Pengukuran kadar air yang berada dalam bahan
ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi,
destilasi atau gravimetri yang bertujuan memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan, dimana nilai maksimal atau
rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen
POM, 2000).
Pengukuran kadar air dapat dilakukan beberapa
cara, hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-1100C
selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak
tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan
lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah.
Kadang -kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam
eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga
mencapai berat yang konstan.
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang
kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile)
seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu,
misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada
air. Contoh (sample) dimasukkan dalam tabung bola (flask), kemudian dipanaskan.
Air dan pelarut menguap, diembunkan, dan jatuh pada tabung Aufhauser yang
berskala. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar ada di bagian bawah,
sehingga jumlah air yang diuapkan dapat dilihat pada skala tabung aufhauser
tersebut.
Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar
airnya dapat diukur dengan menggunakan refraktometer di samping menentukan
padatan terlarutnya pula. Dalam hal ini, air dan gula dianggap sebagai
komponen-komponen yang mempengaruhi indeks refraksi.
Di samping cara-cara fisik, adapula cara-cara
kimia untuk menentukan kadar air. Mc. Neil mengukur kadar air berdasarkan
volume gas asetilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbonat dengan bahan
yang akan diperiksa. Cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun,
tepung, bubuk biji vanili, mentega dan sari buah. Karl fischer pada tahun 1935
mengunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi
langsung dari bahan basah dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina
dalam metanol. Perubahan warna menunjukan titik akhir titrasi (Winarno ,1992).
Pereaksi dan larutan yang digunakan peka
terhadap air, hingga harus dilindungi dari pengaruh kelembaban udara. Pereaksi
Karl fischer disimpan dalam botol yang diperlengkapi dengan buret otomatik.
Untuk melindungi dari pengaruh kelembaban udara, buret dilengkapi dengan tabung
pengering. Labu titrasi kapasitas lebih kurang 60 ml, dilengkapi dengan 2
elektroda platina, sebuah pipa pengalir nitrogen, sumbat berlubang untuk ujung
buret dan sebuah tabung pengering.
Zat yang diperiksa dimasukkan ke dalam
melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat.
Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah dikeringkan
atau dengan mengaduk magnit. Petunjuk titik akhir terdiri dari betere kering
1,5 volt atau 2 volt yang diihubungkan dengan tahanan variabel lebih kurang
2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian rupa sehingga arus utama yang cocok yang
melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan mikrometer.
Setelah setiap kali penembahan pereaksi Karl
fischer, penunjuk mikrometer menyimpang akan tetapi segera kembali kedudukkan
semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama.
Untuk zat-zat yang melepaskan air secara
perlahan-lahan, maka pada umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan
titrasi langsung (MMI, 1989).
Tags
Gizi dan Nutrisi