Terdapat beberapa agen sosialisasi politik. Sosialisasi
dijalankan melalui bermacam-macam lembaga. Beberapa diantaranya, seperti
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah-sekolah, dengan sengaja
dirancangkan demi tujuan sosialiasasi politik, disamping juga untuk tujuan
lain. Lainnya, seperti kelompok bergaul dan bekerja, hanya cenderung untuk
mempengaruhi sosialisasi politik secara tidak langsung.
Sarana atau agen sosialisasi politik dapat
melalui :
Keluarga
Pengaruh kehidupan keluarga baik yang
langsung maupun yang tidak langsung yang merupakan struktur sosialisasi pertama
yang dialami seseorang sangat kuat dan kekal. Yang paling jelas pengaruh dari
keluarga ini adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan (authority).
Keluarga biasanya membuat keputusan bersama, dan bagi si anak keputusan-keputusan
yang di buat itu bisa otoritatif dalam arti, keengganan untuk mematuhinya dapat
mengundang hukuman. Pengalaman berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
keluarga dapat meningkatkan perasaan kompetensi politik si anak, memberinya
kecakapan-kecakapan untuk melakukan interaksi politik, serta membuatnya lebih
mungkin berpartisipasi dengan aktif dalam sistem politik sesudah menjadi
dewasa.
Keluarga juga membentuk sikap-sikap politik
masa depan dengan menempatkan individu dalam dunia kemasyarakatan luas, dengan
membentuk ikatan-ikatan etnis, lingusitik, religius dan kelas sosialnya, dengan
memperkuat nilai-nilai dan prestasi kultural dan pendidikannya dan dengan
mengarahkan aspirasiaspirasi pekerjaan dan ekonominya.
Sekolah
Orang yang terpelajar lebih sadar akan
pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka, lebih memperhatikan kehidupan
politik, memperoleh lebih banyak informasi tentang proses-proses politik dan
lebih kompeten dalam tingkah laku politiknya. Sekolah memberi pengetahuan kepada
kaum muda tentang dunia politik dan peranan mereka di dalamnya.
Sekolah memberikan pandangan yang lebih
kongkrit tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Sekolah
juga merupakan “saluran pewarisan” nilai-nilai dan sikap-sikap masyarakatnya.
Sekolah dapat memegang peranan penting dalam pembentukan sikap-sikap terhadap“ aturan
permainan politik” (rule of plitical game) yang tidak tertulis.
Kelompok Pergaulan
Meskipun sekolah dan keluarga merupakan
sarana yang paling jelas terlibat dalam sosialisasi, ada juga beberapa unit
sosial lain yang bisa membentuk sikap-sikap politik seseorang. Salah satunya
adalah kelompok pergaulan, termasuk kelompok bermain di masa kanak-kanak, kelompok
persahabatan dan kelompok kerja yang kecil, dimana setiap anggota mempunyai
kedudukan yang relatif sama dan saling memiliki ikatan-ikatan yang erat. Setiap
individu dalam kelompok itu menyesuaikan pendapatnya dengan teman-temannya
mungkin karena ia menyukai atau menghormati mereka, atau mungkin pula karena ia
ingin sama dengan mereka. Jadi kelompok pergaulan itu mensosialisasikan
angota-anggotanya dengan cara mendorong atau mendesak mereka untuk menyesuaikan
diri terhadap sikap-sikap atau tingkah laku yang dianut oleh kelompoknya.
Pekerjaan
Pekerjaan dan organisasi, organisasi formal
maupun non formal yang dibentuk berdasarkan lingkungan pekerjaan itu, seperti
serikat buruh, klub sosial dan yang semacam itu juga merupakan saluran
komunikasi informasi dan keyakinan yang jelas. Indvidu-individu
mengidentifikasikan diri dengan suatu kelompok tertentu, seperti serikat buruh,
dengan menggunakan kelompok itu sebagai acuan dalam kehidupan politik. Mereka menjadi
sensitif terhadap norma-norma kelompok itu dan menilai tindakan-tindakannya berdasar
perhitungan apa yang paling baik bagi kelompok itu.
Media Massa
Masyarakat modern tidak dapat hidup tanpa
komunikasi dan informasi yang luas, cepat dan secara umum seragam. Informasi
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di mana saja di belahan dunia segera
menjadi pengetahuan umum dalam beberapa jam saja. Sebagian besar masyarakat dunia,
terutama bagian-bagiannya yang modern telah menjadi satu kelompok penonton
tunggal yang tergerak hatinya oleh peristiwa-peristiwa yang sama dan dirangsang
oleh selera yang sama. Kita tahu bahwa media massa, surat kabar, radio,
televisi, internet, majalah memegang peran penting dalam menularkan sikap-sikap
dan nilai-nilai modern kepada bangsa-bangsa baru meredeka.
Kontak-kontak politik
langsung
Tidak peduli betapa positif pandangan
terhadap sistem politik yang telah ditanamkan oleh keluarga atau sekolah,
tetapi seseorang telah diabaikan oleh partainya, kelaparan tanpa ditolong, dan
dipaksa masuk wajib belajar militer, pandangan terhadap dunia politik sangat
mungkin berubah. Partai politik, kampanye pemilihan umum, krisis politik dan
konflik, dan daya tanggap badan-badan pemerintah terhadap tuntutan-tuntutan
individu dan kelompok dapat mempengaruhi kesetiaan dan kesediaan mereka untuk
mematuhi hukum.
Sekolah sebagai agen perubahan sosialisasi
politik, memegang peranan penting. Sekolah tidak hanya dituntut untuk mampu
melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga diharapkan
dapat menciptakan generasi bangsa yang cerdas secara emosional dan spriritual dan
memiliki ketrampilan kewarganegaraan.
Faktor Kontekstual seperti perbedaan metode
belajar, akses terhadap institusi seperti parpol, kelompok sosial, dan
komunitas online, dan tingkat intensitas eksposisi dari kaum muda terhadap
pembicaraan dan aktivitas orang dewasa mempengaruhi sosialisasi (Sapiro, 2004).
Penelitian yang dilakukan mendapatkan bahwa siswa yang tinggal dalam wilayah
yang berbeda memiliki pengalaman dan orientasi politik berdasarkan komunitas lokal
mereka bahkan ketika variabel demografi dan SES diperhitungkan.
Siswa yang terisolasi dalam lingkungan
pendidikan yang terpisah kurang berhubungan dengan budaya utama sangat mungkin
untuk tidak mengembangkan norma-norma partisipasi politik (Ellen et al., 2002).
Individu dapat mengembangkan pandangan-pandangan mereka berdasarkan nilai-nilai
bersama masyarakat ketika keanggotaan tidak berdasarkan identitas etnik tapi
kebutuhan dan kelemahan bersama (Williams, 2003).
Isu-isu seputar lingkungan, global warming,
pangan dan pertanian, intervensi militer, kemiskinan, rasisme, telah membawa
orang untuk menganggap masa depan mereka bertautan dengan orang-orang di luar negeri
atau budaya mereka. Berkaitan dengan hal ini Sapiro melihat perlunya peneliti
untuk mencermati lembaga supranational dalam sosialisasi warga dunia (2004).
Bersamaan dengan itu cara melakukan studi terhadap agen sosialisasi politik
juga harus diperhatikan. Sejauh mana siswa dipisahkan dari aktivitas orang
dewasa yang berhubungan dengan politik mempengaruhi keinginan mereka untuk
terlibat dalam kehidupan dewasa mereka nantinya.
Dengan demikian disamping simulasi kehidupan
politik, pengalaman pembelajaran dalam kehidupan yang nyata dalam aktivitas
sosial dan politik penting untuk membentuk pengalaman poltik yang bermakna. Pada
penelitian yang dilakukan pada tahun 1960-an Langton dan Jennings menyimpulkan
bahwa pendidikan kewarganegaraan tidak memiliki efek pada sosialisasi politik.
Selengkapnya dikatakan: ”Our findings
certainly do not support the thinking of those who look at the civics
curridulum in American High Schools as even a minor source of political
socialization” (1968).
Pandangan ini mendapatkan gugatan dari banyak
ahli yang melakukan penelitian di bidang sosialisasi politik akhir-akhir ini.
Peran sekolah dalam proses pembelajaran politik sangat penting, terutama dalam peningkatan
pengetahuan politik siswa (Goulet,2008). Pengalaman pembelajaran di sekolah
memiliki dampak terhadap perilaku mereka setelah dewasa. Norma-norma
kewarganegaraan yang telah mereka dapatkan ketika sekolah memiliki efek yang
panjang, terutama yang berkaitan dengan partisipasi politik.
Tags
Psikologi Politik
nice info gan,,,,
BalasHapusthanks informasinya gan....
thanks infonya mas.....
BalasHapus