Faktor kecerdasan
emosional terdiri dari beberapa unsure. Goleman mengutip Salovey (2002:58-59)
menempatkan menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi
lima kemampuan utama, yaitu:
Mengenali
Emosi Diri
Mengenali emosi diri
sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan
emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002) kesadaran diri adalah waspada
terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada
maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah
satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah
menguasai emosi.
Mengelola
Emosi
Mengelola emosi
merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang
merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi
berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak
kestabilan kita (Goleman, 2002). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari
perasaan-perasaan yang menekan.
Memotivasi
Diri Sendiri
Presatasi harus
dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki
ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati,
serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah,
optimis dan keyakinan diri.
Mengenali
Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk
mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002)
kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan
kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa
yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang
lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan
orang lain.
Rosenthal dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan
isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih
populer, lebih mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002). Nowicki, ahli
psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau
mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman,
2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki
kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu
mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan
untuk membaca perasaan orang lain.
Membina
Hubungan
Kemampuan dalam
membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina
hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit
juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang
hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.
Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada
orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang
menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002). Ramah tamah,
baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif
bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana
kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang
dilakukannya.
Tags
Emosi Manusia