Banyak hal-hal yang mempengaruhi komunikasi
terapeutik. Manusia baik sebagai komunikator maupun komunikan dapat memengaruhi
proses komunikasi. Tingkat pengetahuan memengaruhi kemampuan seseorang untuk
mengirimkan pesan, misalnya untuk memilih kata-kata, menentukan saat pesan
harus disampaikan, serta mengembangkan berbagai teknik komunikasi verbal dan
non verbal. Bagi seorang penerima informasi, pengetahuan penting untuk
menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh komunikator sekaligus untuk
memberi umpan balik kepada pemberi pesan (Tamsuri, 2006).
Peran dan tanggung jawab memengaruhi
komunikasi yang dilakukan individu, baik teknik maupun isi komunikasi. Petugas
kesehatan lebih sering menggunakan teknik komunikasi formal dan membicarakan
kondisi klien karena tanggung jawabnya serta membuat banyak tulisan dalam
berkomunikasi sebagai bentuk pertanggung jawaban. Sementara dalam pergaulan,
individu membicarakan tentang rumah tangganya, anak-anaknya, atau cita-citanya.
Komunikasi seperti ini tidak memerlukan media tulisan. Perbedaan peran dan
tanggung jawab menimbulkan perbedaan teknik dan isi komunikasi (Tamsuri, 2006).
Karakteristik pribadi seorang petugas
kesehatan sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam melakukan komunikasi
terapeutik karena alat yang digunakan petugas kesehatan pada saat berkomunikasi
dengan klien adalah dirinya sendiri.
Karakteristik
tersebut diantaranya adalah (Suryani, 2006):
- Kejujuran, yang mana sangat penting dalam komunikasi terapeutik karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh kepercayaan pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu lembut sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur.
- Dalam berkomunikasi dengan klien, petugas kesehatan sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan tidak berbeli-belit. Non verbal perawat harus cukup ekspresif dan harus sesuai dengan verbalnya. Ketidaksesuaian verbal dan non verbal petugas kesehatan dapat menimbulkan kebingungan bagi klien.
- Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan klien lewat non verbalnya sangat penting dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ini bisa ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien.
- Sikap empati petugas kesehatan pada klien akan mampu memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena sekalipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga petugas kesehatan dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sedangkan petugas kesehatan yang bersikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
- Dalam memecahkan masalah klien petugas kesehatan harus memiliki kemampuan melihat permasalahan dari kaca mata klien agar pemecahan masalah klien merasa puas karena keputusan yang diambil berdasarkan keputusannya sendiri.
- Kemampuan untuk menerima klien apa adanya juga merupakan salah satu karakteristik dari seorang petugas kesehatan yang efektif. Jika seseorang merasa diterima maka akan merasa aman dalam menjalin hubungann interpersonal. Menilai atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai-nilai yang diyakini petugas kesehatan menunujukkan bahwa petugas tidak menerima klien apa adanya. Perkataan petugas seperti, “koq gitu aja nangis” misalnya merupakan bentuk dari ketidakmampuan perawat menerima klien apa adanya. Seorang petugas kesehatan yang baik tidak akan memandang hina pada klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor.
- Petugas kesehatan harus sensitif terhadap perasaan klien.
- Petugas kesehatan tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri petugas itu sendiri.
Tags
Komunikasi