Terdapat beberapa dimensi kecerdasan
adversitas. Menurut Stoltz (2008), kecerdasan adversitas memiliki empat dimensi
yang biasa disingkat dengan CO2RE yaitu:
Control (C)
Dimensi ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa banyak atau seberapa besar kontrol yang dirasakan oleh individu
terhadap suatu peristiwa yang sulit. Dimensi ini mempertanyakan seberapa besar
kendali yang dirasakan individu terhadap situasi yang sulit. Individu yang
memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi merasa bahwa mereka memiliki
kontrol dan pengaruh yang baik pada situasi yang sulit bahkan dalam situasi
yang sangat di luar kendali. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi
control akan berpikir bahwa pasti ada yang bisa dilakukan, selalu ada cara
menghadapi kesulitan dan tidak merasa putus asa saat berada dalam situasi
sulit. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah, merespon situasi
sulit seolah olah mereka hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki control,
tidak bisa melakukan apa - apa dan biasanya mereka menyerah dalam menghadapi
situasi sulit.
Origin dan Ownership (O2)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu apa
atau siapa yang menjadi penyebab dari suatu kesulitan dan sampai sejauh manakah
seseorang mampu menghadapi akibat – akibat yang ditimbulkan oleh situasi sulit
tersebut.
Origin
Dimensi ini mempertanyakan siapa atau apa
yang menimbulkan kesulitan. Dimensi ini berkaitan dengan rasa bersalah.
Individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah, cenderung menempatkan rasa
bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa – peristiwa buruk yang terjadi.
Dalam banyak hal, mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu – satunya penyebab
atau asal usul (origin) kesulitan tersebut. Selain itu, individu yang memiliki
kecerdasan adversitas rendah juga cenderung untuk menyalahkan diri sendiri.
Individu yang memiliki nilai rendah pada dimensi origin cenderung berpikir
bahwa ia telah melakukan kesalahan, tidak mampu, kurang memiliki pengetahuan,
dan merupakan orang yang gagal. Sedangkan individu yang memiliki kecerdasan
adversitas tinggi menganggap sumber – sumber kesulitan itu berasal dari orang
lain atau dari luar. Individu yang memiliki tingkat origin yang lebih tinggi
akan berpikir bahwa ia merasa saat ini bukan waktu yang tepat, setiap orang
akan mengalami masa – masa yang sulit, atau tidak ada yang dapat menduga
datangnya kesulitan.
Ownership
Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana
individu bersedia mengakui akibat akibat yang ditimbulkan dari situasi yang
sulit. Mengakui akibat akibat yang ditimbulkan dari situasi yang sulit
mencerminkan sikap tanggung jawab (ownership). Individu yang memiliki
kecerdasan adversitas tinggi mampu bertanggung jawab dan menghadapi situasi
sulit tanpa menghiraukan penyebabnya serta tidak akan menyalahkan orang lain.
Rasa tanggung jawab yang dimiliki menjadikan individu yang memiliki kecerdasan
adversitas tinggi untuk bertindak dan membuat mereka jauh lebih berdaya
daripada individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah. Individu yang
memiliki kecerdasan adversitas tinggi lebih unggul daripada individu yang
memiliki kecerdasan adversitas rendah dalam kemampuan untuk belajar dari
kesalahan. Sementara individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah,
menolak untuk bertanggung jawab, tidak mau mengakui akibat – akibat dari suatu
kesulitan dan lebih sering merasa menjadi korban serta merasa putus asa.
Reach (R)
Dimensi ini merupakan bagian dari kecerdasan
adversitas yang mengajukan pertanyaan sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan
mempengaruhi bagian atau sisi lain dari kehidupan individu. Individu yang
memiliki kecerdasan adversitas tinggi memperhatikan kegagalan dan tantangan
yang mereka alami, tidak membiarkannya mempengaruhi keadaan pekerjaan dan
kehidupan mereka. Indvividu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah
membiarkan kegagalan mempengaruhi area atau sisi lain dalam kehidupan dan merusaknya.
Endurance (E)
Dimensi keempat ini dapat diartikan ketahanan
yaitu dimensi yang mempertanyakan berapa lama suatu situasi sulit akan
berlangsung. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah merasa bahwa
suatu situasi yang sulit akan terjadinya selamanya. Individu yang memiliki
respon yang rendah pada dimensi ini akan memandang kesulitan sebagai peristiwa
yang berlangsung terus menerus dan menganggap peristiwa – peristiwa positif
sebagai sesuatu yang berssifat sementara. Sementara individu yang memiliki
kecerdasan adversitas tinggi memiliki kemampuan yang luar biasa untuk tetap
memiliki harapan dan optimis.
Tags
Psikologi Umum
wah menarik mas artikelnya.....
BalasHapusthanks yah.