradang akan menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat
kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi.
Sensitisasi Perifer
Cidera atau inflamasi jaringan akan
menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel
yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat,
ion K+, pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan
growth factor. Beberapa komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor
(nociceptor activators) dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor
menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya (nociceptor
sensitizers).
Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin
E2 akan mereduksi ambang aktivasi nosiseptor dan meningkatkan
kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan pada reseptor spesifik di
nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara
bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak
akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan
ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan sensitifitas nyeri di tempat
cedera atau inflamasi.
Sensitisasi Sentral
Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer,
maka transmisi nosiseptor di sentral juga dapat mengalami sensitisasi.
Sensitisasi sentral dan perifer bertanggung jawab terhadap munculnya
hipersensitivitas nyeri setelah cidera. Sensitisasi sentral memfasilitasi dan
memperkuat transfer sipnatik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada
awalnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis (activity
dependent), kemudian terjadi perubahan molekuler neuron (transcription
dependent).
Sensitisasi sentral dan perifer merupakan
contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon
perubahan input (kerusakan jaringan). Dalam beberapa detik setelah kerusakan
jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang masif kedalam medulla
spinalis, ini akan menyebabkan jaringan saraf didalam medulla spinalis menjadi
hiperresponsif. Reaksi ini akan menyebabkan munculnya rangsangan nyeri akibat
stimulus non noksius dan pada daerah yang jauh dari jaringan cedera juga akan
menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri.
Tags
Patologi