Pembentukan sel darah merah
Sel darah merah berasal dari sel yang dikenal
sebagai hemositoblast. Hemositoblast yang baru secara kontinyu dibentuk dari
sel induk primordial sumsum tulang. Hemositoblast mula-mula membentuk eritoblast
basofil yang mulai mensintesis hemoglobin. Eritoblast kemudian menjadi
eritoblast polikromatofilik, setelah ini inti sel menyusut, sedangkan
hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak dan sel menjadi normoblast.
Setelah sitoplasma normoblast terisi dengan hemoglobin, inti menjadi sangat
kecil dan dibuang.
Pada waktu yang sama, retikulum endoplasma
direabsopsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit karena ia masih
mengandung sejumlah kecil retikulum endoplasma basofilik yang menyelingi di
antara hemoglobin di dalam sitoplasma. Sementara sel dalam stadium retikulosit
ini, mereka masuk ke dalam kapiler darah dengan diapedesis (menyelip melalui
pori membran).
Pembentukan sel darah merah (eritropoiesis)
terjadi di sumsum tulang, dada, iga, panggul, pangkal tulang paha, dan lengan
atas.
Mekanisme ringkasnya sebagai
berikut:
Sel
stem hematopoietik pluripoten --- commited stem cell (disebut juga CFU-E) --- diatur penginduksi pertumbuhan, misal IL-3 ---
memicu pertumbuhan --- penginduksi diferensiasi, misal oksigen dan akhirnya
terbentuk eritrosit.
Retikulum endoplasma tersisa di dalam
retikulosit terus menghasilkan hemoglobin dalam jumlah kecil selama satu sampai
dua hari, tetapi pada akhir waktu itu retikulum hilang sama sekali. Eritropoietin
adalah suatu hormon glikoprotein yang terdapat dalam darah dalam keadaan
hipoksia dan selanjutnya bekerja pada sumsum tulang untuk meningkatkan
kecepatan pembentukan sel darah merah. Ginjal memegang peranan penting dalam
pembentukan eritropoietin sebagai berikut: bila ginjal mengalami hipoksia, ia mengeluarkan
enzim yang dinamakan faktor eritropoietin ginjal.
Enzim ini disekresi ke dalam darah tempat
enzim ini bekerja, dalam beberapa menit bekerja pada salah satu globulin
plasma, untuk memecahkan molekul glikoprotein eritropoietin. Eritropoietin
selanjutnya beredar dalam darah selama kira-kira satu hari dan selama waktu ini
ia bekerja pada sumsum tulang dengan menyebabkan eritropoiesis.
Pada keadaan tidak ada ginjal sama sekali,
eritropoietin masih dibentuk dalam jumlah sedikit pada bagian tubuh lain. Oleh
karena itu, tanpa adanya ginjal orang biasanya orang menjadi sangat anemia
karena kadar eritropoietin dalam sirkulasi yang sangat rendah.
Metabolisme Besi
Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata
sekitar 4 gram, kira-kira 65% diantaranya dalam bentuk hemoglobin dan sekitar
4% dalam bentuk mioglobin, 1% berbentuk senyawa hem yang mengawasi oksidasi
intrasel, 0,1% berikatan dengan protein trasferin dalam plasma darah, dan
15-30% disimpan dalam bentuk feritin di dalam hati.
Bila besi diabsorbsi dari usus halus, besi
tersebut berikatan dengan globulin, transferin dan ditranspor dalam bentuk
ikatan dalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globulin
dan akibatnya dapat dilepaskan ke setiap jaringan dan setiap tempat dalam tubuh.
Bila jumlah besi dalam plasma turun sangat rendah maka besi dikeluarkan dari
feritin dengan mudah sekali untuk ditraspor ke jaringan yang membutuhkan. Bila
sel darah merah telah mencapai masa hidupnya dan dihancurkan, hemoglobin yang
dikeluarkan dari sel dicernakan oleh sel–sel retikuendotelial. Besi bebas yang
dikeluarkan disimpan dalam pangkalan feritin atau digunakan kembali untuk
pembentukan hemoglobin.
Tags
Darah dan Jantung