Keselamatan kerja di perusahaan merupakan
sebuah prioritas utama di sebuah manajemen. Kondisi keselamatan kerja diperusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia didunia internasional yang masih sangat rendah. Indonesia
akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan
perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu, perlunya
perhatian perusahaan untuk memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan Di tempat Kerja
Undang- undang, peraturan, pengawasan,
rekomendasi, nasehat, riset, pameran, konferensi, seminar, lokakarya dan
lain-lain tidak ada artinya, jika ditempat kerja tidak ada usaha untuk
meningkatkan keselamatan. Perusahaan harus aktif dengan segala organisasinya
untuk membuat tempat kerja yang ada lebih selamat. Pimpinan perusahaan atau
pengurus perusahaan harus menjadi pemimpin aktivitas keselamatan. Setiap orang
diperusahaan harus tahu bahwa pimpinan perusahaan tidak hanya tertarik kepada
produksi, kualitas dan kuantitas produk, pencegahan terbuangnya material,
pemeliharaan mesin dan peralatan secara baik, tetapi juga kepada keselamatan.
Untuk keselamatan ditempat kerja terdapat
komponen-komponen penting yaitu tanggung jawab pimpinan perusahaan,
pendelegasian wewenang kepada staf pengawasan, status dan kegiatan panitia
keselamatan, peranan ahli keselamatan dan lain-lain. Materi bagi peningkatan
keselamatan ditempat kerja adalah perencanaan yang baik oleh pimpinan
perusahaan, penerapan cara-cara kerja yang aman oleh tenaga kerja, keteraturan
yang baik dan pemasangan pagar pengaman atau pelindung terhadap mesin-mesin
yang berbahaya. Pimpinan perusahaan harus mengorganisasi proses secara efisien
dengan mengkobinasikan produksi maksimum dengan biaya minimum dan dengan
memasukan keselamatan tidak sebagai ekstra tetapi merupakan satu bagian dari
proses. Kebiasaan-kebiasaan kerja secara benar harus ditimbulkan oleh latihan
kerja yang tepat dan selanjutnya diteruskan dalam praktek ditempat kerja.
Keteraturan dan ketata-rumahtanggaan sebagaimana juga alat-alat pengaman
penting bagi produksi dan juga keselamatan. Mengenai aspek psikologis, kondisi
kerja yang berakibat ketenangan mental sangat membantu meningkatkan keselamatan.
Diperusahaan, pimpinan perusahaan harus menetapkan apa yang harus dilakukan
tentang permasalahan tersebut dan memberikan intruksi yang diperlukan. Orang
yang biasanya melaksanakan tugas-tugas ini adalah pengawas atau pimpinan
kelompok yang peranannya sangat besar dalam penyelenggaraan keselamatan kerja.
Pada perusahaan besar mungkin terdapat bagian
keselamatan dalam organisasi perusahaan atau seorang ahli keselamatan kerja,
sedangkan kerja sama semua pihak dalam kegiatan keselamatan akan lebih digalangkan
oleh suatu keselamatan. Biasanya bagian personalia bertanggung jawab tentang
pengangkatan tenaga kerja baru dan mengenai latihan kerja didalam perusahaan.
Pada perusahaan kecil, prinsip-prinsip demikian tetap berlaku tetapi
organisasinya lebih sederhana. Apakah perusahaan harus mempunyai ahli
keselamatan dan panitia keselamatan secara bersama-sama seing dipermasalahkan.
Ruang gerak terdapat untuk keduanya, oleh karena ahli keselamatan berfungsi
keahlian, sedangkan panitia keselamatan bertugas menggalang kerja sama yang
efisien diantara pengusaha dan buruh. Diperusahaan yang relatif lebih kecil,
tidak cukup aktifitas dan kebutuhan untuk mempunyai seorang ahli keselamatan
kerja, tetapi tetap terdapat ruang lingkup kegiatan bagi panitia keselamatan kerja.
Pada perusahaan-perusahaan yang lebih kecil lagi, kebutuhan akan panitia
keselamatan lebih berkurang lagi sebagai akibat dekatnya hubungan diantara
pimpinan perusahaan, buruh dan pengawas kelompok.
Peranan Pimpinan Perusahaan
Semboyan bahwa “keselamatan harus mulai dari
atas” menunjukan secara tegas pentingnya peranan pimpinan perusahaan bagi
keberhasilan program keselamatan. Pimpinan atau pengawas kelompok tenaga kerja,
ahli keselamatan dan staf lainnya tidak pernah berhasil banyak apabila pimpinan
perusahaan tidak mengambil tugas kepemimpinan dalam meningkatkan dan
mempertahankan standar keselamatan yang tinggi. Pengaruh pimpinan perusahaan
harus menjadi kenyataan pada segenap kegiatan yang bertalian dengan lingkungan
kerja dan pengelolaan tenaga kerja diperusahaan.
Faktor-faktor lingkungan yang terbukti
merupakan alat yang berguna bagi menurunkan jumlah kecelakaan meliputi
kebersihan, produksi yang efisien, peralatan dengan efisiensi tinggi,
mesin-mesin yang memiliki motor masing-masing, penerangan yang sangat baik,
pemakaian warna yang dipilih secara hati-hati bagi langit-langit atau atap,
dinding dan mesin, sistem pengaturan udara termasuk suhunya yang baik dan
tempat duduk yang baik. Keberhasilan pimpinan perusahaan dalam keselamatan juga
harus dilihat dari kenyataan seperti mesin-mesin benar-benar diberi
perlindungan keselamatan, tempat-tempat berbahaya diberi pagar pengaman,
penydiaan peralatan yang tepat dan perawatannya dilakukan, alat-alat
perlindungan diri disediakan. Jika hal-hal tersebut tidak memadai, tenaga kerja
tidak pernah akan memberi cukup kepercayaan bahwa pengusaha benar-benar menaruh
perhatian terhadap keselamatan, dengan begitu tenaga kerja tidak akan
memperhatikan pula masalah keselamatan.
Pimpinan perusahaan tidak boleh sedikitpun
memberikan kesan keraguan kepada tenaga kerja tentang perhatian dan
keterlibatannya dalam peristiwa kecelakaan. Pada suatu peristiwa kecelakaan,
khususnya yang cukup berat, pimpinan perusahaan selain hanya melihat laporan
kecelakaan juga harus memperoleh keterangan langsung dari tangan pertama yaitu
korban kecelakaan, pimpinan regu atau kelompok dan pengurus ditempat kerja atau
bagian perusahaan. Dengan begitu, selain ia menunjukan perhatian juga sekaligus
menegaskan tanggung jawab pimpinan regu atau kelompok dan pimpinan bagian yang
bersangkutan. Jika kecelakaan berat, keterlibatan dan perhatian pimpinan
perusahaan terhadaap membantu korban harus pula terlihat pada pengaturan rumah
sakit dan perhatian pada keluarga korban.
Jika perhatian pimpinan perusahaan terhadap
keselamatan besar, hal itu sangat baik. Perhatian tersebut jangan menunggu
sampai adanya kewajiban perbaiakan keselamatan dari pengawas keselamatan kerja
atau adanya desakan dari serikat buruh. Dalam banyak hal, pengusaha tidak atau
kurang atau tidak mau memperlihatkan keselamatan kerja dan pencegahan
kecelakaan. Oleh karena itu perlu penyuluhan dan pengarahan bagi mereka
disamping penerapan kewajiban perundang-undangan.
Peranan Pimpinan Regu Atau
Kelompok
Penerapan keselamatan kerja banyak tergantung
kepada pimpinan regu atau kelompok. Tenaga kerja dalam regunua berada dalam
pimpinannya dan tingkah laku mereka banyak dipengaruhi oleh pimpinan tersebut.
Manakala pimpinan regu atau kelompok hanya menaruh perhatian kepada produksi
dan ia terlihat pada banyak kegiatan lain, tetapi keselamatan diluar lingkup
rasa tanggung jawabnya, banyak kecelakaan cenderung terjadi. Atas dasar biaya
kecelakaan, mungkin secara lambat atau cepat mereka tertarik pula pada usaha pencegahan
kecelakaan. Peranan pimpinan perusahaan untuk mengarahkan perhatian mereka
terhadap keselamatan kerja sangat penting, ada pula kemungkinan bahwa pimpinan
regu atau kelompok melampaui waktu atau kemampuan kerja sehingga beberapa hal
termasuk keselamatan dilupakan.
Contoh:
Suatu alat pengepres diperbaiki, kemudian
pagar pelindung tidak cocok lagi untuk dipasang. Oleh karena banyaknya
permintaan, pekerjaan harus diselesaikan agar keuntungan dapat dikejar.
Pimpinan kelompok menyuruh tenaga kerja bekerja tanpa pagar pengaman dan
terjadilah kecelakaan pada tangan.
Pimpinan regu atau kelompok harus yakin bahwa
keceelakaan dapat dicegah sebagaimana ia yakin bahwa pemborosan material dapat
dicegah dan bahwa cara-cara kerja dapat diperbaiki. Bagi tenaga kerja, pimpinan
kelompok atau regu merupakan wakil dari perusahaan. Ia harus mengawasi bahwa
sasaran pekerjaan dan perintah pimpinan perusahaan dilaksanakan dengan
menggunakan kewenangan dari pengaruh pribadinya. Kalau ia tidak
bersungguh-sungguh dalam usaha keselamatan, seluruh anggota kelompok yang
pimpinannya juga tidak akan berbuat sebagaimana mestinya. Sebaliknya, jika ia
yakin akan perlunya keselamatan, jika ia memberi contoh bahwa keselamatan harus
selalu diperhatikan dan jika ia sendiri melakukan segala-galanya untuk
keselamatan, maka tenaga kerja yang dipimpinnya akan mengikutinya.
Peranan Ahli Atau Personil
Keselamatan Kerja
Ahli keselamatan atau personil keselamatan,
jika ada biasanya menyusun rencana dan pelaksanaannya dilakukan oleh seluruh
komponen dalam perusahaan. Ia mungkin melakukan diskusi dengan setiap pengawas
atau pimpinan kelompok atau regu dan memberikan advis-advis tentang pelaksanaan
slanjutnya dalam keselamatan kerja atau pencegahan kecelakaan.
Fungsi
seorang ahli keselamatan kerja secara singkat adalah meniadakan bahaya-bahaya
yang meliputi sebagai berikut:
- Merumuskan dan melakukan supervisi tentang pelaksanaan kebijaksanaan pencegahan kecelakaan pada umumnya.
- Membuat laporan dan memberikan nasehat-nasehat kepada pimpinan perusahaan tentang semua permasalahan keselamatan.
- Memberi bimbingan kepada staf yang melakukan supervisi.
- Mengadakan penelitian tentang kecelakaan.
- Melakukan pencatatan kecelakaan dan statistik.
- Melakukan pengawasan tentang latihan keselamatan.
- Mengadakan pemeriksaan diperusahaan, pada peralatan, proses-proses dan cara kerja.
- Mengambil peranan dan membantu panitia keselamatan.
- Membuat petunjuk-petunjuk, bimbingan dan bahan-bahan lain dalam keselamatan.
- Mengarahkan kegiatan-kegiatan keselamatan seperti perlombaan, pameran dan gerakan-gerakan keselamatan.
- Secara umum melakukan segala sesuatu yang ia dapat untuk membuat kondisi-kondisi yang selamat diperusahaan dan meniadakan praktek-praktek yang tidak memenuhi syarat keselamatan kerja dalam pekerjaan..
Pada saat-saat tertentu, ahli keselamatan
menjadi sangat penting kedudukannya. Misalnya pada pengelasan tangki yang
dipakai untuk cairan yang mudah terbakar, tanpa komandonya pekerjaan tidak akan
dimulai. Kalau ahli keselamatan kerja dalam pemeriksaan diperusahaan melihat
hal yang berbahaya, ia dapat memerintahkan agar pekerjaan dihentikan hingga
usaha-usaha pencegahan sudah diambil. Dalam struktur organisasi perusahaan
besar, ahli keselamatan kini telah menduduki tempat yang cukup tinggi.
Perusahaan-peusahaan kecil seharusnya dianjurkan untuk secara bersama-sama
mempunyai ahli keselamatan kerja, namun hal ini tentu saja tidak mudah oleh
karena perusahaan-perusahaan mungkin berkeberatan untuk memperkenankan orang
dari luar masuk keperusahaan dan selain itu juga ahli-ahli seperti itu belum
banyak.
Panitia Keselamatan
Pembentukan panitia keselamatan dan kesehatan
diwajibkan diperusahaan, tujuannya adalah peningkatan keselamatan melalui kerja
sama bipartit, yaitu pengusaha dan buruh. Pimpinan perusahaan harus menggunakan
panitia keselamatan dan kesehatan untuk menjelaskan kepada buruh tentang
kebijaksanaan keselamatan, oleh karena anggota-anggota dari panitia akan
meneruskan penjelasan itu kepada mereka. Sebaliknya, buruh akan menyampaikan
pandangan-pandangan dan saran-saran kepada pengusaha tentang keselamatan kerja
melalui panitia. Panitia ini harus membantu menanamkan kepercayaan buruh
terhadap kebijaksanaan keselamatan perusahaan dan membantu pengusaha untuk
menghargai pengalaman dari tenaga kerja. Secara singkat, panitia keselamatan
harus memegang peranan dalam menciptakan saling pengertian dan kerja sama yang
baik diantara pengusaha dan buruh demi keselamatan kerja. Sebagaimana
dikemukakan, panitia terdiri dari wakil-wakil pengusaha dan buruh. Wakil-wakil
perusahaan harus meliputi staf yang erat
bertalian dengan soal keselamatan seperti pimpinan suatu bagian perusahaan,
ahli keselamatan, pimpinan kelompok dan dokter perusahaan.
Banyak panitia keselamatan yang berhasil,
tetapi banyak juga yang tidak. Bahkan ada yang didirikan tetapi tidak ada
kegiatan-kegiatannya.
Untuk
keberhasilan panitia tersebut, perrlu diketahui pedoman-pedoman sebagai
berikut:
- Permasalahan yang akan dibicarakan dalam pertemuan harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar ketua panitia dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada para anggotanya dalam setiap segi apabila diperlukan. Pembahasan tidak boleh membingungkan, biasanya pertemuan dimulai dengan pernyataan pihak perusahaan tentang perhatiannya dalam keselamatan.
- Kegagalan sering merupakan akibat dari kenyataan bahwa pembinaan keselaatan bukan hanyan berlandaskan kemampuan baik semata, tetapi juga keahlian. Hal ini tidak berarti bahwa setiap anggota panitia haruslah ahli keselamatan, tetapi harus cukup jumlah anggotanya yang kompeten untuk melaksanakan pekerjaan yang bertalian dengan bidang keselamatan tersebut.
- Anggota-anggota yang mewakili buruh harus selalu merasa bebas untuk menyatakan pendapat dan tidak boleh menyebabkan kesulitan baginya, jika ia mengemukakan pendapat yang berbeda atau kritik. Pimpinan perusahaan atau senior jarang berkeberatan atas suatu kritik yang membangun, tetapi pimpinan regu mungkin akan bereaksi keras dan menganggap kritik tersebut sebagai hal yang pribadi, dalam hal ini suasana harus segera dijernihkan kearah tujuan bersama yang baik.
- Panitia keselamatan harus merasa didukung oleh pimpinan perusahaan. Hal ini antara lain dicerminkan dengan duduknya wakil dari pimpinan perusahaan sebagai ketua, disediakan ruangan yang cukup untuk rapat, diperkenankannya para anggota menghadiri rapat dalam jam kerja, diselenggarakannya keperluan sekretariat dan administrasi, diperkenankannya panitia atau para anggotanya untuk mengunjungi tempat-tempat kerja, jika dirasa perlu dan lain-lain.
- Panitia harus diminta pendapat dan nasehatnya tentang semua usulan bagi tindakan-tindakan keselamatan yang baru sehingga sejauh mungkin ketentuan-ketentuan tersebut merupakan keputusan bersama pengusaha dan buruh.
- Jika suatu usul dari panitia ditolak oleh pimpinan perusahaan, panitia harus diberi tahu tentang alasan-alasannya.
- Semua keterangan yang diperlukan, seperti halnya statistik harus dismpaikan pada panitia, tidak hanya sekedar agar mereka mengetahui keadaan umum dan kecenderungan dalam kecelakaan, tetapi juga agar mereka memiliki landasan yang kuat bagi pembahasan untuk pembinaan keselamatan kerja.
Anggota-anggota panitia keselamatan
diperusahaan mempunyai tugas umum untuk membina kerja sama segenap tenaga kerja
dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Mereka harus
mengusahakan agar disiplin dalam keselamatan kerja ditegakan dan agar
menghilangkan ketidak acuhan serta hambatan oleh tenaga kerja. Tidak senangnya
akan perintah dapat dihilangkan melalui penjelasan teman sekerja yang disukai.
Para anggota panitia harus mengusahakan agar
sikap “saya dapat mengurus diri sendiri” diganti dengan sikap “saya bodoh
mengambil risiko yang tidak perlu”. Lebih banyak tenaga kerja diberikan
kesempatan untuk ikut merumuskan ketentuan-ketentuan keselamatan, maka hasilnya
pun akan lebih baik. Kerja sama diantara anggota panitia lebih terasa pada
waktu perlunya tenaga kerja dibri keterangan tentang ketentuan, instruksi dan lain-lain,
yaitu suatu tugas yang sebenarnya lebih berat dari kelihatannya. Akhirnya,
anggota-anggota panitia tidak boleh lupa bahwa salah satu tugasnya adalah
melaporkan keadaan-keadaan yang berbahaya kepada ahli keselamatan dengan segera
dan tidak menunggu sampai dilakukannya rapat yang akan datang.
Analisa Keselamatan Terhadap
Pekerjaan
Seperti halnya produktivitas yang memperoleh
manfaat dari analisa pekerjaan, demikian juga keselamatan memetik keuntungan
dari analisa keselamatan terhadap pekerjaan. Produktivitas dan keselamatan erat
bertalian, dengan analisa pekerjaan keselamatan tidak dapat dilupakan dan
dengan keselamatan orang tidak dapat melupakan produktivitas.
Analisa keselamatan terhadap pekerjaan,
terlepas dari apakah bagian atau bukan dari analisa pekerjaan dapat berperan
besar dalam meniadakan bahaya-bahaya yang bersumber dari pekerjaan. Analisa
mengurai setiap operasi dalam pekerjaan, menelaah bahaya-bahaya tiap-tiap
kegiatan dan menunjukan tindakan pencegahnnya. Analisa bertalian dengan
penelaahan ijin kerja, rencana gambar dan peralatan, kualifikasi tenaga kerja
yang melakukan pekerjaan dan pedoman kerja srta latihan yang diperlukannya.
Suatu hal dalam analisa pekerjaan yang dapat
mengurangi tugas keselamatan adalah peniadaan kegiatan-kegiatan yang tidak
perlu dan penyerderhanaan kegiatan-kegiatn yang rumit. Sama-sama dimaklumi,
bahwa banyak kecelakaan terjadi pada pengolahan bahan. Jika proses pengolahan dapat
disederhanakan, kecelakaan-kecelakaan akan berkurang.
Pedoman Keselamatan Kerja
Suatu tindakan lain dalam keselamatan
diperusahaan adalah dikeluarkannya pedoman dan petunjuk tentang keselamatan
yang berhubungan dengan pengolahan material, menjalankan mesin atau
pekerjaan-pekerjaan lainnya. Pedoman dan petunjuk tidak dapat menggantikan
alat-alat perlindungan, tetapi berguna sebagai penunjang penggunaan alat-alat
pengaman tersebut atau sangat berguna manakala alat pengaman tidak dapat
dipasang. Sebagai contoh, perlu pedoman atau petunjuk tentang cara penggunaan
rantai atau tali pengangkat, penyimpanan dan pemeriksaannya atau tentang
perawatan mesin atau perawatan lainnya.
Mempersiapkan suatu pedoman atau petunjuk
tidaklah mudah, yang sulit adalah penerapannya. Cara terbaik agar pedoman atau
petunjuk ditaati adalah pengikut sertaan
para pelaku dalam perumusan pedoman atau petunjuk. Hal ini dapat dilakukan
melalui panitia keselamatan atau mengajak yang bersangkutan untuk
berkonsultasi. Segera setelah petunjuk atau pedoman dikeluarkan, harus ada
tindakan selanjutnya antara lain supervisi dan lain-lain.
Pedoman atau petunjuk tidak ada manfaatnya
jika tidak ditaati. Untuk itu isinya harus tepat, suatu pedoman yang tidak
jelas, misalnya seperti dianjurkan memakai sepatu pelindung, pemakaiannya
diserahkan kepada pertimbangan tenaga kerja. Seharusnya pedoman berbunyi
seperti “sepatu pelindung harus dipakai oleh semua tenaga kerja yang bekerja
pada pengolahan benda-benda berat”. Apabila kemampuan perusahaan tidak dapat
menjangkaunya, mungkin perusahaan menganjurkan suatu pedoman atau petunjuk
kepada tenaga kerja, namun bila perusahaan sudah mampu, anjuran tersebut
dirubah menjadi suatu ketentuan yang harus ditaati dan disertai pengadaan
segala sesuatu yang perlu.
Petunjuk atau pedoman tidak boleh sebagai
alat buat pengusaha untuk melepaskan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam
keselamatan. Misalnya kaca mata dinyatakan tidak perlu dipakai, padahal
sebenarnya pekerjaan itu men syaratkannya.
Disiplin
Pengusaha ataupun buruh memiliki fungsi dan
tanggung jawab dalam keselamatan kerja. Pengusaha lebih memikul tanggung jawab
mengenai lingkungan, cara dan pengadaan mesin serta peralatan. Buruh harus
mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dalam keselamatan. Jika
buruh tidak memakai alat pelindung ketika melakukan sesuatu pekerjaannya,
karena ia berpikir hal itu tidak perlu, kenyataan ini merupakan suatu petunjuk
bahwa kepatuhan buruh terhadap peraturan kurang. Kalau sikap buruh dapat
membahayakan dirinya sendiri dan temen sepekerjaannya, maka perlu
tindakan-tindakan untuk penegakan disiplin, mungkin juga dalam hal ini perlunya
peringatan. Namun begitu tentu saja cara ini bukan yang paling memuaskan.
Mungkin dibalik ketidaktaatan terdapat masalah-maslah
ketidak sesuaian perlengkapan atau cara-cara mengenai keselamatan kerja. Dalam
hal ini, tentu saja masalahnya bukan soal disiplin dan bukan kesalahan tenaga
kerja. Penelitian dan pengujian lebih lanjut perlu diadakan.
Tags
Industri dan Jasa