Efektivitas komunikasi terapeutik dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Devito (1997) efektivitas komunikasi terapeutik ditentukan
oleh lima hal yaitu:
Keterbukaan (Openness)
Keterbukaan sangat mempengaruhi efektivitas
komunikasi terapeutik. Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa
orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang
kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada
umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi
secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita berhak mengharapkan hal
ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan
jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara
spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan
pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab
atasnya.
Empati (Empathy)
Bersimpati adalah merasakan bagi orang lain
atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di situasi yang sama dan merasakan perasaan
yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara
verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati
dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi
wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik serta sentuhan atau
belaian yang sepantasnya.
Sikap Mendukung
(Supportiveness)
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak
dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap deskriptif, spontan, dan proporsional.
Suasana yang deskriptif akan menimbulkan
sikap suportif dibandingkan dengan evaluatif. Artinya, orang yang memiliki
sifat ini lebih banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal.
Dalam suasana seperti ini, biasanya orang tidak merasa dihina atau ditantang,
tetapi merasa dihargai.
Orang yang spontan dalam komunikasi adalah
orang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang
seperti itu akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan terus terang. Provisional
adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan
yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya
keliru.
Sikap Positif (Positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam
komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara menyatakan sikap positif
dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap
positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi
pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih
menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi
atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana
interaksi.
Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi
ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan
atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang
yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini,
komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,
harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.
Tags
Komunikasi