Pola-pola interaksi sosial sangat kompleks. Interaksi
atau proses sosial (hubungan timbal-balik yang dinamis di antara unsur-unsur
sosial) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pola interaksi asosiatif dan pola
interaksi disosiatif. Pola interaksi asosiatif merupakan proses-proses yang
mendorong dicapainya akomodasi, kerjasama dan asimilasi, yang pada giliran
selanjutnya menciptakan keteraturan sosial. Pola interaksi disosiatif merupakan
proses-proses yang mengarah kepada terciptanya bentuk-bentuk hubungan sosial
yang berupa persaingan (kompetisi), kontravensi ataupun konflik (pertikaian),
yang pada giliran berikutnya menghambat terjadinya keteraturan sosial.
Pola interaksi Asosiatif
Kerja
Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk
kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai
suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian
hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam
pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan
selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja
sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama
timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu
in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-groupnya). Kerja sama
akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan
lainnya. Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut;
kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi
merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”.
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai
beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation).
Kerjasama
tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan:
- Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation): Kerjasama yang sertamerta
- Kerjasama Langsung (Directed Cooperation): Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa.
- Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation): Kerjasama atas dasar tertentu.
- Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation): Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Ada
5 bentuk kerjasama:
- Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
- Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
- Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
- Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
- Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
Akomodasi
(Accomodation)
Pengertian Istilah Akomodasi dipergunakan
dalam dua arti : menujuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu
proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam
interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai
kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah
suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu
proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam
biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia
yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu : Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok
manusia sebagai akibat perbedaan paham Mencegah meledaknya suatu pertentangan
untuk sementara waktu atau secara temporer Memungkinkan terjadinya kerjasama
antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial
psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal
sistem berkasta. mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk
Akomodasi
- Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
- Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
- Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
- Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
- Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
- Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
- Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
Asimilasi
(Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf
lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan
yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan
proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Proses
Asimilasi timbul bila ada:
Kelompok-kelompok
manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi
saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing
berubah dan saling menyesuaikan diri.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi
arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memilih
syarat-syarat berikut ini Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan
terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama. interaksi
sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan
Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer. Frekuensi interaksi
sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya,
stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi
harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan
dikembangankan. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi
adalah : Toleransi kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi sikap
menghargai orang asing dan kebudayaannya sikap tebuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan perkawinan
campuran (amaigamation).
Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat kurangnya
pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu
seringkali menimbulkan faktor ketiga perasaan takut terhadapn kekuatan suatu
kebudayaan yang dihadapi perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok
tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna
kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu
penghalang terjadinya asimilasi In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang
berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang
kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang
bersangkutan. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain
apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang
berkuasa faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan
pertentangan-pertentangan pribadi. Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan
dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial.
Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan
dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting
dan menonjol.
Pola interaksi Disosiatif
Pola interaksi disosiatif sering disebut
sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan kerjasama, dapat
ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh
kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan
sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai
tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan
untuk tetap hidup (struggle for existence).
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan,
oposisi proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
Persaingan
(Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan
sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing
mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok
manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka
yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan
mempunya dua tipe umum:
- Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
- Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk
persaingan:
- Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen
- Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
- Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
- Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat
mempunyai beberapa fungsi : Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang
bersifat kompetitif Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta
nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan
baik oleh mereka yang bersaing. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas
dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada
kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagai alat menyaring
para warga golongan karya (”fungsional”).
Hasil
suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini:
- Kemajuan: Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan memberikan sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
- Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian.
- Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.
Kontraversi
(Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu
bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau
pertikaian.
Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan
Howard Becker ada 5 : yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan,
keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana yang sederhana seperti
menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat
selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain,
dst. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan
pihak lain yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat. yang taktis,
mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Menurut
Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
- Kontraversi generasi masyarakat: lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
- Kontraversi seks: menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
- Kontraversi Parlementer: hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe
Kontravensi:
Kontravensi antar masyarakat setempat,
mempunyai dua bentuk : Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan
(intracommunity struggle) Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu
masyarakat setempat (intercommunity struggle).
Pertentangan
(Conflict)
Pertentangan (Pertikaian atau conflict) Pribadi
maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya
dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga
menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Sebab
musabab pertentangan adalah:
- Perbedaan antara individu
- Perbedaan kebudayaan
- Perbedaan kepentingan
- Perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk
mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya
pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan
mempunyai beberapa bentuk khusus:
- Pertentangan pribadi
- Pertentangan Rasial: dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
- Pertentangan antara kelas-kelas sosial: disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
- Pertentangan politik: menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
- Pertentangan yang bersifat internasional: disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara
Pola-pola hubungan (interaksi) sosial yang
teratur dapat terbentuk apabila ada tata kelakuan atau perilaku dan hubungan
yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat. Sistem itu merupakan pranata
sosial yang didalamnya terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dipedomani
serta ada lembaga sosial yang mengurus pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga
interaksi sosial dalam masyarakat dapat berjalan secara teratur.
Tags
Psikologi Sosial
makasih atas infonya, :)
BalasHapustolong lampirkan juga literaturnya ya jangan lupa :)
BalasHapus