Agitasi merupakan kejadian yang sering
terjadi pada pasien-pasien dengan skizofrenia akut atau bipolar mania dan jika
semakin parah dapat menimbulkan perilaku yang agresif atau kasar. Pasien-pasien
skizofrenik yang kasar mempunyai lebih banyak simtom positif dan perilaku aneh
yang lebih menonjol dan mungkin bertindak sesuai dengan waham mereka, terutama
jika waham mereka menimbulkan distressing (menyusahkan / membingungkan) bagi
mereka. Pasien yang mengalami halusinasi perintah untuk mencederai orang lain
juga sering menjadi kasar.
Gejala-gejala inti dari agitasi meliputi
kegelisahan yang menonjol, permusuhan, perilaku agresif, penyerangan, kekerasan
atau perilaku perusakan fisik, memaki, sikap atau bicara yang mengancam.
Keadaan agitasi termasuk kedalam kegawat daruratan psikiatri yang membutuhkan
pendekatan pengobatan yang cepat dan efektif untuk mengurangi risiko perilaku
yang tidak diinginkan atau mencederai dan untuk melindungi baik pasien dan pengasuh
dari kemungkinan cedera.
Pada tahun 2004, American Psychiatric
Association Steering Committee on Practice Guidelines menegaskan bahwa meskipun
hanya sedikit dari pasien skizofrenik yang bertindak kasar (violent),
bukti-bukti menunjukkan bahwa pasien skizofrenik berhubungan dengan
meningkatnya risiko berperilaku agresif. Dalam studi retrospektif yang
dilakukan di Eropa dengan mengevaluasi data seluruh pasien skizofrenik yang
masuk ke rumah sakit di Munich disimpulkan bahwa 14% menunjukkan perilaku
agresif sewaktu masuk ke rumah sakit. Dalam studi ini, perilaku agresif paling
banyak dijumpai pada pasien skizofrenik pria, pasien dengan subtipe skizofrenia
yang disorganized dan pasien psikotik yang memperlihatkan gejala waham dan
berpikir yang kacau. Dalam studi yang lain, didapati bukti-bukti bahwa pasien
yang kasar lebih banyak dijumpai pada skizofrenia terutama bila komorbid dengan
penyalahgunaan zat.
Didalam sampel komunitas, sejumlah
studi-studi epidemiologi telah menunjukkan kekonsistenannya bahwa pasien
skizofrenik memiliki risiko lebih tinggi terlibat dalam tindakan kekerasan dibandingkan
gangguan mental lain. Pasien skizofrenik berisiko tinggi berperilaku kasar bila
memiliki kecurigaan dan permusuhan, halusinasi yang parah, insight yang buruk
terhadap wahamnya, mengalami gangguan berpikir yang lebih menonjol dan
kemampuan mengontrol impuls agresifnya yang buruk dibandingkan pasien yang
tidak berperilaku kasar. Secara keseluruhan, keadaan tersebut merupakan alasan
bagi keluarga untuk merawat pasien dengan skizofrenia.
Ada bukti yang menyarankan bahwa skizofrenia
berhubungan dengan meningkatnya risiko perilaku yang agresif. Faktor risiko
menjadi agresif pada skizofrenia adalah pria, miskin, tidak punya
pekerjaan/keahlian (unskilled), tidak berpendidikan (uneducated) atau tidak
menikah dan mempunyai riwayat pernah ditahan atau riwayat kekerasan sebelumnya.
Dasar neuroanatomi dan neurokimia agitasi
masih belum banyak diketahui. Agitasi sering sebagai bagian dari suatu episode
psikotik akut dan kebanyakan terkait dengan domain simtom positif. Sistem
neurotransmitter yang mendasari dalam patofisiologi simtom psikotik telah
diimplikasikan pada pathway dopaminergik, serotonergik, GABAergik dan
glutamatergik. Obat-obat yang menurunkan dopaminergik atau noradrenergik, atau
meningkatkan serotonergik dan GABAergik akan melemahkan agitasi. Neurotransmisi
glutamatergik di striatum mempunyai peran utama dalam regulasi fungsi
psikomotor.
Psikosis akut mungkin dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu sindrom diskoneksi mesokortikal disebabkan
karena hiperaktif dopaminergik di limbik dengan terputusnya modulasi
glutamatergik dari neurotransmisi dopaminergik dengan mereduksi inhibisi
GABAergik dimana akan menurunkan aktifitas prefrontal kortikal, simtom positif
dan negatif, dan simtom kognitif. Oleh sebab itu fokus dari antiagitasi adalah
antagonis dopaminergik oleh antipsikotik dengan bermacam variasi profil binding
reseptor dopamin-2 (D2) dan 5-hydroxytryptamine type 2 (5-HT2). Obat yang
secara spesifik mempunyai afinitas ikatan reseptor D2 dan afinitas yang tinggi
pada reseptor 5HT2 akan meminimalkan gejala ekstrapiramidal, dan tambahan
kualitas sedasi diperoleh dari afinitas yang tinggi histamin-1 (H1) dibutuhkan
untuk tujuan meredakan agitasi.
Agitasi pada psikotik akut sering dijumpai di
unit gawat darurat. Kondisi ini dikarakteristikkan dengan gambaran perilaku
berupa perilaku mengancam dan disforik yang dapat dihubungkan dengan penyebab
dasar yang bervariasi sehingga membutuhkan intervensi yang cepat untuk
mengurangi gejala-gejala dan mencegah pasien mencederai diri sendiri atau orang
lain.
Simtom positif menjadi prioritas target utama
untuk distabilkan pada pasien-pasien psikosis akut yang dihospitalisasi.
Agitasi dan permusuhan, sering berkaitan dengan simtom positif, sering juga
menjadi prioritas utama untuk distabilkan pada pasien psikosis akut yang
dihospitalisasi terutama pada hari pertama penatalaksanaan. Untuk alasan inilah
dalam memilih regimen pengobatan dipertimbangkan yang memiliki efikasi terhadap
simtom positif, agresi pada psikotik dan agitasi pada psikotik.