Terdapat beberapa bentuk-bentuk dating violence.
Menurut Murray (2007) bentuk-bentuk dating violence terdiri atas tiga bentuk,
yaitu kekerasan verbal dan emosional, kekerasan seksual, kekerasan fisik.
Kekerasan Verbal dan
Emosional
Kekerasan verbal dan emosional adalah ancaman
yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik wajah.
Menurut
Murray (2007), kekerasan verbal dan emosional terdiri dari:
Name
calling
Seperti
mengatakan pacarnya gendut, jelek, malas, bodoh, tidak ada seorangpun yang
menginginkan pacarnya, mau muntah melihat pacarnya. Mereka menerima tipe
kekerasan ini, karena mereka tidak memiliki self esteem yang tinggi, sehingga
tidak bisa mengatakan jika saya jelek, mengapa kamu masih bersama saya sekarang
Intimidating
looks
Pasangannya
atau pacarnya akan menunjukkan wajah yang kecewa tanpa mengatakan alasan
mengapa ia marah atau kecewa dengan pacarnya, jadi pihak laki-laki atau
perempuannya mengetahui apakah pacarnya marah atau tidak dari ekspresi
wajahnya.
Use
of pagers and cell phones
Seorang
pacar ada yang memberikan ponsel kepada pacarnya, supaya dapat mengingatkan
atau supaya tetap bisa menghubungi pacarnya. Alat komunikasi ini memampukan
pacarnya untuk memeriksa keadaan pacarnya sesering mereka mau. Ada juga dari
mereka yang tidak memberikan ponsel kepada pacarnya, namun baik yang memberikan
ponsel maupun yang tidak memberikan ponsel tersebut akan marah ketika orang
lain menghubungi pacarnya, meskipun orangtua dari pacarnya, karena itu mengganggu
kebersamaan mereka. Individu ini harus mengetahui siapa yang menghubungi
pacarnya dan mengapa orang tersebut menghubungi pacarnya.
Making
a boy/girl wait by the phone
Seorang
pacar berjanji akan menelepon pacarnya pada jam tertentu, akan tetapi sang
pacar tidak menelepon juga. Pacar yang dijanjikan akan ditelepon, terus menerus
menunggu telepon dari pasangannya, membawa teleponnya kemana saja di dalam
rumah, misalnya pada saat makan bersama keluarga. Hal ini terjadi berulangkali,
sehingga membuat si pacar tidak menerima telepon dari temannya, tidak
berinteraksi dengan keluarganya karena menunggu telepon dari pacarnya.
Monopolizing
a girl’s/ boy`s time
Korban
dating violence cenderung kehabisan waktu untuk melakukan aktivitas dengan
teman atau untuk mengurus keperluannya, karena mereka selalu menghabiskan waktu
bersama dengan pacarnya.
Making
a girl`s/ boy`s feel insecure
Seringkali
orang yang melakukan dating violence memanggil pacarnya dengan mengkritik, dan
mereka mengatakan bahwa semua hal itu dilakukan karena mereka sayang pada
pacarnya dan menginginkan yang terbaik untuk pacarnya. Padahal mereka membuat
pacar mereka merasa tidak nyaman. Ketika pacar mereka terus menerus dikritik,
mereka akan merasa bahwa semua yang ada pada diri mereka buruk, tidak ada
peluang atau kesempatan untuk meninggalkan pasangannya.
Blaming
Semua
kesalahan yang terjadi adalah perbuatan pasangannya, bahkan mereka sering
mencurigai pacar mereka atas perbuatan yang belum tentu disaksikannya, seperti
menuduhnya melakukan perselingkuhan.
Manipulation
/ making himself look pathetic
Hal
ini sering dilakukan oleh pria. Perempuan sering dibohongi oleh pria, pria
biasanya mengatakan sesuatu hal yang konyol tentang kehidupan, misalnya
pacarnyalah orang yang satu-satunya mengerti dirinya, atau mengatakan kepada
pacarnya bahwa dia akan bunuh diri jika tidak bersama pacarnya lagi.
Making
threats
Biasanya
mereka mengatakan jika kamu melakukan ini, maka saya akan melakukan sesuatu
padamu. Ancaman mereka bukan hanya berdampak pada pacar mereka, tetapi kepada
orangtua, dan teman mereka.
Interrogating
Pasangan
yang pencemburu, posesif, suka mengatur, cenderung menginterogasi pacarnya,
dimana pacarnya berada sekarang, siapa yang bersama mereka, berapa orang
laki-laki atau wanita yang bersama mereka, atau mengapa mereka tidak membalas
pesan mereka.
Humiliating
her/ him in public
Mengatakan
sesuatu mengenai organ tubuh pribadi pacarnya kepada pacarnya di depan
teman-temannya. Atau mempermalukan pacarnya di depan teman-temannya.
Breaking
treasured items
Tidak
memperdulikan perasaan atau barang-barang milik pacar mereka, jika pasangan
mereka menangis, mereka menganggap hal itu sebuah kebodohan.
Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah pemaksaan untuk
melakukan kegiatan atau kontak seksual sedangkan pacar mereka tidak
menghendakinya (Murray, 2007). Pria lebih sering melakukan tipe kekerasan ini
dibandingkan wanita (Hamby, Sugarman, & Boney-McCoy, dalam Heatrich &
O`Learry, 2007).
Menurut
Murray (2007), sexual abuse terdiri dari:
Perkosaan
Melakukan
hubungan seks tanpa ijin pasangannya atau dengan kata lain disebut dengan
pemerkosaan. Biasanya pasangan mereka tidak mengetahui apa yang akan dilakukan
pasangannya pada saat itu.
Sentuhan
yang tidak diinginkan
Sentuhan
yang dilakukan tanpa persetujuan pasangannya, sentuhan ini kerap kali terjadi
di bagian dada, bokong dan yang lainnya.
Ciuman
yang tidak diinginkan
Mencium
pasangannya tanpa persetujuan pasangannya, hal ini bisa terjadi di area publik
atau di tempat yang tersembunyi.
Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perilaku yang
mengakibatkan pacar terluka secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang
dan sebagainya (Murray, 2007). Wanita juga melakukan kekerasan tipe ini dengan
pasangannya akan tetapi konsekuensi fisik yang dihasilkan tidak begitu
berbahaya seperti yang dilakukan pria terhadap wanita. (Cantos, Neidig, &
O’Leary, 1994; Cascardi, Langhinrichsen, & Vivian, 1992; Stets &
Straus, dalam Heatrich & O`Learry, 2007).
Kekerasan
fisik terdiri dari (Murray, 2007):
Memukul,
mendorong, membenturkan
Ini
merupakan tipe abuse yang dapat dilihat dan diidentifikasi, perilaku ini
diantaranya adalah memukul, menampar, menggigit, mendorong ke dinding dan
mencakar baik dengan menggunakan tangan maupun dengan menggunakan alat. Hal ini
menghasilkan memar, patah kaki, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai
hukuman kepada pasangannya. (Mark McGwire dan Sammy Sosa dalam Murray, 2007)
Mengendalikan,
menahan
Perilaku
ini dilakukan pada saat menahan pasangan mereka untuk tidak pergi meninggalkan
mereka, misalnya menggengam tangan atau lengannya terlalu kuat.
Permainan
kasar
Menjadikan
pukulan sebagai permainan dalam hubungan, padahal sebenarnya pihak tersebut
menjadikan pukulan-pukulan ini sebagai taktik untuk menahan pasangannya pergi
darinya. Ini menandakan dominasi dari pihak yang melayangkan pukulan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku dating violence terdiri dari tiga bentuk yakni ancaman yang
dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik wajah
(verbal and emotional abuse), pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak
seksual sedangkan pacar mereka tidak menghendakinya (sexual abuse), dan
perilaku yang mengakibatkan pacar terluka secara fisik (physical abuse).
Tags
Perkembangan Remaja