Terdapat beberapa
faktor-faktor disiplin kerja. Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan
bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan, dalam menciptakan tata tertib yang baik
diperusahaan. Karena dengan tata tertib karyawan yang baik, maka semangat
meningkat, moral kerja, efisiensi dan efektivitas kerja karyawan akan
meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat.
Perusahaan
sulit mencapai tujuannya, jika karyawan tidak mematuhi peraturan-peraturan yang
ada. Kedisiplinan suatu perusahaan dikatakan baik, jika karyawan mentaati
peraturan-peraturan yang ada. Hukuman juga diperlukan dalam meningkatkan
kedisiplinan, karena hukuman ini adalah untuk mendidik para karyawan, supaya
berprilaku mentaati semua peraturan perusahan.
Pemberian
hukuman harus adil dan tegas terhadap semua karyawan dan peraturan tanpa
dibarengi dengan pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi
alat pendidik bagi karyawan.
Adanya
disiplin dalam perusahaan akan membuat pegawai dapat menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dengan baik. Pegawai yang disiplin dan patuh terhadap
norma-norma yang herlaku dalam perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan
prestasi kerja pegawai yang bersangkutan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin menurut Gouzali Saydam (2000) antara lain:
- Besar kecilnya pemberian kompensasi
- Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan
- Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
- Keberanian pemimpin dalam mengambil tindakan.
- Ada tidaknya pegawasan pimpinan.
- Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.
- Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang disiplin kerja, lebih lanjut menurut Hasibuan
perlu dipahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan
pada suatu perusahaan, adalah:
Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan
ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini
berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada seseorang karyawan
harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan. Tetapi jika pekerjaan itu
diluar kemampuannya atau itu jauh dibawah kemampuannya, maka kesungguhan dan
kedisiplinan karyawan akan rendah. Di sini letak pentingnya asas the right man
in the right place and the right man in the right job.
Teladan Pimpinan
Dalam menentukan disiplin kerja karyawan
maka pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan
harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai
kata dengan perbuatan. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya
baik, jika dia sendiri kurang berdisiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya
akan dicontoh dan diteladani oleh para bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan
agar pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik, supaya para bawahan pun
berdisiplin baik.
Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut
mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan
dan kecintaan karyawan terhadap perusahan/pekerjaannya. Perusahaan harus
memberikan balas jasa yang sesuai. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik
apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya beserta keluarganya.
Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya
kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya
penting dan minta diperlakukan sama manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan
dasar kebijaksanan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan
merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Pimpinan atau manajer
yang cakap dalam kepemimpinannya selalu bersikap adil terhadap semua
bawahannya, karena dia menyadari bahwa dengan keadilan yang baik akan
menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah
tinadakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan
perusahaan, karena dengan waskat ini, berarti atasan harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.
Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerja, agar dia dapat
mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan pekerjaannya.
Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam
memelihara kedisiplinan karyawan. Karena dengan adanya sanksi hukuman yang
semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan
perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang. Berat
ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya
kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan
logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi
hukuman jangan terlalu ringan ataupun terlalu berat, supaya hukuman itu tetap
mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup
wajar untuk setiap tingkatan indisipliner, bersifat mendidik dan menjadi alat
motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan
tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus
berani tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai
dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak
tegas menerapkan hukuman bagi karyawan indispliner akan disegani dan diakui
kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara
kedisiplinan karyawan perusahaan.
Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di
antara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu
perusahan. Hubungan- hubungan itu baik bersifat vertikal maupun horizontal yang
terdiri dari single relationship, direct group relationship, dan cross
relationship hendaknya harmonis. Pimpinan atau manajer harus barusaha
menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal
maupun horizontal di antara semua karyawannya. Tercipta human relationship yang
serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
Sedangkan menurut Felix A. Nigro dalam
Musanef (1985:10) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
kerja adalah:
- Pembinaan struktur organisasi yang tidak sehat untuk melaksanakan program kepegawaian, dimana tanggungjawab, tugas dan setiap pegawai yang jelas dan tegas.
- Adanya klasifikasi/pengolongan jabatan yang sistematis dan harus serta adanya rencana gaji yang adil dengan mengingat adanya saingan yang berat dari sektor swasta.
- Adanya sistem pengusaha tenaga kerja dan penarikan tenaga kerja yang baik dengan jalan teknik pengusahaan tenaga kerja maju.
- Adanya sistem seleksi yang baik, yang menjamin adanya pengangkatan calon-calon pegawai yang paling cakap dan penempatannya dalam jabatan-jabatan pekerjaan yang sesuai
- Adanya rencana kerja latihan jabatan dengan maksud untuk menambah keahlian dan kecakapan pegawai, membangun semangat kerja dan mempersiapkan mereka untuk kenaikan pangkat.
- Adanya suatu rencana menilai kecakapan pegawai-pegawai serta berkala dan teratur dengan tujuan untuk menambah hasil pekerjaan dan untuk meneliti dan menetapkan pegawai-pegawai yang paling cakap.
- Adanya suatu rencana kenaikan pangkat-pangkat yang terutama didasarkan atas jasa adalah kecakapan pegawai dengan adanya sistem jabatan-jabatan dimana pegawai yang lain ditempatkan sehingga mereka mencapai tingkatan jabatan yang paling tinggi.
- Adanya usaha-usaha/kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki hubungan antar manusia.
- Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk mempertahankan semangat dan disiplin karyawan.
Tags
Industri dan Jasa